Part 1
Suara gemerisik terdengar jelas, membuat gundah gendang telinga. Kepalaku sempat kubuat teleng, membuat telinga kanan menghadap ke bawah. Rasanya ingin mengeluarkan sesuatu dalam telingaku itu. Sangat tidak jelas, terkadang seperti air terjun, terkadang pula seperti lebah yang emosi ingin keluar dari jebakan manusia.
Hal tersebut semakin tak terkendali ketika lingkungan sekitar yang semula putih gemerlap semakin meredup menjadi gelap gulita. Mengerikan untuk dirasakan. Aku takut kegelapan, membuat hati ini menciut seperti biji cabai. Tak sampai di situ saja, telingaku berdengung, menambah rasa sakit di telinga sampai ke kepalaku.
Namun, tiba-tiba rasa sakit itu menghilang seketika. Kepalaku seperti terlepas dari tubuh, telingaku disumpal dengan lilitan benang usang. Aku tak dapat bernapas, dadaku sesak, tubuhku seperti dihantam truk puluhan ton dari jalanan. Kurasakan ujung kakiku dingin, basah, dan semakin lama semakin merambat ke atas. Semuanya membuat mati rasa. Tak karuan, bahkan seperti pembunuhan terencana.
Siapa kau?
Apa kau tak bertanya maupun merasa berbeda?
Perasaan apa ini? Kudengar suara menggema di seluruh ruangan. Tunggu, ruangan apa? Kenapa aku terjebak dalam kegelapan? Kenapa aku bisa ada di sini? Akh.. semakin kupikirkan itu semakin sakit pula seluruh tubuhku. Tulangku remuk, sebuah hantaman besar menyerang bertubi-tubi. Bukan benda padat pastinya. Serangan tersebut selalu membuat sensasi menyakitkan, dingin, membius, bahkan membekukanku. Aku merasakan, tapi juga tak merasakan. Kembali kuingat semua pertanyaan, dimana aku dan mengapa?
Siapa kau?
Apa kau tak bertanya maupun merasa berbeda?
Cih, suara itu terdengar kembali. Apa maunya, membuatku menjawab? Pikiranku penuh, rasa sakit juga menyergap bertubi-tubi. Dingin yang begitu menyakitkan. Sesuatu yang aneh menghantam tanpa rasa iba. Jadi, apa masih bisa kujawab itu?
Baiklah, kucoba mengalihkan berbagai rasa sakit, dan kuberi jawaban akan semua itu. Dan aku begitu berharap setelah ini aku bisa keluar dari zona apapun.
Akulah Annalesya Mediana. Aku tidak tahu selain namaku. Aku kehilangan memori.
Aku merasa berbeda karena terbangun dalam ruang gelap tak ada batasnya. Tersiksa oleh sesuatu yang tak dapat kuterka. Dibekukan oleh instingku sendiri. Tertekan dan seperti tak bisa menghirup udara lagi.
Jadi, menurutmu, di mana aku?
Zrashh!!!
Ruangan ini mengambil alih diriku. Gelap berubah terang seketika. Rasa sakit hilang, pikiranku kembali, rasa beku tak ada lagi. Namun, satu hal yang masih melekat kuat, tekanan dan sesak masih menghantui. Dan betapa terkejutnya ketika aku membuka mataku lebih lebar lagi, menggerakkan tanganku memastikan semua kenyataan tak logis ini.
Aku berada...
Aku tenggelam dalam lautan luas, dikelilingi ikan-ikan raksasa nan mengerikan. Tubuhku pucat, tanganku pun seperti lemas. Gelap gulita kembali lagi, memberikan gambaran nyata dari sebuah lautan tak terjamah. Kini, aku tahu kenapa rasanya tak ada oksigen lagi. Ah, sebentar, bagaimana aku masih bisa bernapas, bahkan sadar di kedalaman ini?
Suatu hal yang kutanyakan lagi.
Memori mengenai Pantai Shizen Un terngiang. Ku ingat teman-temanku. Aku ingin menemui mereka. Secepatnya. Kucoba menggerakkan tanganku yang sudah terkulai. Lagi-lagi, hal mengejutkan membuatku memukul kepalaku sendiri. Rasanya tak mungkin!
Jariku terangkat, tanganku lurus ke atas layaknya menggapai bintang yang sebenarnya tak kulihat. Gelembung-gelembung air terkumpul di ujung-ujung jari. Semakin lama semakin membesar, membuat gelembung yang tadinya penuh gas menjadi penuh akan air itu sendiri. Laut dengan kedalaman ratusan meter bahkan puluhan kilometer menyusut begitu cepat. Aku tidak lagi tenggelam dalam partikel air, tapi aku terdampar dalam ceruk terdalam dan terluas yang tak pernah kutemui. Aku menguasai air itu, mengendalikan laut, membuat gelembung di jariku terpecah bagaikan balon yang tertusuk jarum.
Aku terkagum.
Aku tak percaya.
Aku pun merasa ini bukanlah diriku sebenarnya.
Dan aku mendapat sebuah jawaban.
Annalesya Mediana. Kau dihidupkan kembali dalam raga yang baru dan jiwa yang lama. Kau penguasa air dan kau ksatria kami. Kau akan kembali dalam duniamu dengan dirimu yang baru. Kau harus berjuang demi kami dan kerajaan kami. Tidak ada yang dapat kau ubah lagi. Kau dan temanmu tak akan pernah bertemu, kecuali kau bisa menemukan dirimu sendiri.
Kau, Annalesya, kembalilah...
Gumpalan awan dan derasnya air menyusutkan kesadaran, melenyapkanku dalam fatamorgana, mengembalikan diriku yang baru dalam dunia yang lama, dengan orang yang sama dan berbeda pula.
Aku, Annalesya Mediana, dalam raga baru akan kembali ke dunia nyata tanpa tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Karena memoriku telah terhapus terbawa aliran air yang kukendalikan - sendiri.
Aloha!
Dewi Comeback...
Don't forget to vomment and add this story to your library!
Sebelum itu, aku mau promot cerita temenku..
Judulnya 1) Gestrandet 2) The Crazy Girl
Baca dan vomment ya!!!
.
.
.
Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.- Replica -

KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...