Pantai Shizen Un
Dua jam mereka habiskan hanya untuk menunggu Stefani mengemasi pakaiannya. Tak seperti teman-temannya, gadis itu membawa 2 koper besar, seakan ingin pergi selamanya.
" Kau mau minggat ya?" sindir Leorand halus.
Stefani mendelik, menatap tak terima pada teman cowoknya itu. Ia pun menghela napas kasar secara tiba-tiba dan duduk di sisi ranjangnya.
" Aku punya firasat tak enak, bahkan merasa harus membawa semua barangku pergi," ungkapnya dengan berat.
Annalesya mendekati sahabat karibnya itu, menepuk pelan pundaknya.
" Hahh, sebenarnya aku juga merasa demikian. Namun, aku sadar bahwa kita akan merasakan hal seperti saat ini bila akan meninggalkan rumah. Yah, meskipun itu sementara," katanya menenangkan.Stefani pun mengangguk, kemudian mengumpulkan semangatnya kembali.
" Ayo segera pergi, aku bosan."" Siapa yang membuat persiapan ini begitu lama?" tanya Hikara, berniat untuk menyindir.
Persiapan yang begitu lama akhirnya berakhir pada saat ini. Sejujurnya, lingkungan serasa tak mendukung rencana liburan mereka. Awan gelap menyelubungi langit yang awalnya biru, matahari pun telah diculiknya. Akan tetapi, mereka membulatkan tekad.
" Apa kalian yakin ingin pergi sekarang?" tanya Ibu Stefani sembari terus menanyakan kepergian mereka.
Anak-anak tersebut mengangguk mantap, kemudian berpamitan dan memasuki mobil yang sudah dipesan. Pengemudi mobil tersebut adalah Hikara, selaku satu-satunya teman yang mempunyai SIM.
Jalanan Kota Yamanaka begitu ramai, macet, dan penuh sesak. Ditambah lagi, panasnya cuaca membuat kelima anak itu mengomel dalam lingkungan yang bising akan klakson kendaraan.
" Aku sedikit menyesal pergi sekarang. Tadi cuacanya mendung, kenapa tiba-tiba panas?" keluh Annalesya.
Semua mengangguk setuju. Kecuali Nevy, yang terus memikirkan keadaan rumahnya.
Cuaca yang baru saja diperbincangkan berubah begitu saja. Lagi-lagi, awan gelap menyelubungi seluruh kota tak lebih dari 10 detik. Suara gemuruh pun terdengar nyaring di telinga mereka.
Masih setengah perjalanan dan gangguan cuaca terus berdatangan.
" Ada apa dengan kota ini sebenarnya? Tumben sekali cuacanya berubah-ubah," komentar Leorand dengan mengamati langit-langit yang gelap.
Nevy tertunduk lesu, lantas menjawab pernyataan Leorand.
" Mungkin akan ada perang yang pecah di dalam rumahku lagi, makannya begini."Leorand yang memahami maksud ucapan Nevy langsung mengalihkan perhatian.
" Haha.. kau bercanda. Mungkin saja ada kabut yang akan menyerang kota. Ah, aku suka bagian film itu."Tak ada yang menyahut. Semua sudah hanyut pada pemandangan luar yang begitu menyeramkan. Petir menggelegar, hujan mengguyur deras, dan angin besar menerjang.
Hikara tak tahan melihat semua pemandangan itu. Dia menyalip berbagai kendaraan yang terhenti, mencari jalan pintas yang sempat ia pelajari.
" Eh, eh, kau bawa mobil ini ke mana?" Leorand yang paling fokus ke jalanan, terkejut akan arah yang dipilih Hikara berbeda dengan apa yang dipikirkannya.
" Kita harus cepat ke pantai."
Jalanan meliuk-liuk membuat seisi mobil terhuyung ke kanan dan kiri. Jalanan tak sebaik di jalan raya, banyak lubang dan genangan air yang terus tercipta akibat fenomena hari ini.
Hujan, petir, dan angin masih melingkup kota tanpa henti. Beberapa pohon sempat tersambar dan menghalangi jalan mereka. Mau tak mau, pohon itu harus disingkirkan, meski resiko terguyur derasnya hujan.
" Ah, aku benci hari ini!" pekik Stefani.
Petir pun semakin menjadi-jadi. Angin seolah menjadi pisau yang menyayat segala hal disekelilingnya.
Leorand mengomel pada Stefani yang terus mengeluh.
" BERHENTILAH BICARA! SEMUA ITU TIDAK MENGUBAH KESIALAN INI!" Leorand harus berteriak untuk mengalahkan suara hujan yang terus mereka terjang dengan mobil yang mereka tumpangi.Semua yang dianggap kesialan itu berhenti.
" Apa yang terjadi?" Pada akhirnya Nevy bertanya.
Hujan petir dan angin itu sirna saat mereka memasuki Pantai Shizen Un. Ya, mereka sudah sampai di tujuan mereka. Pemandangan begitu berbeda dengan kota. Di sini cerah, pengunjung pun penuh.
" Kurasa pantai ini benar-benar dipenuhi dengan keberuntungan dari alam."
Kelima anak itu menuruni kendaraan roda empat tersebut, mendekati pantai yang menawan.
" Tunggu apa lagi? Ayo bermain!!!" teriak Stefani penuh semangat.
Semua keluh kesah mereka di perjalanan seakan hilang begitu saja. Ingatan mereka tentang hujan badai itu terhempaskan, digantikan dengan keindahan pantai, yang dipercaya sebagai tempat teraman di Negara Jepang.
***
Bulan penuh tiba malam ini..
Matahari terang benderang hanya di tempat ini, kecuali yang lain..
Semua hal harus ada timbal balik yang setimpal..
Berikan kami seseorang, selamatkanlah kami, maka kami akan menyelamatkan kalian..Pangeran Awan dan Hujan,
Inilah masa kejayaan kalian!!!To Be Continue..
Aloha!
Replica comeback!
Authornya juga:vMaap awalannya panjang bener..wkwk
Pokoknya baca terus, tawarin temen-temen sekalian:vDon't forget to vomment and add this story to your library!
Nantikan part selanjutnya.. part terakhir dari Chapter 1
Uyee 🎉🎉🎆Your Mood Booster
Dewi_DelzdReplika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.- Replica -
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...