Part 1
Bagaiman pendapatmu jika kau tiba-tiba diangkat sebagai putri kerajaan?
Berdecak kagum?
Colaps seketika?
Tertegun tak percaya?
Atau melompat dari gedung lantai 5?Satu hal yang kualami ini tidak membuatku melakukan salah satu hal dari semua opsi itu.
Bagaimana tidak? Kehidupanku tambah membosankan kala aku terjebak di Kerajaan Amble ini. Aku harus belajar menjadi putri yang manis, belajar memanah, bermain pedang, kemudian istirahat, dan semua kegiatan itu diulang terus menerus.
Aku ingin melakukan hal yang lebih menantang, seperti halnya memburu naga raksasa di Hutan Scarestone.
(Hutan dengan populasi naga terbesar di wilayah Kerajaan Amble)
Namun, semua itu hanya angan-angan belaka karena orang tua baruku selalu marah ketika mendengar permintaan itu.
Ayolah, kapan lagi hidup itu penuh dengan tantangan? Hidup mulus itu membosankan dan tidak memiliki kesan indah yang dapat dikenang.
" Putri Stefani, saatnya memanah," ucap salah seorang guru panah di kerajaanku.
Aku mendecak dan mengikuti guruku melewati hamparan tanah luas berlapis rumput hijau yang memukau. Di ujung, terlihat alat-alat panah tertata rapi. Kuedarkan pandanganku, seketika aku terkejut dengan apa yang kutemukan.
Halaman hijau di depanku berubah menjadi ungu seketika. Ini tidak beracun, bahkan mengagumkan. Baiklah, kekagumanku hanya sementara. Rumput ungu itu terkesan biasa saat guru memanah memanggilku.
" Pertama, Tuan Putri, kontrol dirimu agar tidak bergerak ke sana ke mari,"
" Pegang busur pemanah dengan seefisien mungkin, arahkan pada sasaran, kemudian lepaskan tanpa mengubah arah sasaran,"
" Untuk pertama memang sulit, tapi kalau Anda mengulanginya dengan rutin, Anda akan berhasil sebaik pemanah profesional," jelasnya tanpa jeda sedikitpun.
Aku melipat tangan di depan dada, menaikkan alisku kemudian bertanya, " Setelah berhasil, apa yang bisa kulakukan?"
Guru Pemanah tersenyum simpul, lalu mempersilahkanku mencoba tanpa menjawab.
Kutarik busur panahan dengan cepat, sudah kuarahkan tentunya. Namun, hasilnya begitu buruk, aku meleset jauh.
" Nah, Tuan Putri, Anda harus menempatkan fokus dan jangan tergesa-gesa untuk melepaskan panahan Anda," kata Guru sembari memberiku anak panah.
Aku kembali membidik sasaran. Sebelum kulepas, guruku memberitahuku sesuatu yang membuatku bersemangat." Jika Anda berhasil, Putri, kukira Raja akan membebaskanmu berburu naga."
Aku tersenyum seketika. " Ini tidak sulit," gumamku.
Kulepaskan anak panah dengan mantap, hingga anak panah itu menembus sasaran dengan kecepatan tingginya. Sangat akurat, begitulah pendapatku.
Guru bertepuk tangan, kemudian ia menekan sebuah tombol yang dipegangnya. Sasaran bergerak. Sebuah tantangan untukku(?).
" Ujian lanjutan, Putri," ucapnya girang.
Aku tersenyum miring. Kupikir ini mudah. Kutarik busur, anak panah terlontar, dan mengenai sasaran. Hanya begitu siklusnya.
Dengan percaya diri, kutarik busurku dengan cepat sebelum sasaran kembali bergerak cepat. Namun, meleset! Ini tidak mudah, guruku mengoperasikan sasaranku. Ini tidak adil.
" Guru, jangan memindahkannya begitu!"
" Ini ujian memanah naga, Putri," elaknya.
Ya sudahlah, yang terpenting aku akan memanah naga!
" Tuan Putri Drezila Stefani, Anda diminta Raja dan Ratu untuk datang ke ruangan istana."
Menjengkelkan.
Kubuang busur yang kubawa dan berjalan sembari menghentakkan kaki. Pelayan istana perempuan itu sangat cerewet.
" Tuan Putri, Anda tidak diperbolehkan berjalan seperti itu, nanti Ratu akan menegur Anda, Putri."
" Tuan Putri, hati-hati!"
" Ya, aku tahu!"
Sesampainya di hadapan Raja dan Ratu, aku menghadap sopan.
" Ada apa Ayah, Ibu?"
" Drezila Stefani, kau dihukum."
" Apa???"
To Be Continue...
Aloha..
Dewi comebackUdah chapternya Stefani aja..
Udah lama nggak update btw :vGo vomment guys!
And add this story to your library:)KTH Lovers
Dewi_Delzd
.
.
.
.Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.
- Replica -
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...