My Wish (part 1.2)

71 9 5
                                    

"Waktu telah berlalu sejak aku bertemu denganmu
Perasaan yang kutulis dalam surat ini pun meluap
Tanpa disadari, itu telah menggema di antara kita
Terkadang terasa kuat, terkadang terasa melemah

Aku menyukaimu sejak pandangan pertama
Aku juga tidak begitu mengerti kenapa perasaan seperti itu timbul begitu saja saat aku bertemu denganmu
Entah itu adalah suatu kebetulan, atau mungkin takdir yang mempertemukan kita

Aku suka aroma musim semi dari dirimu
Aku suka mata biru indahmu saat menatapku
Aku suka senyumanmu yang selalu menjadi penyembuh dikala aku sedang sedih
Aku suka segala hal tentangmu
Aku suka dirimu...

Terima kasih telah hadir dalam kehidupanku

Aku mencintaimu..."

~o0o~

Aku membuka mataku perlahan. Pemandangan pertama yang aku dapatkan adalah langit yang gelap. Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi. Seingatku, aku mengalami pendarahan saat berada di ruang kelas bersama yang lainnya.

"Dimana aku...?" itulah kata-kata pertama yang kuucapkan.

"Tak kusangka sebuah perasaan cinta dapat menggoyahkan semangatmu."

Terdengar suara seseorang. Aku tidak melihat siapa pun melainkan hanya kegelapan. Aku pun bangkit dan mataku menjadi liar menatap sekitar. Namun nihil. Yang aku lihat hanya kegelapan pekat.

"Siapa itu?" tanyaku dengan suara keras.

"Ini aku..." ucap suara itu lagi.

Aku pun akhirnya tersadar. Itu Haku-nee yang bicara. Tapi, di mana aku saat ini? Apakah aku masih di dalam Memoria? Berarti semua ini juga ilusi.

Oh ya, bagaimana dengan lukaku?

Aku meraba dadaku yang tadinya terluka sehingga aku mengalami pendarahan. Namun sekarang, sudah tidak ada luka lagi disana. Semua baik-baik saja! Aku jadi bingung. Dan juga, siapa orang yang telah membuatku terluka seperti itu?

"Ingatlah, Lenka," kata suara Haku-nee. "Tugas kalian adalah untuk membawa Miku. Bukan untuk membuat janji tidak jelas dengannya."

"Itu karena... aku sangat ingin bertemu dengan kakaknya..." jawabku lemas.

"Itu urusan mudah. Yang penting sekarang, kalian harus membawa Miku. Kalian harusnya berjuang demi dirinya."

"Apakah dengan begitu, aku bisa bertemu dengan Mikuo!?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu, aku akan melakukan yang terbaik! Aku janji," kataku penuh semangat.

"Sayangnya, kau sudah tidak diperlukan lagi," suara Haku-nee menjadi kecil perlahan.

"Eh? Kenapa?"

"Karena kau sudah goyah. Tenang saja, masih ada saudara-saudarimu disana yang akan menggantikanmu."

"Tapi..." mendengarnya, semangatku pun ikut menjadi goyah. "Bagaimana dengan aku yang akan bertemu Mikuo?" aku sengaja mengecilkan volume suaraku, bergumam.

"Jadi kau hanya memikirkan pemuda itu, ya..."

Hening sesaat.

Memang benar, sih. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Mikuo. Apakah, hanya karena itu... aku menjadi orang yang gagal?

Tiba-tiba aku merasa tubuhku bercahaya. Aku menatap telapak tanganku yang mulai bersinar terang. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin, Haku-nee yang melakukan ini?

"Haku-nee, apa yang terjadi padaku?" tanyaku.

"Hanya ingin memberi pelajaran sedikit. Tenanglah, ini tidak akan lama."

Jawaban Haku-nee barusan seketika membuatku merinding. Aku penasaran apa yang akan dia lakukan padaku.

Lalu tiba-tiba saja aku merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku...

"AAAAAAHHH!!!"

~o0o~

Whuuss...

Angin mendadak bertiup sangat kencang. Rinto menghentikan langkahnya. Yang lainnya menoleh ke arahnya.

"Ada apa Rinto?" tanya Rin yang menyadari perubahan ekspresi dari wajah Rinto.

"Perasaanku tidak enak," jawab Rinto sambil memegang kepalanya.

"Nee, apa Lenka baik-baik saja?" tanya Miku khawatir.

"Itulah yang aku pikirkan..." wajah Rinto terlihat panik.

"Hn?"

"Lenka, semoga kau baik-baik saja..."

I Wish... (Miku x Len)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang