Part 3

31 7 8
                                    

Last Part of Chapter Two

- Annalesya -

Splasshh....!!!

Air membendungku, memberikan kekuatan besar, mengembalikan segalanya dariku yang telah hilang. Listrik yang membelitku telah sirna dan dia yang mengendalikan pun telah terkena seranganku telak. Terhempas ke belakang, tertusuk air yang kubuat layaknya tombak. Ia meringis kesakitan mendapat seranganku. Biarlah, itu balasan yang aku berikan.

Segala luka dalam tubuhku telah terobati. Kini, saatnya menguak siapa dia dan siapa yang tahu kalau dialah yang menyembunyikan teman-temanku. Toh, dia juga tahu mengenai Kerajaan Awan.

Kubuat sebuah pedang dari air yang kukumpulkan. Memang terlihat tidak ampuh, tapi percayalah pedang ini mampu menebas seluruh penghuni kerajaan terkuat sekalipun. Kulafalkan mantra yang entah sejak kapan kuhafalkan, membuat pedangku seperti kristal tajam dan terlapisi baja mengerikan. Kulangkahkan kakiku, semakin lama semakin cepat dan siap menghujamkan pedangku pada laki-laki itu yang telah terkapar, mengamatiku sembari meringis kesakitan. Tinggal sedikit lagi sampai pedangku mengenainya. Kupastikan rasanya menyakitkan. Masa bodoh aku dipanggil orang yang kejam karena di duniaku sekarang ini, orang yang tak dapat menunjukkan kekejamannya kupastikan akan mati dengan mudah.

" Tolong, hentikan," pintanya dengan menghentikan pedangku yang beberapa mili lagi akan menusuknya.

Aku tak mengindahkan hal itu, terus menekan pedangku agar menghunus sempurna. Namun, apalah daya, tangannya menahan begitu kuat. Dia mendorong pedangku hingga aku terjungkal. Aku tak mau menyerah. Kuangkat lagi pedangku dan kali ini tidak ada sebuah penolakan. Ia telah dilumuri darahnya sendiri, pedangku berhasil menghunusnya. Ia tak bergerak, bernapas pun tidak.

Astaga, aku melupakan sesuatu...

Jrazhh... Srashh..!!!

" Akh..." Punggungku tersambar sesuatu yang sangat membakar. Kilatan-kilatan listrik kulihat dari balik punggung. Listrik itu masih berfungsi untuk menyerangku. Kepalaku menengok ke belakang, bukan listrik saja yang kutemukan, tapi pemiliknya pun tepat di hadapanku, beberapa inci saja. Sontak, aku meloncat menjauh sembari mengatur pernapasan dan rasa sakit di punggung.

" Temanmu, salah satu dari mereka-mungkin saja tak akan selamat," ucapnya tiba-tiba tepat di telingaku, meskipun aku telah jauh darinya. Dan kali ini, orang itu benar-benar menghilang tanpa jejak.

Kakiku terkulai lemas dan aspal menjadi tempatku duduk diam tanpa berkedip sekali pun. Itu tidak mungkin. Mereka semua pasti selamat. Bagaimana bisa aku kehilangan teman yang saat itu bersemangat kuajak pergi? Itu mengerikan-sangat mengerikan. Aku harus segera pergi ke Selatan.

******

Sepuluh menit berlalu hanya kuhabiskan untuk berlayar sendiri di atas gelombang air yang kubuat. Arah dan tujuanku masih sama, ke Selatan untuk menemukan teman-temanku. Namun, sejauh ini aku tak menemukan salah satu dari mereka. Perkotaan yang luas dan cuaca yang begitu panas terus terasa meskipun aku berada dalam guyuran air.

Apa yang dikatakan laki-laki itu benar? Apa memang harus ke Selatan? Tak ada pilihan lain untuk mempercayainya. Aku tak ada petunjuk apapun. Walaupun sebenarnya, aku penasaran siapa dia itu. Tentang kekuatan itu dan kenapa dia menyebut diriku tak pantas sebagai penguasa air. Membingungkan sekali.

Hari mulai gelap dan aku masih berusaha mencari mereka. Kugunakan kekuatan airku untuk melacak ke setiap pelosok daerah dan hasilnya sama saja - nihil. Kawasan perkotaan telah kulewati semua, kini aku memasuki kawasan hutan belantara. Aku begitu tak yakin untuk masuk, tapi inilah arah yang kutuju.

Masalah terberat yang kuhadapi adalah saat ini. Segerombolan orang layaknya penyihir menghadangku dengan tombak-tombak beracun yang telah menodongku. Sejujurnya aku bisa menggunakan kekuatanku menjadi benda tajam apapun dan mengalahkan mereka dengan mudah, tetapi aku merasa kasihan karena kutahu mereka sedang mempertahankan diri dan kawasan mereka. Begitu kejam kalau aku membuat pertumpahan darah di tempat tinggal orang baik.

Namun, semua pemikiranku itu beralih karena salah seorang dari mereka menembakkan peluru berkilat merah ke lenganku. Peluru itu beraura negatif kuat dan mungkin membunuhku dalam beberapa jam kedepan. Rasa sakitnya belum terasa, mungkin sepuluh menit lagi. Aku berpengalaman dalam hal ini, seakan raga baruku dahulunya pernah melewati semua rintangan berat.

Tak ada pilihan, aku membuat gulungan ombak dan berbagai serangan. Naasnya, waktuku membuat semua itu terlalu lama. Tombak, peluru, bahkan bola serangan beraura gelap telah tepat berada di hadapanku.

Satu inci lagi sebelum semuanya membunuhku...

Sriingg.....

To Be Continue - -




Aloha, Dewi comeback!!!

Last Part-nya Annalesya, tapi masih nggantung :v

Menurut kalian, apakah Annalesya akan mati atau bisa bertahan? Itu bakal keungkap di Chapter terakhir Replica. Lama juga ya..

Next Chapter akan diisi oleh kawan-kawan Annalesya dan memungkinkan kalian untuk tahu siapa yang mati dan dihidupkan kembali. So, update terus tentang Replica and stay read+vomment!

See you next chapter guys! Jangan lupa Vomment. Jangan jadi SILENT READER karena SILENT READER itu tidak bermakna":)

Complete Part Only On Google Play Book

Replica Ebook ver.

Calon Paten : KTH

Dewi_Delzd

[ Jangan berapi-api :v ]

.

.

.

.

.

Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.

Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.

Replika itu kami yang baru.

Dan yang nyata adalah kami yang dulu.

- Replica -

ReplicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang