35

1.7K 202 8
                                    

Taehyung pov

Pria itu kembali ke dalam mobil dengan wajah memerah menahan emosi, tangannya mencengkram setir hingga buku jarinya memutih menandakan dirinya sedang berusaha menahan amarahnya. Ia mulai menarik nafas dalam dan menghitung hingga sepuluh hingga nafasnya mulai stabil dan pikirannya kembali tenang.

Ia begitu marah dengan Sejung hingga membuatnya hanya bisa diam dan langsung berbalik pergi meninggalkan wanita itu sendiri, mungkin saat ini wanita itu sedang menangis meraung-raung di dalam apartemennya.

Taehyung mengusap wajahnya kasar, ia tidak pernah berfikir jika orang yang sudah dianggapnya seperti adiknya bisa melakukan hal kotor. Bahkan ia mengenal Sejung hampir sepuluh tahun rasanya ia masih belum bisa percaya jika semua kekacuan ini akibat perbuatan Sejung.

Pria itu melirik kertas yang hampir tak berbentuk karena ia meremasnya saat di dalam tadi untuk menyalurkan emosinya. Kepalanya semakin berdenyut saat ia membuka lembar kertas berisi data Sunhi dan kertas yang tercorat coret dengan bentuk yang hampir sama isinya. Sepertinya Sejung berusaha meniru tanda tangan Sunhi. Ia tidak mengerti seberapa besar rasa takut Sejung untuk kehilangan dirinya.

Flashback

"A-aku...a-ku hanya...tidak mau orang lain merebutmu lagi... "

"...a-ku takut...kau p-ergi.."

"Tidak ada... y-ang boleh memilikimu selain aku..."

Flashback end
Ia masih ingat bagaimana gadis itu menangis sambil memohon padanya untuk tidak meninggalkannya. Tapi justru karena perbuatan gadis itu ia tidak bisa lagi menahan rasa kecewanya, yang dilakukan Sejung terlalu egois, ia hanya memikirkan kesenangannya sendiri hingga menyakiti orang lain.

----
Sunhi pov

Setengah jam telah berlalu tapi gadis itu belum kunjung beranjak dari duduknya. Ia hanya bisa meremas jari tangannya sambil menunggu ayahnya di dalam. Setelah pertemuannya dengan sang ayah, Sunhi tidak bisa berhenti bersyukur karena bisa melihat sang ayah kembali, tapi baru beberapa saat hatinya kembali diremas saat pertanyaan sang ayah akhirnya keluar.

Dengan berat hati Sunhi menjelaskan keadaan setelah kecelakaan itu tentang kepergian sang ibu dan kondisi mental Sana. Ia semakin merasa bersalah saat ayahnya hanya diam ketika ia selesai menceritakan semuanya, tatapan matanya menyiratkan kesedihan mendalam.

Paginya ia mengantarkan ayahnya ke pemakaman ibunya baru kemudian keduanya pergi ke sebuah rumah sakit dimana Sana dirawat. Sebelum ia bertemu ayahnya Sana hampir menyakiti dirinya lagi, beruntung bibi Park mengetahuinya dan segera mencegahnya. Dokter menyarankan agar Sana dirawat di rumah sakit agar kondisinya terpantau.

Gadis itu refleks berdiri dari duduknya ketika mendengar tangis histeris Sana, ia sudah membuka pintu namun langkahnya berhenti ketika melihat pemandangan di depannya. Sana tengah memeluk ayah mereka diiringi tangis dari keduanya, Sunhi paham jika perlu waktu jadi dia memutuskan untuk kembali menutup pintu dan bersandar pada pintu.

"Kenapa kau tidak ikut masuk?" tanya bibi Park menyadarkan lamunannya. Sunhi segera menegakkan tubuhnya dan menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan wanita paruh baya di depannya.
"Semua baik-baik saja kan?" ia kembali mengangguk. Bibi park dan suaminya sudah tau jika ia sudah bertemu ayahnya kembali.

Pintu ruangan terbuka menampakkan sosok ayahnya yang terlihat kusut setelah menangis. Ia menyapa bibi Park sebentar dan beralih kepada Sunhi.

