Suara dari jam beker milikku yang sudah menunjukkan pukul 6 berbunyi dengan nyaring. Sungguh menyebalkan. Mau tak mau, aku harus bangun dan mematikannya. Pagi ini... um... tak ada yang istimewa. Ya, hari ini sama saja seperti hari-hari biasa dan itu sangat membosankan. Sekolah, belajar, pulang, dan sisanya dilanjutkan dengan hal-hal membosankan lainnya.
Sinar mentari pagi menembus jendela kamarku, memaksaku untuk bangkit dan memulai aktivitas sehari-hari. Dengan malas, aku beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi.
Satu lagi hari membosankan, dimulai...
~o0o~
"Miku!"
Panggilan itu ditunjukkan untukku. Sebenarnya aku tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang memanggil karena aku sangat mengenali suara itu. Namun, yah... anggap saja sebuah kebiasaan.
Seorang gadis berlari ke arahku dan berhenti tepat di sampingku. Sudah kuduga. Dia menatapku dengan mata cokelat miliknya sambil tersenyum. Rambut pirang panjangnya diikat ponytail namun agak menyamping, membuat kesan tersendiri yang khas baginya. Dia menggunakan seragam yang sama seperti yang aku pakai. Ya, artinya dia adalah teman sekolahku. Dan sekaligus teman sekelasku.
"Hai, Neru," balasku dengan senyuman.
Akita Neru. Siapa yang tidak kenal dengan maniak handphone yang satu ini. Dimana pun dan kapan pun, pasti selalu membawa sebuah ponsel kuning yang imut. Dia selalu memainkannya setiap saat, entah apa yang dilakukannya setiap kali memegang benda canggih itu. Dia sangat sayang dengan ponselnya melebihi apapun. Bahkan dia pernah bilang kalau dia akan menikahi ponselnya sendiri. Memang kedengaran aneh dan konyol. Tapi... itulah Neru. Tak ada yang bisa membantah apa yang ia inginkan.
"Wah, rupanya Teto akan terlambat lagi!"
Soal itu... aku tak perlu bertanya. Pertama, Neru tentu mengetahui hal itu dari benda berwarna kuning yang dibawanya. Kedua, Teto memang orang yang selalu terlambat. Dan hebatnya, dia masih sempat memegang ponselnya hanya untuk memberitahu Neru bahwa dirinya akan terlambat. Bukankah disaat kau sadar bahwa dirimu akan terlambat, kau pasti akan buru-buru dan tidak akan membuang-buang waktu demi datang ke tempat tujuan. Tapi, lain halnya dengan Teto. Benar-benar seorang Teto...
Saat ini, aku dan Neru sedang berjalan beriringan menuju sekolah. Menuju Negai Gakkuen. Selama perjalanan, Neru terus saja memainkan ponselnya dan itu membuatku harus membimbingnya sampai di sekolah. Kalau kubiarkan, dia akan berjalan seenaknya tanpa melihat jalanan yang ramai akan manusia. Ditambah lagi, di samping kanan kami terdapat jalan raya yang tak kalah ramai. Akan sangat merepotkan kalau Neru menabrak seseorang atau dia yang akan ditabrak oleh... ah, lupakan.
Dan di sinilah kami, di tempat yang biasa disebut sebagai 'penjara' oleh orang-orang. Tapi menurutku, itu sangat berlebihan karena bagiku ini hanya sebuah rumah khusus untuk menuntut ilmu. Hanya sebuah sekolah biasa. Aku dan Neru sedang berada di kelas saat ini. Lebih tepatnya, di kelas 1-2.
Aku duduk di bangkuku yang terletak di deretan depan paling pojok, dekat jendela. Setelah duduk di singgasana yang nyaman, aku mulai melamunkan hal-hal yang tidak mungkin bisa terjadi, sambil menatap ke arah jendela. Yah, melamunkan sesuatu yang tidak mungkin adalah kesenangan tersendiri bagiku. Memang aneh, tak heran juga beberapa teman sekelasku menyebut aku aneh. Aku memang orang yang suka melamun. Maka dari itu, teman-temanku menjulukiku 'Si tukang melamun'. Ada-ada saja mereka...
Sesuatu yang mengenakkan bagiku untuk dilamunkan sangat kekanak-kanakan. Pada dasarnya aku memang kekanak-kanakan, sih. Tapi, siapa peduli?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish... (Miku x Len)
ФэнтезиHatsune Miku, bukan seorang gadis biasa. Namun kehidupan yang dijalaninya sangat biasa-biasa saja. Setiap hari adalah hari 'membosankan' baginya. "Seandainya dunia ini seperti negeri dongeng..." Namun siapa yang mengira kehidupannya akan berubah han...