Bagaimana perasaanmu ketika kehilangan seseorang yang paling dekat denganmu?
Apa kau akan bersedih dan menangis ketika kehilangan orang tuamu sendiri? Untuk orang-orang yang masih memiliki perasaan mungkin akan melakukan hal demikian.
Sudah pasti, bukan? Terkadang kita harus merelakan semuanya dan menjadikan itu sebagai pelajaran berharga untuk bisa melangkah maju. Sebagian orang akan melakukan hal demikian, namun beberapa tidak sanggup melakukannya kemudian memutuskan untuk menyerah saja.
Jadi, tipe orang seperti apakah dirimu?
Kau tidak akan mengerti... kalau belum pernah merasakannya...
"Aku harap aku bisa melindungi orang-orang disekitarku, dengan begitu pasti tidak ada yang perlu mati..."
~o0o~
Kagamine Rinto. Begitulah mereka menyebutku. Lebih tepatnya, Rinto memanglah namaku. Aku adalah salah satu Black Mage dari klan Kagamine. Saudaraku adalah Kagamine Len, dia juga seorang Black Mage. Begitu pula dengan saudari-saudariku, Lenka dan Rin.
Kami berempat sempat merasakan yang namanya 'kematian'. Meski begitu, kami dibangkitkan kembali dengan wujud vampir oleh sihir yang luar biasa hebat. Sihir sehebat itu hanya bisa dilakukan oleh Yowane Haku, yang biasa dikenal sebagai The Last Wizard.
Namun sayangnya, kami harus kehilangan sebagian ingatan kami. Jadi, ada beberapa hal yang kami lupakan. Bahkan hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlupakan. Karena itulah, untuk mengembalikan ingatan kami sepenuhnya ketika menjadi manusia, kami harus memasuki sebuah tempat yang dipenuhi ilusi kenangan kami. Tempat itu adalah Memoria.
Memoria adalah sebuah kekuatan sihir terbesar yang pernah diciptakan. Sihir tersebut berupa tempat-tempat akan memori seseorang, bahkan rangkaian kejadian masa lalu yang pernah terjadi di tempat itu diperlihatkan secara jelas dan terang-terangan. Seakan-akan seperti melihat kembali rekaman masa lalu seseorang. Namun semua itu hanyalah ilusi.
Rasanya kami seperti pergi ke masa lalu dengan mesin waktu.
Dan, penyihir hebat yang telah membuat Memoria adalah... The Last Wizard, Yowane Haku.
Saat ini, aku dan saudara-saudariku beserta Miku, sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Sekolah ini memang mirip seperti sekolahku saat duduk di bangku SMA. Tidak, ini memang sekolah itu.
Setelah berjalan agak lama, kami menemukan satu-satunya pintu di depan. Karena tidak ada jalan lain lagi, Len pun membuka pintu tanpa pikir panjang.
Di dalam sana tidak kelihatan seperti ruang kelas, perpustakaan, ataupun ruang guru. Tempat ini benar-benar tak lazim untuk berada di sekolah. Bagaimana tidak? Karena saat ini kami malah masuk ke sebuah kafe!
"Memangnya di sekolah ada yang seperti ini, ya?" tanya Miku polos.
"Mana mungkin..." aku kembali menoleh ke arah belakang untuk memastikan kalau tempat ini benar-benar terdapat di sekolah.
Saat aku berbalik dan menatap ke arah kami masuk tadi, yang kulihat adalah-
"KITA SUDAH TIDAK DI SEKOLAH!" teriakku reflek.
Yang lainnya pun akhirnya menyadari kalau keadaan luar sudah berubah. Saat ini kami berada dalam sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan. Terbukti, banyak para pejalan kaki yang lalu lalang di jalanan. Tak sedikit dari mereka yang melewati kafe ini.
"Lagi-lagi ilusi, ya," Rin menyimpulkan.
"Semua yang ada di sini memang ilusi, tapi tetap saja, terlihat nyata," kata Miku sambil menatap sekitar dan memutarkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish... (Miku x Len)
FantasyHatsune Miku, bukan seorang gadis biasa. Namun kehidupan yang dijalaninya sangat biasa-biasa saja. Setiap hari adalah hari 'membosankan' baginya. "Seandainya dunia ini seperti negeri dongeng..." Namun siapa yang mengira kehidupannya akan berubah han...