"Sebaiknya kau pulang, istirahatlah" perintah sang ayah sambil mengusap kepala putrinya.

"Appa juga perlu istirahat" ucap Sunhi menatap ayahnya khawatir.

"Aku akan menjaga Sana disini, kita bisa bicara lagi besok" Sunhi tidak bisa menolak jika ayahnya yang meminta, ia juga paham jika ayahnya mengkhawatirkan Sana saat ini.

"Aku akan menelfon pamanmu untuk menjemputmu" usul bibi Park dan hendak menelfon suaminya, namun aksinya keburu dicegah Sunhi.

"Tidak perlu menelfon paman aku akan naik bis atau taxi" ucap Sunhi menolak tawaran bibi Park. Setelah berpamitan ia segera pergi, beruntung saat ia keluar gedung rumah sakit ia langsung menemukan taxi.

Begitu sampai seseorang sudah menunggu di teras rumahnya. Sunhi sedikit memelankan langkahnya saat ia menyadari jika Taehyung datang ke rumahnya. Taehyung sepertinya belum menyadari kedatangannya karena pria itu duduk sambil menundukkan wajahnya, sepertinya ia tertidur, tapi udara begitu dingin malam ini dan entah berapa lama pria itu menunggu di teras rumahnya. Mendengar langkah kaki yang mendekat Taehyung mendongakkan kepalanya dan melihat Sunhi yang berdiri canggung di depannya.

"Oh, kau sudah pulang?" tanya pria itu sambil bangun dari posisinya. Gadis itu hanya mengangguk tanpa bersuara, kemudian keduanya sama-sama diam membuat suasana semakin terasa canggung. Sebenarnya Sunhi bisa melihat wajah pucat Taehyung.

"Aku-..ada yang ingin aku katakan padamu" ucap Taehyung akhirnya. Ia sempat menunggu reaksinya tapi yang dilakukan gadis itu hanya diam dan terus menundukkan wajahnya.

"Aku sudah menemukan orang yang mengambil resep paman" seketika gadis itu mengangkat kepalanya hingga pandangan matanya bertemu dengan mata gelap milik Taehyung.

"A-apa?" saat ini Sunhi masih terkejut dengan perkataan Taehyung, bagaimana bisa pria itu tau dan kenapa pria itu mencari tau.

"Aku akan mengurus sisanya, akan kupastikan semuanya kembali seperti semula" ucap pria itu sungguh-sungguh.

"Tapi...kenapa?kenapa kau mau melakukannya?"

"Karena aku percaya padamu" ucap pria itu yakin. Sunhi menghela nafasnya pelan dan mulai berani menatap langsung ke matanya.

"Tapi kau diam saja saat itu" tantang Sunhi menyiratkan kekecewaan. Namun tanpa ia sangka pria itu justru melangkah semakin dekat bahkan ia bisa mencium aroma parfum pria itu.

"Aku tau, aku bersalah, maafkan aku, tapi..." Sunhi mendongakan wajahnya ketika ada jeda saat pria itu bicara.

"Tapi aku tidak bisa melakukannya tanpa bukti, dan untuk menebus kesalahanku aku yang akan membereskannya untukmu" ucap pria itu.

"Aku tidak akan memintamu memaafkanku, kau berhak marah padaku" lanjut pria itu dengan suara lirih namun terdengar begitu putus asa ditelinganya. Cukup lama ia berperang dengan perasaannya hingga kemudian sebuah tangan lebar dan dingin menyentuh rambutnya dan mengusapnya perlahan.

"Masuklah dan istirahat, cuacanya sangat dingin aku tidak ingin kau sakit" ucap pria itu kemudian melangkah pergi meninggalkannya yang masih berdiri mematung, saat ia membalikan badannya pria itu semakin menjauh.

"T-ta.." ucapannya terhenti ketika ia mendengar panggilan dari ponselnya. Sunhi segera mengambilnya dan melihat nomor asing yang tidak ia tau.

"Yeoboseyo?" panggil Sunhi ketika mengangkat panggilan itu.

"Sunhi..."

Tbc. 

I Will Stay✖Kim Taehyung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang