41

2.3K 211 12
                                    

Awan hitam mulai menutupi langit kota Seoul, seakan-akan matahari enggan menembus pekatnya langit mendung. Beberapa orang setengah berlari menghindari titik-titik hujan, enggan membuat baju hitam mereka basah karena hujan. Tapi sejak semalam mendung itu telah ada di hati seseorang, membuatnya terlihat seperti mayat hidup, dengan mata memerah dan tubuh lesu yang dipaksakan untuk tetap tegak menyambut para tamu yang melayat.

Ketiga orang tersebut- paman dan bibi Kim, serta Taehyung- menundukkan kepalanya sekilas membalas penghormatan dari para tamu yang datang, paman Kim sudah berderai air mata sejak tadi sedangkan pria disampingnya hanya menatap dengan pandangan kosong.

Kini kedua pasangan suami isteri itu beranjak dari tempatnya karena sudah tidak ada lagi tamu yang datang melayat, keduanya terhenti sejenak untuk membalas sapaan gadis muda yang masih setia menunggu di lorong.

"Tolong bantu dia" ucap paman Kim lemah, Sunhi menganggukan kepalanya patuh dan kembali memusatkan perhatiannya pada laki-laki yang masih berdiri di depan foto sang ayah. Ia mulai mendekat perlahan, mengusap pundaknya yang terlihat goyah.

"Semua sudah siap, kita harus pergi" Taehyung menolehkan kepalanya dan hanya menatap tangan yang menyentuh pundaknya kemudian menganggukan kepalanya lemah.

Sunhi masih terus disana, berada di samping prianya hingga acara pemakaman selesai, dan ia bisa melihat kesedihan yang mendalam di mata pria itu meski tak ada sedikitpun air mata yang keluar, bahkan ia masih sempat memberikan penghormatan terakhir di depan makam tuan Kim.

---
"Bagaimana?" Sunhi menggelengkan kepalanya ketika bibi Kim melihatnya kembali ke dapur, ditangannya masih ada namoan berisi bubur dan segelas air putih yang masih utuh.
Wanita paruh baya itu menghela nafas sedih dan mengambil nampan di tangan Sunhi lalu beranjak ke dapur. Sunhi juga sama sedihnya, melihat prianya kehilangan semangat bahkan seperti mayat hidup membuat hatinya ikut tersiksa. Sudah empat hari terhitung sejak pemakaman tuan Kim -ayah Taehyung- dan pria itu belum beranjak dari kamarnya, terus mengurung diri dan berbaring di kasurnya. Bahkan ia tidak menyentuh makanannya sedikitpun, se isi rumah mulai khawatir dengan kondisinya tapi ia tetap keras keola dan menolak apapun yang diberikan padanya.

Inilah yang paling ditakutkan oleh Sunhi, pria itu akan menyalahkan dirinya sendiri, padahal jelas-jelas ini bukan karena kesalahannya. Kondisi ayahnya memang sudah memprihatinkan dan bahkan dokter tidak bisa menyelamatkannya.

Hari semakin gelap malam mulai menjelang, paman Kim masih belum kembali dari restauran dan bibi Kim berada di ruangan lain di rumah ini. Sunhi sendiri baru selesai membereskan dapur dan beberapa sudut rumah, membantu bibi Kim yang terlihat kepayahan setelah lelah mengurus kerabat yang berdatangan setelah mendengar kabar duka.

Sebelum pulang ia pergi ke kamar Taehyung, hal itu selalu dilakukannya beberapa hari ini, ia pasti selalu datang berkunjung hanya sekedar membantu memasak atau menemani bibi Kim, Sunhi juga tidak pernah absen melihat keadaan Taehyung walau terkadang ia harus menelan kekecewaan karena pintu kamarnya selalu terkunci rapat.

Sunhi mengetuk pelan pintu di depannya meski ia tau tak akan ada sahutan dati penghuninya, Sunhi menghela nafas pedih dan mencoba mendorong gagang pintu. Matanya membulat saat tau pintu itu tidak terkunci, ia mendorong pelan hingga benar-benar terbuka. Gadis itu sedikit mengintip ke dalam dan tidak menemukan siapapun di sana.

Ia melangkah masuk dan mulai mengelilingi isi kamar Taehyung, sepi, tidak ada siapapun. Tempat tidur tertata rapi, suasana kamar sangat sunyi seperti tidak pernah dihuni siapapun. Saat ia mulai cemas matanya menangkap pintu balkon yang terbuka lebar, tepat saat ia melangkah ke sana Sunhi mendapati pria yang dicarinya sedang duduk di kursi kecil, tangannya tampak menggenggam sebuah figura kecil.
"Oppa?" panggil Sunhi hati-hati, ia memberanikan diri mendekat dan duduk di sebelahnya. Sepertinya pria itu tau kehadirannya, ia menoleh sebentar dan tersenyum kecil, senyum yang belum pernah Sunhi lihat semenjak tuan Kim dinyatakan tiada.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Sunhi lagi, ini adalah hal yang paling ia tunggu. Berbicara dengan Taehyung.

"Aku menemukan ini di apartemen abeoji " jawab pria itu lirih. Ia kembali menatap benda di tangannya, jarinya mengusap pelan sebuah wajah-wajah asing disana. Pasangan muda yang menampilkan senyum bahagia dan bayi mungil yang terlelap dalam gendongan sang wanita.

"Aku tidak tau dia masih menyimpan ini" ucap Taehyung dengan suara bergetar.

"Saat kami membersihkan rumahnya aku menemukan ini di kamarnya, di atas tempat tidurnya" Taehyung beralih menatap Sunhi, matanya memerah.

"Apa menurutmu ia tidur sambil memeluk ini?" tanya Taehyung entah kepada siapa. Sunhi menggigit bibirnya yang bergetar, ia hanya mengangguan kepalanya.

"Sunhi, apa aku sudah keterlaluan?" gadis itu ikut menangis saat melihat pruanya begitu terpukul. Ia membawa Taheyung ke dalam pelukannya dan mengusap pundaknya, membiarkan pundaknya basah oleh air mata.

"Tidak oppa, kau sudah berusaha tapi mungkin ini yang terbaik untuk abeonim" Sunhi mulai mengucapkan kata-kata yang menenangkan untuk pria itu.

"Yang dia inginkan hanya bertemu denganmu, melihatmu dan mengatakan maaf, dan kau sudah melakukan semua yang dia inginkan" gadis itu masih setia memeluk dan mengusap punggungnya sampai pria itu benar-benar tenang. Sunhi bisa merasakan pria itu mengangguk dan mulai mengurai pelukan mereka.

"Maaf, aku menyulitkanmu beberapa hari ini" ucap Taehyung masih dengan mata sembab.

Sunhi tersenyum dan menggeleng kecil, "aku akan selalu disisimu oppa" mendengar jawaban gadis itu mau tidka mau ada sedikit senyum lega di bibir Taehyung, ia tau Sunhi akan tetap berada disisinya ,tidak akan meninggalkannya seperti yang lain.

End.

Tenang abis ini masih ada bonus chapter kok 😊

I Will Stay✖Kim Taehyung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang