Izin
Annalesya
" Mah, boleh kan? Kan?" Annalesya terus membujuk ibunya yang terus menolak permintaan konyol itu.
" Dengar Anna, tempat itu jauuhh di ujung sana. Kamu mau hilang hah?!?" Ibunya masih keukeuh akan pendiriannya. Menolak.
Annalesya mengerucutkan bibirnya, merajuk pada ibu tercintanya.
" Tapi di sana kan seru, Mah. Pantainya keren, banyak yang datang, penjaganya juga tidak pernah lalai."Ibu Annalesya menghembuskan napas pasrah. Namun, ia belum mengizinkan anak semata wayangnya tersebut.
" Sekali tidak, ya, tidak Anna," tolak ibunya.Annalesya sudah pasrah membujuk ibunya. Kini, tinggal satu harapan untuk meminta izin. Dan dialah yang akan menjadi kuncinya.
" Papa!!!" panggil Annalesya dengan teriakan mautnya.
Ayah Annalesya yang kebetulan di taman belakang pun mendengar teriakan putrinya. Tak mau mendengar teriakan itu lagi, ayah Annalesya berjalan pergi dengan berat hati meninggalkan korannya.
" Nah, ada apa dengan putri kecil Papa?"
" Pa, Annalesya boleh bilang sesuatu?"
" Katakan saja," jawab ayahnya.
Annalesya memikirkan kata-kata yang tepat untuk membujuk.
" Ehm... ini kan liburan dan Annalesya sudah bekerja keras untuk mendapat yang terbaik di sekolah. Jadi," ucapnya menggantung." Jadi?" Ayah Annalesya tak sabar mendengar lanjutan dari kalimat itu.
" Jadi, izinkan Anna liburan bersama teman-teman, yah?"
Ayah Annalesya tampak berpikir. Setelah sekian menit berpikir, ia menanyakan tujuan Anna pergi.
" Memangnya mau ke mana?"Annalesya tersenyum lebar. " Entahlah. Aku dan teman-teman ikut berlibur bersama keluarga Stefani. Boleh kan, Pa?" Alibi itu begitu meyakinkan.
Tanpa disangka, ayah Annalesya mengangguk tanda setuju. Dengan bahagianya, Annalesya memeluk ayahnya erat-erat.
" Trima kasih, Pa!"
Gadis itu lekas mengemasi pakaiannya dan segera pamit kepada ayahnya. Untuk ibunya, ia menitipkan salam itu kepada ayah tercinta. Tanpa ragu, ia berlari menuju rumah Stefani.
Nevy
Tak semudah Annalesya, Nevy benar-benar harus membuat skenario untuk meminta izin pada orang tuanya. Sejujurnya, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan hal itu. Pasalnya, rumahnya kini tengah dipenuhi dengan teriakan, umpatan, dan barang-barang pecah.
" Astaga, apa yang harus kulakukan? Aku sangat muak dengan situasi ini," gumam Nevy sembari memeluk boneka di dalam kamarnya.
Entah ada apa dengannya, tiba-tiba ia beranjak dari ranjangnya itu. Ia berjalan menuju almari putihnya, mengambil benda berbentuk tabung dengan lubang koin di atasnya.
Pyar!!!
Suaranya begitu nyaring, tapi terbungkam oleh keributan keluarganya. Tangannya terulur, memunguti kertas berharga itu dan memasukkannya dalam tas yang sudah ia siapkan jauh hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/150527286-288-k973811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...