History

102 9 5
                                    

"Dari mana kalian datang, ha!?" bentak wanita baya yang mengenakan baju pelayan itu kepada empat orang anak di depannya.

"Kami... tidak tahu harus kemana lagi.." jawab anak lelaki yang rambutnya agak diikat. Nada bicaranya terdengar lesu.

"Ugh! Baiklah, kalian boleh masuk!" perintah wanita itu dengan kasar.

Wanita itu pun membuka pintu utama dan mempersilahkan mereka masuk dengan raut wajah yang tak ramah. Tapi kelihatannya mereka tidak begitu peduli dengan hal itu dan asal masuk saja ke dalam. Begitu mereka masuk, wanita itu menutup pintunya kembali dengan keras lalu pergi entah kemana.

Kami diam saja menyaksikan pelayan yang marah-marah pada anak-anak tak berdosa itu. Karena kami menyadari satu hal... anak-anak itu adalah klan Kagamine.

"Apa sebaiknya kita ikut masuk saja?" tanya Rinto setelah melongo untuk waktu yang cukup lama.

"Aku rasa begitu," jawab Len.

Aku rasa Len juga tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia pun berjalan mendekati pintu masuk panti asuhan tersebut lalu membukanya. Yang lain termasuk aku hanya bisa mengikutinya dari belakang.

Menurutku, Len memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Ternyata dari kecil dia memang pandai mewakili saudara-saudarinya. Aku jadi semakin kagum padanya...

Tidak ada siapa-siapa di dalam. Sepertinya anak-anak tadi sudah pergi ke ruangan lain. Len asal masuk saja ke dalam sana diikuti yang lainnya. Jadi aku juga hanya bisa menurut. Di dalam hanya ada karpet hijau yang digelar rapi diatas lantai berkeramik putih. Di sekitar karpet terdapat lemari kayu dan laci-laci yang kemungkinan isinya cuma mainan. Di sisi kiri terdapat pintu yang mengarah ke ruangan lain.

Tempat ini terlihat familiar di mataku. Namun lagi-lagi aku tidak dapat mengingat apa-apa.

Selagi kami diam saja mengamati setiap fitur dari ruangan ini, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke sini dan berjalan melewati kami. Dia... hanya lolos saja. Aneh. Apakah dia tidak menyadari keberadaan kami di sini?

Orang yang masuk ke sini itu rupanya wanita baya yang tadi. Dia pun berhenti di depan pintu yang mengarah ke ruang lain tersebut. Dia tidak membuka pintunya melainkan hanya diam saja memandangi gagang pintu dengan wajah tak ramahnya itu.

"Kenapa kau tidak senang dengan mereka?" tiba-tiba terdengar suara orang lain dari pintu masuk.

Kami menoleh bersamaan dan mendapati sosok wanita lain yang mengenakan seragam yang sama. Sepertinya dia juga seorang pengasuh di sini.

"Kau tidak sadar, ya? Anak-anak tadi adalah korban selamat dari perang antarpenyihir itu! Bagaimana kalau mereka juga seorang penyihir!?" sahut wanita yang masih berdiri di depan pintu, memandang lawan bicaranya dengan raut wajah marah.

"Tenanglah, mereka hanya anak kecil."

"Mereka terlihat seperti monster di mataku!"

"Hei, tenanglah..."

Percakapan mereka pun terus berlanjut. Sepertinya mereka membicarakan anak-anak tadi. Ya, mereka membicarakan Rin, Len, Rinto, dan Lenka.

Saat kuperhatikan klan Kagamine yang saat ini bersamaku, mereka hanya menundukkan kepala seraya berpikir. Aku rasa mereka mencoba mengingat-ingat kejadian saat ini.

Saat itulah aku paham, semua yang ada di Memoria ini. Tempat ini dipenuhi ilusi akan masa lalu. Memori-memori semua orang yang telah terlupakan. Dan saat ini pasti aku sedang melihat masa lalu mereka. Rupanya mereka juga dirawat di panti asuhan.

"Terserah apa katamu. Aku tidak mau menjadi pengasuh mereka!" percakapan itu pun diakhiri dengan wanita tak ramah itu pergi keluar dari panti. Sementara wanita satunya hanya menggelengkan kepala lalu masuk ke ruangan lain.

I Wish... (Miku x Len)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang