Len duduk di samping Haku yang tergeletak di tanah. Kondisi Haku begitu memprihatinkan. Namun anehnya, dia seperti tak berniat untuk menyembuhkan dirinya.
Haku hanya menunjukkan senyuman pasrah begitu menyadari Len berada didekatnya. Entah dia memang benar-benar pasrah. Atau itu hanya jebakan lain yang telah direncanakannya. Namun, Len terlihat tenang-tenang saja dan menatap Haku dengan wajah datar.
"Apa yang kau tunggu? Harusnya kau langsung membunuhku..." ucap Haku lirih tanpa memandang wajah Len sedikit pun.
Len hanya terdiam. Dia terus menatap Haku datar tanpa berniat mengatakan apapun. Tangan kanannya yang menggenggam pisau juga seperti tak ada niatan untuk menggunakan pisaunya.
"Bunuh aku sekarang, dasar bodoh..." Haku berucap lirih dengan senyuman yang terlihat rapuh.
Len sempat terbelalak mendengar suruhan Haku untuk membunuhnya. Namun kemudian dia menatap Haku sendu. Dia jadi bimbang, entah kenapa.
Tanpa peduli dengan perasaan yang membuatnya tak nyaman, Len segera membuka pembungkus pisau belatinya. Pantulan wajahnya terlihat di pisau yang mengkilap itu. Melihatnya, membuatnya tambah bimbang dengan tujuannya saat ini. Kali ini, dia akan membunuh Haku dengan tangannya sendiri...
"..." Len terdiam sambil menggenggam erat pisau belatinya dengan kedua tangannya. Ujung pisau tersebut kini menghadap Haku yang masih tersungkur di tanah.
Meskipun begitu, Haku tak menunjukkan tanda-tanda dirinya akan menghindar ataupun menghentikan Len. Dia tetap diam, sambil perlahan tersenyum tulus. Melihat senyuman itu, membuat Len tambah ragu untuk membunuhnya.
Apa maksudnya tersenyum seperti itu...
Haku yang tergeletak di tanah dengan lemah dan penuh luka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Seolah sudah siap dan mempersilahkan Len untuk membunuhnya sekarang juga. Meskipun begitu, Len tetap diam...
"Kenapa... kau diam...?" tanya Haku lirih.
Len tambah mengeratkan genggamannya pada gagang pisau belatinya. Tangannya bergetar. Tubuhnya juga demikian. Dia sedikit ketakutan. Namun, dia sendiri tidak mengerti apa yang ditakutkan.
"Kau ingin membunuhku, kan?"
"Aku akan membunuhmu!" ucap Len yang sebenarnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Lakukan..."
"...Kata-kata terakhir?" Len basa-basi.
"Memangnya perlu?"
"..."
Hening sesaat.
Haku mulai mengalihkan pandangannya pada Len yang tengah duduk dengan pisau dalam genggamannya. Haku menatap Len penuh arti sambil tersenyum tulus. Hal itu membuat Len melebarkan mata dan membuka sedikit mulutnya.
Pandangan mereka bertemu untuk waktu yang cukup lama. Len tak berniat untuk bicara apa-apa. Dia menunggu Haku untuk bicara.
"Kalau boleh aku mengungkapkan..." Haku bicara dengan suara yang mulai serak. "Aku menyayangi kalian," lanjutnya sambil tersenyum ke arah Len.
Len terkejut dan tidak percaya dengan yang Haku katakan. Tubuhnya semakin bergetar. Namun dia berusaha untuk tetap tenang.
"Pembohong!" bentak Len dengan suara bergetar.
"Ah, tentu saja... aku tidak pantas untuk dipercaya lagi..." ucap Haku yang kemudian menatap langit.
Len tidak tau harus berbuat apa lagi. Perasaannya kacau. Perasaan marah, sedih, senang, gelisah, ragu, kecewa... Semua menjadi satu disaat yang bersamaan, yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan rasa sakit tanpa sebab yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish... (Miku x Len)
FantasíaHatsune Miku, bukan seorang gadis biasa. Namun kehidupan yang dijalaninya sangat biasa-biasa saja. Setiap hari adalah hari 'membosankan' baginya. "Seandainya dunia ini seperti negeri dongeng..." Namun siapa yang mengira kehidupannya akan berubah han...