Memoria? Apa itu?
"Yang benar saja! Kita sedang berada dalam tempat yang dipenuhi ilusi itu!?" kata Rinto tak percaya.
"Um, apa itu Memoria?" tanyaku.
"Sebuah tempat yang penuh dengan ilusi ciptaan Haku-nee. Tidak pernah ada orang yang masuk ke sana sebelumnya, bahkan Haku-nee sendiri," jawab Len sambil menatapku.
"Kenapa Haku-nee membawa kita ke sini?" gumam Lenka.
"Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Rin pada Len.
"Terus jalan!" kata Len tegas.
Aku tidak begitu mengerti tempat seperti apa Memoria itu sebenarnya. Tapi dari reaksi mereka dan dari perkataan Haku-nee begitu kami memasuki pintu dan tiba di sini, sepertinya tempat ini adalah Memoria. Dan semua yang ada di sini... adalah ilusi? Aku pasti sedang bermimpi.
Tidak, ini nyata. Hanya saja, ilusi di sini adalah sihir milik Haku-nee. Kalau boleh aku menyimpulkan, mereka semua adalah seorang penyihir. Lantas, kenapa aku yang bukan seorang penyihir ada di sini? Aku... bukan seorang penyihir.
Apakah aku seorang penyihir?
Di saat aku sibuk dengan lamunanku, aku merasakan sesuatu yang dingin menggenggam tanganku. Dan lagi-lagi Len yang melakukannya.
"Kita jalan terus saja, tuan putri," katanya ramah.
Aku tidak tahu harus senang atau sedih, karena Len telah membawaku sampai sejauh ini. Di sisi lain aku senang karena kehidupanku menjadi lebih berarti dibanding kehidupan membosankan yang hampir setiap hari aku jalani. Tapi juga aku merasa bahwa aku hanya menjadi beban di sini.
Len, kenapa harus aku? Kenapa memilihku?
"Tenang saja, tuan putri. Aku janji akan melindungimu," lanjut Len yang masih menggenggam tanganku.
Aku hanya bisa mengangguk pelan. Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang kecuali mengikuti mereka.
Sesungguhnya aku masih bingung... kenapa aku harus terlibat dengan mereka?
Kami berjalan lurus mengikuti arah jalanannya. Dan Len masih menggenggam tanganku. Aku tidak tahu sampai kapan kami akan terus berjalan. Jalanan ini kelihatan seperti tidak ada ujungnya. Selain itu, reruntuhan yang kulihat di kiri-kanan jalan terlihat sama semua.
Tunggu, aku seperti melihat seseorang berdiri jauh di depan sana. Apa aku sedang berhalusinasi?
Jauh di depan, aku melihat siluet seseorang yang menggunakan topi penyihir dan membawa tongkat. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas karena terlalu jauh. Aku rasa jubahnya berkibaran tertiup angin. Dan... uh, aku tidak melihatnya lagi. Kabut menutupi pengelihatanku.
Eh, kabut?
Sejak kapan ada kabut di sini!?
Kami menghentikan langkah kami begitu menyadari kabut di sekeliling. Namun aku masih bisa melihat orang-orang di sekitarku. Dan Len masih menggenggam tanganku, jadi aku tidak akan terpisah olehnya.
"Kenapa malah jadi berkabut!?" tanya Rin kesal.
Sial! Aku tidak dapat melihat apa-apa sekarang. Tapi aku dapat merasakan... Len merangkulku dari samping. Uh, apa-apaan ini. Entah kenapa hatiku berdebar-debar tak karuan.
"Tetaplah bersamaku, putri!" kemudian Len mendekap tubuhku.
Aku... tidak merasakan kehangatan apapun. Tapi entah kenapa aku merasa nyaman dalam dekapannya. Aku pun menempelkan kepalaku ke dadanya. Tunggu dulu, aku merasa ada yang aneh. Benar, ada yang aneh!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish... (Miku x Len)
FantasyHatsune Miku, bukan seorang gadis biasa. Namun kehidupan yang dijalaninya sangat biasa-biasa saja. Setiap hari adalah hari 'membosankan' baginya. "Seandainya dunia ini seperti negeri dongeng..." Namun siapa yang mengira kehidupannya akan berubah han...