Gelap.
Sesak.
Dingin.
Itulah yang kurasakan di sini sekarang. Dalam dunia antah berantah tanpa ada penghuni yang dapat kutemui.
Rafael Hikara?
Iya, itu namaku. Nama yang sempat kulupakan beberapa waktu, sebelum akhirnya sebuah surat berada di tanganku.
R H
A I
F K
A A
E R
L ARHAIF KAAERLA
Aku tak pernah menghiraukan itu. Sungguh terkesan seperti mempermainkanku. Tapi ternyata, itu namaku. Mengejutkan.
Kalau kuberi spesifik tempatku saat ini, aku berada di ambang dunia atas dan bawah. Gelap, benda terang kadang terlintas, tapi menghilang begitu cepat.
Dingin, tidak pernah bertambah hangat, hanya bertambah dingin saja.
Sesak, itu hal yang biasa kudapatkan.
Suasana bertambah gelap saja, mataku terpejam layaknya ada lem yang melekat kuat.
Tess...Tess...
Air?
Suara tetesan itu menerobos gendang telingaku. Menenangkan, tapi itu malah membuatku khawatir. Di mana aku sekarang? Mataku masih terpejam. Aku ingin melihat, tapi percuma saja karena keadaan luar pasti sangat gelap. Tolonglah, siapa pun bantu aku.
" Hikara!"
Ah, siapa yang memanggilku? Sepertinya aku mengenal suara ini. Suara anak yang mudah bosan dan selalu mengacuhkanku. Apakah dia Stefani? Namun, mana mungkin. Dia pasti bebas, tidak terpenjara sepertiku.
" Hikara!"
Cih, siapa sebenarnya? Apa maunya?
Aku memaksakan kelopak mataku membuka, layakanya mengikis lem yang baru saja menempel. Sangat sulit.
Arrgh.. Akhirnya setelah sekian waktu, mataku dapat terbuka. Namun, tiba-tiba kurasakan air menetes di pundakku. Kubuka lebar-lebar mataku mencoba menangkap segala kejadian di luar sana.
Apa ini?!?
Tubuhku berbalut abu. Tidak, tubuhku memang menjadi abu. Dan benar saja, dia Stefani, oarng yang menangis di pundakku.
Diriku berterbangan, mengikis perlahan tubuhku yang telah menjadi abu. Pendengaranku masih normal. Kutangkap suara-suara yang membuatku merasa sesak.
Aku terbunuh, oleh Stefani.
Aku telah mati, menjadi seekor naga, oleh Sang Penguasa Awan.
Yah, air mataku mengalir begitu saja, meskipun aku tak yakin air mata itu takkan berubah jadi abu. Ingin menyesal dan marah, tapi aku sadar, diriku telah sekarat.
Penguasa awan yang kejam, kuserahkan dirimu pada teman-temanku. Aku yakin, mereka akan membunuhmu.
R A F A E L H I K A R A
T H E E N D
Aloha, dewi comeback!
Hikara's chapter :)
JUST ONE PARTBeneran, kasihan sih dikit, tapi ini nasib..:v
See u next CHAPTER
Selamat nonton bola:v
#15 Juli 2018
#Chapter4Re-publish
#Selamat nobar para wannable - yang mau nonton konser
#Yang gak nonton, mari kita bersedih sama-sama
#Dan obatin dengan baca Replica
Ini edited ya guys, perpanjangan. Dan dijadiin jadi satu part:v Soalnya Hikara udah mati, jadi kalo dipanjang-panjangin gak endez juga:))
Bye,,, see u next chapter!!!
KTH Fantasy Lab
Dewi_Delzd
.
.
.
.
.Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.- Replica -
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...