" Kau dihukum karena kami khawatir padamu," jelas Sang Ratu padaku.
Aku mendesah tak terima. Kenapa harus menggunakan hukuman kalau khawatir?
" Benar, Nak, kami ingin yang terbaik," timpal Raja.
Aku merengut menatap kedua orang tua baruku itu. Aku berpikir lebih baik di rumah yang dulu dari pada sekarang. Tak ingin berlama-lama, aku menanyakan hukuman tersebut.
" Hukuman apa itu Ayah, Ibu?"
" Berada di kamar sehari penuh, tak ada alasan untuk keluar."
Hah? Bercanda? Itu hukumanku kala aku memakan kue ibuku tanpa bilang-bilang waktu kecil. Dan sekarang, di kerajaan, hukumannya seperti itu?
" Kenapa harus di dalam kamar?" tanyaku sembari mendekat.
" Kamar itu akan kami beri mantra pengunci. Jadi, jangan harap kau bisa keluar, Nak," ungkap Raja.
Aku pun mengangguk pasrah. Tanpa menunggu perintah, aku keluar dari sana. Namun, kudengar Raja berbicara.
" Hukuman ini dimulai dari sekarang, Nak."
Terserah saja.
Aku berjalan santai menuju kamarku. Benar saja, aura kamar sudah terasa menakutkan. Ratu pasti sudah menggunakan mantra itu.
Aku bosan.
Andaikan akan ada sebuah kejadian yang luar biasa dan aku yang menjadi pahlawannya. Seperti anak kecil, tapi aku menyukainya. Satu alasan, agar aku tak bosan.
Kubuka lemari pakaianku. Tak ada yang tahu, aku mempunyai pedang rahasia. Kugunakan itu untuk berlatih maupun menghindar dari kebosanan di kerajaan.
20 menit kuhabiskan untuk berlatih pedang. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa selama sehari penuh. Kupikirkan sembari mengelilingi kamarku yang luas. Di sana, terdapat jendela lebar yang menampilkan pemandangan kerajaan.
Aku terdiam di jendela itu. Kulihat partikel-partikel yang menyengat memenuhi jendela itu. Tanpa kusadari, aku mulai terlelap di hari yang terang.
Brakk...
" Apa itu?!?" aku berteriak mendengar suara keras itu.
Aku tertidur di jendela. Ya, aku tak menyangkanya. Dan kini, cahaya fajar telah tiba. Luar biasa, aku tertidur begitu lamanya. Masalah suara itu, ternyata hanyalah meja yang terjatuh karena tersampar oleh kakiku.
" Ahh... begitu membosankan!!!"
" Kau mau sebuah tantangan?"
Aku melompat dari jendela ke sebelah ranjangku. Suara itu mengagetkan. Tidak ada orang di sini. Bahkan, tidak ada yang bisa masuk ke sini.
" Siapa itu?" tanyaku.
Tidak ada jawaban.
Tiba-tiba, seseorang muncul di hadapanku. Seorang laki-laki dengan aliran listrik di tangannya.
" Siapa kau?" tanyaku lagi.
" Aku? Itu tidak penting. Aku punya tawaran."
Aku menautkan alisku. " Apa itu?"
" Kau ingin pergi dari sini dan kembali dengan teman-temanmu, kan? Pergilah ke hutan dan temui temanmu, kemudian kalian temuilah Penguasa Awan," jelasnya.
Aku berpikir ulang. " Untuk apa itu?"
Dia maju selangkah. " Untuk mengembalikanmu dan semuanya seperti semula."
" Apa maksudnya?"
" Mengambil raga asli dan kembali ke dunia nyata," lanjutnya.
Tak kusadari kembali, aku menganggukkan kepala. Toh, ini menarik. Aku tidak akan kebosanan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...