Last Part of Chapter 3
StefaniAKU INGIN MELAWANNYA!
Siapa yang bisa mengira, sesuatu hal yang kita inginkan dapat terjadi begitu saja? Dan inilah yang sedang kurasakan. Seekor naga raksasa menghadangku dengan kilatan mata merah memancar-mancar menatapku.
Terlampau senang membuatku melupakan hal apa yang harus kulakukan. Oh yeah, harusnya aku melawannya dengan panah karena sia-sia saja jika guru pemanahku mengajariku berbagai trik tapi tak kugunakan.
Namun, aku tak akan menggunakan panah lagi. Alasan yang begitu sederhana, aku tidak membawa panah sebelumnya.
Begitu menggelikan, tapi untungnya aku punya kekuatan hebat. Tak dapat dipungkiri, aku tidak sombong mengakui hal itu.
" Hei, kenapa kau lakukan itu duluan?!?" pekikku kala aku melihat Tuan Listrik menyerang mangsaku.
" Kau itu lelet."
Huh, dasar menyebalkan. Oke, itu bukan masalah. Aku akan menyingkirkan Si Listrik. Ngomong-omong, dia terkesan seumuran denganku.
" Menyingkirlah!"
Aku menyambarkan petir di antara laki-laki itu dengan naga raksasa, hingga membuat perlawanan sengit terpisah begitu saja. Aku tersenyum licik. Tidak begitu licik karena aku punya niat baik.
" Berhenti bermain-main!" Laki-laki itu memarahiku?
" Ini pencapaianku, tolonglah," pintaku padanya.
Dia akhirnya melompat ke belakang, mempersilahkanku menyerangnya. Begitu mudah lelaki itu menyerah rupanya.
" Hai, Tuan Naga! Ayo bermain!"
Naga itu tidak mengerti ucapanku. Aku tahu dan terima kasih atas pembuangan waktunya. Tak basa-basi lagi, aku mengendalikan fokusku kepada naga itu.
Petir menyambarnya, tapi alangkah mengejutkannya ia menolak petir itu dengan mudah. Ekornya menyambar dengan kuat, mendorongku sampai terjungkal 100 meter jauhnya. Itu bukan penipuan.
Aku kembali ke sana dengan teleportasi. Ya, itu dibantu oleh Tuan Listrik. Kami berdua menyerang bersamaan.
Aku melemparkan petir-petir kembali, menancapkan petir itu hingga ke perutnya. Sedikit reaksi, itu mengagumkan tapi tak terlalu menyerangnya.
Aku dan Tuan Listrik menyerang bersamaan. Kami gabungkan kekuatan, itu mudah karena pasalnya dua kekuatan itu bersangkutan.
Apa kau bertanya-tanya tentang api dari naga?
Sedari tadi naga itu hanya mengibaskan ekornya tanpa mengeluarkan percikan api sekecil apapun. Kukira dia sakit.
Baiklah, kekuatan kami sudah terkumpul luar biasa, membentuk bulatan besar sampai-sampai menghalangi pandangan sang naga. Suara petir menyambar tentu saja mendominasi. Dari jarak 50 meter aku dan Tuan Listrik melemparkan kekuatan dengan sekuat tenaga.
Semoga ini berhasil.
Dan Duarr..!!!
Gabungan kekuatan kami sepertinya mengenainya. Bau gosong membuat pikiranku mengasumsikan bila naga itu terkalahkan.Tapi, itu tidak benar.
Mulut naga menganga, menciptakan pusaran dengan gabungan kekuatan luar biasa. Petir, Cahaya, Kristal, Angin, bahkan Air dan Api dapat terkumpul. Pusaran itu menyedot kami ke dalamnya.
Aku menancapkan petir sebagai pegangan dan Tuan Listrik menapakkan kakinya sebagai tumpuan utama dengan listrik yang menyambar-nyambar.
Kekuatannya terlalu kuat. Aku tak menyangka seekor naga dapat mempunyai semua kekuatan itu. Dunia magis begitu menipu.
Tak dapat menahan tarikan itu lagi, aku dan Tuan Listrik tersedot ke dalam pusaran di mulut naga, merasakan siksaan berbagai kekuatan yang merajalela.
" Akh.. bagaimana bisa?!" Tuan Listrik masih bisa bicara? Itulah keajaiban. Aku sudah lemah dengan rasa sakit terus menerus. Api menerjangku, air menyelimuti, disambar pula dengan petir, dan diredam oleh kristal. Ya, aku terlapisi kristal dengan hantaman-hantaman mengerikan di dalamnya.
Sakit.
Aku tak mau kalah dengan rivalku sesungguhnya. Aku memfokuskan pikiranku, membayangkan petir menghunus tubuh naga sampai hancur berkeping-keping.
Kudengar rintihan sang naga dan teriakan malangnya. Aku tak peduli, tapi ada rasa janggal yang tak dapat kuartikan. Kubuka mataku lebar-lebar dan inilah hasilnya.
Petir ribuan volt menyadap tubuh naga dalam sekali hantaman! Ini berhasil! Naga itu terbakar hangus dan menerbangkan kulit-kulit hitamnya.
" Kau hebat." Pengakuan dari Tuan Listrik yang sebenarnya tak enak didengar.
Aku hanya mengangguk.
Senyumku yang merekah terhapuskan begitu saja. Naga itu... naga itu...
" Hikara!!!"
Bagaimana bisa dia menjadi seperti ini? Aku berlari sembari meneteskan air mataku begitu deras. Dia temanku, bagaimana aku bisa menghabisinya???
Tubuhnya sudah seperti debu, terbakar oleh sambaran petirku. Sudah kusadari rasanya tak terima untuk membunuh naga itu.
Naga itu temanku!
Di dalam naga itu temanku!
Aku menangis sejadi-jadinya di lengan pundak Hikara yang sebentar lagi terbuang menjadi debu berterbangan. Aku takkan merelakannya!
" Bagaimana ini bisa terjadi! KENAPA AKU MEMBUNUHNYA?!?"
" Ini takdirnya. Dia sudah mati bahkan sebelum kau membunuhnya. Dia sudah mati bahkan sebelum dia menjadi seekor naga."
" Apa maksudmu? Dia sudah mati? Kenapa?"
" Dia tidak membuat pilihan. Penguasa Awan yang memilihnya untuk mati."
" Arrghh.. aku takkan biarkan penguasa itu hidup tenang!"
Aku berdiri, mengepalkan tanganku kuat-kuat. Kutatap mata Tuan Listrik begitu lekat, sampai ia tahu maksudku.
" Aku akan membawamu."
Tuan Listrik menggandengku, membuat kami menghilang, menelisik lebih jauh ke dalam hutan yang ingin kutuju.
" Inikah hutannya?" tanyaku.
Tuan Listrik mengangguk. Dia mengernyitkan dahinya, seakan menemukan sesuatu yang ganjal.
" Kristal, Air, Tombak, Bola Hitam?" Ia bergumam tak jelas.
" Ada apa dengan kekuatan-kekuatan itu?"
" Aku merasakan mereka!"
Siapa mereka? Kristal dan Air? Tombak dan Bola Hitam?
" Ayo ke sa--"
Perkataannya berhenti, kala ...
Tombak Racun melesat ke arah kami!!!
Hello!!!
The last part of Stefani, guys!
Dan semua Chapter endingnya nggantung :vTenang aja, semua tokoh berkesinambungan dan kalian pasti udah tahu dari part ini, kan?
Let's start Vomment and add this story to your library!
To be continue...
KTH / Fantasy Lab
Dewi_Delzd
.
.
.
.
.Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.
- Replica -
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...