Awal Mula
" Wow, aku baru pertama kali merasakan sejuknya pantai!" Annalesya berteriak heboh karena memang inilah liburan terbaiknya.
Deburan ombak, dipadukan dengan cuaca yang indah, membuat pantai itu menawan dari sisi manapun. Karang-karang berwarna-warni nampak dari daratan, lantaran air pantai begitu bersih dan jauh dari gemerlap sampah.
" Hey, kalian lihatlah ke air pantai! Semakin lama semakin jernih, bahkan terlihat dibumbui serbuk mutiara dari langit," ucap Leorand menduga-duga.
Memang benar, air pantai itu berkilauan, menampilkan aura mewah yang mengagumkan. Dari sana, Nevy yang baru memperhatikan langsung terkejut melihat hal tak biasa itu. Dari air dan deburan ombak, ia melihat gulungan awan yang membuat pusaran halus, mengubah gumpalan kristal itu menjadi kabut-kabut putih.
Titik-titik air turun begitu deras di luar sana. Angin kencang membubarkan barisan wisatawan yang mengagumi semua hal yang tak mereka lihat dari jarak dekat.
Merasa tak aman, Nevy menarik semua temannya menjauhi pantai, berlindung di balik batu besar yang sanggup menahan deburan ombak pasang.
" Ramalan itu akan terjadi. Cepat pergi!" Seseorang berteriak, membuat wisatawan gaduh tak beraturan.
" Ramalan apa? Memangnya ini film klasik yang dulu pernah diputar di TV?" Stefani mulai merasakan keanehan.
Hikara tahu ramalan itu. Ramalan alam, mengambil raga, mengembalikan jiwa. Tak mau mereka menjadi korban, Hikara memaksa mereka melupakan apa pun semua tentang Pantai Shizen Un dan meninggalkan tempat itu secepatnya.
" Aku juga pernah lihat scene seperti ini di film. Sangat mirip," Leorand terus mengoceh tanpa pergi dari tempatnya saat ini. Ia pun mengingat sesuatu yang begitu penting.
" Kau tahu? Di luar kawasan Shizen Un, bencana terjadi lebih dasyat dari ini," lanjut Leorand.
Hikara baru ingat itu. Ia memijit kepalanya yang pening. Sementara itu, tiga gadis yang lain saling berpegangan tangan, menghindari kejadian buruk yang mungkin menimpa mereka.
" Ayo pergi!" Hikara berteriak dan memaksa mereka meninggalkan tempat itu meskipun resikonya besar. Ia tak mau dirinya dan teman-temannya menjadi korban dan diperbudak oleh mereka di alam lain.
" Cepat pergi!"
" Aku meninggalkan surat dan barang penting di sana!" Nevy menolak, berusaha mengambil apa yang dimilikinya.
" Barang itu tak akan berarti jika nyawamu lebih berharga!"
" Surat dan barang itu berharga, semuanya berharga. Itu semua milik ibuku!"
" Tak pernah kuingat kau perhatian dengannya!"
" Tapi-"
Ucapan gadis itu terhenti. Mulutnya serasa dibekap, dirinya seakan menjadi batu yang tak dapat bergerak. Semua temannya merasakan hal yang sama. Mereka masih bisa berpikir, perasaan dan kondisi mereka tak dapat dijabarkan lagi.
Kabut tebal berwarna putih itu menyelubungi mereka, bagaikan gas tidur yang membuat semuanya tak sadarkan diri lagi.
" Ini tidak benar, semua ini salah. Salahku," pikir Hikara, menyesali kejadian yang telah terjadi ini, menyalahkan dirinya.
Kabut semakin tebal. Kesadaran mereka semakin teringsut dari alam nyata. Mereka menghilang bagai daun kering yang diterpa angin kencang. Air, api, udara, petir, dan kumpulan kristal melingkup mereka bersamaan dengan kabut dan raga yang terhempas bebas.
Anak-anak itu jatuh bebas dari langit gelap nan mengerikan. Air, api, udara, petir dan kristal masih mengikuti. Kabut semakin lama semakin kabur. Menghilang tanpa jejak.
Tekanan udara dan hantaman bisa dirasakan oleh semua anak itu. Jatuh bebas dari hari yang terang menuju kegelapan. Mereka berada dalam ambang-ambang. Antara hidup dan mati. Antara sadar dan tidak. Semua sudah direncanakan oleh mereka.
Mereka terjatuh, semakin dekat satu sama lain. Dan kala mereka berdekatan itulah mereka terhempas, terombang-ambing dalam sebuah ruang kosong dengan tepi yang tak terlihat. Mereka terjatuh dalam sebuah ruangan. Ruangan yang terang, penuh kabut, dan hawa mencekam. Mereka mati.
Matilah jika kau ingin mati, dan bangunlah jika kau ingin hidup kembali.
Matilah jika kau ingin mati, dan bangunlah jika kau ingin hidup kembali.
Matilah jika kau ingin mati, dan bangunlah jika...
.....
Untaian kalimat itu senantiasa terdengar oleh mereka yang telah mati terbawa awan, awan dalam ramalan yang teringat dan terlupakan.
Jiwa-jiwa dan raga yang mati itu mempunyai dua pilihan.
Mati. Jika memang mereka tak sanggup lagi.
Hidup kembali. Jika mereka bisa mengikuti konsekuensi.Waktu pemilihan terus berlalu, mempersempit kesempatan untuk memilih yang terbaik. Meskipun tak ada pilihan yang menguntungkan dari dua pilihan itu.
Matilah jika kau ingin mati, dan bangunlah jika kau ingin hidup kembali.
Semua tak semudah yang pernah mereka dengar, dan yang pernah kalimat itu teruntai dengan perhitungannya.
Semua butuh pemikiran. Waktu berakhir. Pemilihan selesai. Tak ada kesempatan lagi untuk mereka memilih, meskipun mereka ingin memilih setelah waktu terlampaui.
- To Be Continue -
Hola!
Dewi comeback yuhuu!Kira-kira, mereka bakal dibiarin hidup lagi gak ya? Atau malah dibiarin mati, trus jadi penjaga alam lain?
Tunggu next chapter yah 😆
Chapter lanjutnya mereka udah punya kekuatan istimewa nih, jadi jangan lewatkan gitu aja..
And Then
Jangan lupa vomment dan masukin cerita ini ke library kalian 😘
Your Mood Booster
Dewi_DelzdReplika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.- Replica -
![](https://img.wattpad.com/cover/150527286-288-k973811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...