Nevy Ambresta
" Ambil sapu dan lemparkan keluar!" titah perempuan paruh baya itu dengan guratan amarah terpampang jelas di sana.
Aku yang mendengar perintah konyol itu segera berjalan mengambil sebuah sapu tua sembari berpikir ulang apa yang telah ku lakukan. Tak seperti biasanya, aku selalu menuruti perintah Ibu. Namun, gerak tubuh dan pikiranku tak selaras. Logika telah kacau.
" Buang itu!"
" Untuk apa? Ibu mau mengatakan sapu ini terbang dan hidungku membesar, kemudian aku menghilang? Kenapa tidak buang segalanya saja?" Kesabaranku habis, menyerah dengan keadaan membingungkan ini.
Ibuku mendekat, mengambil sapuku dan meraih tangan kananku. Ia memaksaku memegang sapu tua tersebut, menuntun tangan mungilku melempar sapu itu dengan paksa. Dan ini di luar naluriku.
Kaca di depanku. Bayanganku dan ibuku di sana.
Sapu tua itu terlempar menusuk kaca, memecah benda itu menjadi kepingan kecil. Menancap tepat di bayanganku. Kaca itu meruntuhkan pertahanannya dari alas kayu, berceceran di lantai sedikit demi sedikit. Entah apa yang kulihat benar atau tidaknya, ada seseorang di sebelahku. Dia bukan ibuku. Sedari tadi ibuku tidaklah di sini. Senyum mengerikannya terpampang nyata di kaca yang masih tersisa.
" Siapa kau?" tanyaku sebari berbalik ke arahnya.
Nihil, tidak ada seorang pun di sana. Kebingungan menderaku. Apa artinya sebuah teka-teki ini? Pandanganku kembali pada kaca itu. Sungguh, aku merasa sedang dalam permainan untuk membodohiku. Sebagian kaca kembali normal, dan sebagian tetap berceceran. Aku tak bisa melihat bayanganku.
" Kupikir kau pintar."
" Siapa itu?" Aku refleks bertanya karena memang itu yang seharusnya kulakukan.
" Kau pikir siapa?" Gadis dengan air? Dia terlihat familier.
" Kau tidak mengenalku? Hei, teman macam apa kau ini?"
Ha? Teman?
" Dia terlalu syok, kau harus tahu itu." Bukan gadis lagi, dia laki-laki.
" Tolong, jangan membuatku mengusir kalian dengan buruk!" Aku sangat frustasi. Pikiranku tidak berjalan. Aku berbicara pun di luar kendaliku.
Gadis itu mendekat, turun dari bingkai jendela putih. Senyum merekah tulus, tapi aku tidak dapat memastikan dia sebaik kelihatannya. Aku tak dapat berpikir. Aku mengenalnya, tapi aku juga melupakannya.
" Tunggu! Siapa kalian ini?" tanyaku sembari memundurkan langkahku.
Gadis itu berhenti. " Hei, ini aku Annalesya dan dia Leorand! Kau pikun sekali."
Astaga, mereka temanku!!!
" Maaf, aku begitu buruk menjadi teman. Nah, ada apa?"
Leorand memandangku malas. " Dasar. Kau kami paksa untuk berjuang dengan kami, melawan Penguasa Awan."
" Apa?!?"
" Tunggu, aku masih tidak paham. Apalagi dengan kejadian ini," lanjutku.
" Baca ini," Annalesya melemparkan kertas padaku.
Lemparkan benda yang dapat memecah bayang-bayangmu, ibumu menghilang dari sana, kau merasakan ada orang lain, dan kaca kembali, sebagian retak, bayanganmu menghilang. Kau disadarkan untuk mengerti bila dirimu sendiri yang harus membuka tabir kepalsuanmu, menyadari bahwa kau melihat hal yang palsu. Setelah tabir itu runtuh, kau menyaksikan kepalsuan itu menghilang, menampilkan hal nyata yang tak ingin diperlihatkan. Saat kau ingin tahu, hal nyata itu bersembunyi. Kau berusaha mengacuhkan itu, tapi kau menambah beban hidupmu. Kau takkan mampu melihat dirimu jika kepalsuanmu terus terbayang. Karena itu, kau harus memecahkan kepalsuanmu dan carilah dirimu.
KTH : FANTASY
Dewi_Delzd
.
.
.
.
.
.
Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.
- Replica -
long time no see u guys...
sebulan tak jumpa..
padahal jadwalnya agustus selesai and cerita baruku bakal update..
tapi karena jadwal padat :v jadi ya molorr..
doakan aku tak sibuk ya gaes ... :v
see u next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...