Mereka Adalah Teman Pertamaku

123 8 4
                                    

Aku menangis dalam diam di teras depan panti asuhan ini. Aku takut... aku sangat takut... Tapi, sebenarnya aku tidak begitu mengerti apa yang aku takutkan.

Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa masih ada penjelasan dari perkataan mereka. Aku hanya belum mendengar semuanya. Mereka pasti akan menjelaskannya padaku, kan? Karena mereka teman-temanku...

Aku lelah memikirkan hal ini. Aku pun memutuskan untuk kembali dan mencari sebuah kamar yang belum ditempati di dalam panti asuhan. Aku butuh istirahat... sebentar saja...

"Miku..." Suara itu menghentikan langkahku dan memaksaku untuk menoleh guna memastikan siapa yang memanggilku. Meskipun, dari suaranya aku sudah tahu. Len.

Tubuhku terasa berat meskipun hanya untuk melakukan gerakan-gerakan ringan saja. Bahkan aku butuh beberapa energi untuk menoleh ke arah Len yang berdiri tegak di hadapanku. Berbeda denganku yang sudah lelah ini, tubuhku agak sedikit condong ke depan.

"Kau kelihatan lelah. Wajahmu pucat. Seharusnya kau istirahat," ucap Len dengan kata-kata seperti peluru yang tepat sasaran.

"Iya, aku ingin istirahat sebentar."

"Kalau begitu silahkan lewat sini, tuan putri," Len agak membungkukkan badannya kemudian mengiringku menuju sebuah kamar.

Aku penasaran di mana yang lainnya. Dari tadi aku juga tidak melihat ilusi diriku maupun klan Kagamine lainnya. Oh, ya, ini sudah malam. Mungkin mereka sedang tidur. Atau mungkin karena Haku-nee masih belum ingin memperlihatkannya lagi pada kami.

Aku masuk ke dalam kamar yang isinya hanya ada tempat tidur dan lampu. Ukuran kamar ini tidak begitu luas. Sebaliknya, sempit bagiku. Yah, setidaknya ada tempat untuk istirahat.

"Tidurlah dengan nyenyak tuan putri," kata Len diiringi senyum manis bak malaikat miliknya. Senyuman itu benar-benar cara jitu untuk aku mimpi indah malam ini.

Aku hanya mengangguk kemudian duduk di kasur. Tidak terlalu empuk, namun cukup nyaman. Aku pun langsung merebahkan tubuhku di atas kasur dan menarik selimut di bawahku. Len masih dengan senyum manisnya, menatap ke arahku. Seolah dia akan pergi apabila aku sudah tertidur. Ehm, bukankah kalau begini... aku malah tidak akan bisa tidur.

Hmm, kalaupun tidak bisa tidur, paling tidak bicara sebentar dengannya? Aku memang lelah. Tapi itu karena aku berpikir terus seharian. Otakku lelah bekerja dan butuh istirahat. Namun, masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan. Ugh, kenapa Haku-nee tidak mau menjelaskan saja dari awal? Baiklah, kalau aku minta penjelasan dari Len sekarang mungkin aku bisa mendapat sedikit informasi. Yah, lebih baik daripada tidak ada. Lagian, sepertinya ingatan Len sudah kembali.

"Um... Len?" Aku memberanikan diri untuk bicara. Habisnya, aku sudah tidak tahan lagi. Aku sudah lelah memikirkannya!

"Iya?" balas Len menatap ke arahku yang sedang berbaring di kasur.

"Ehm, begini, sebenarnya... ada yang ingin aku tanyakan..."

"Kau boleh bertanya apa saja, tuan putri," jawab Len dengan ramah.

Aku kembali duduk di pinggiran kasur. Menyadari percakapan ini akan memakan waktu lama, Len juga ikut duduk di sampingku. Ya, memang banyak yang ingin aku tanyakan. Meskipun aku sudah ingat tentang mereka, tapi aku masih belum mengetahui siapa mereka yang sebenarnya.

Manusiakah? Bonekakah?

Tak peduli apapun itu, aku hanya ingin minta penjelasan. Jadi sebelum mulai bertanya, aku menyempatkan diri untuk memeriksa hal 'itu' lagi.

"Sebelum itu, aku permisi sebentar..." kataku. Kemudian aku menempelkan kepalaku ke dada Len yang jelas membuatnya bingung. Saat ini seolah aku sedang memeluknya.

I Wish... (Miku x Len)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang