About Them
Tentang mereka yang mengambil raga, dan tentang mereka yang mengembalikan raga.
.
.
.
.
.Dahulu, pernah kubuka sebuah buku tua milik kakekku.
Tulisan latin menghiasi setiap jengkal kertas usang itu, membuatku tertarik untuk mengetahuinya.Kau tahu?
Membaca buku tua tak semudah itu. Banyak noda dan kertas yang kusam membuat coretan apapun di dalamnya seakan pudar.Namun, semuanya tidak menggoyahkan tekadku.
Kubaca tulisan paling besar, sebuah judul.
RAMALAN SANG PANGERAN AWAN, PENJAGA PANTAI : KEBERUNTUNGAN ALAM.Untuk sebuah judul, itu panjang juga.
Kalimat-kalimat panjang teruntai di sana. Kau bisa membacanya? Kurasa tidak. Jadi, kuceritakan saja.
Kau diam dan perhatikan.
Jangan menyelaku.
Musim panas tiba dan pantai itu akan menjadi tempat teramai sepanjang sejarahnya. Burung burung berterbangan kesana-kemari. Tawa bocah bahkan yang dewasa mengisi kekosongan, layaknya bayaran akan kesepian di musim dingin yang lalu.
Di atas sana, ya, tinggi sekali di sana. Mungkin menembus atmosfer kita.
Tujuh penjaga berjubah putih melayang dibalik kabut yang menghipnotismu seketika. Beberapa kali mereka mengintip tawa-tawa itu.
Aku tak tahu apa yang mereka lakukan. Jangan tanya aku.
Astaga, aku melewatkan detik-detik berharga. Tujuh penjaga berjubah itu pergi. Aku ingin tahu.
Ah, mereka turun. Tidak, bukan ke bumi kita ini. Mereka turun ke awan. Kau tidak salah dengar. Awan dan kabut memang tak jauh beda, tapi itulah kenyataannya.
Tujuh sosok itu menunduk hormat pada beberapa orang di sana. Mungkin kau pikir, jika mereka turun, mereka akan menemui orang yang lebih rendah derajatnya dibanding mereka. Namun, tidak.
Mereka menemui Sang Pemimpin. Pemimpin Awan. Pangeran, Raja, Ratu, atau apapun itu pastinya.
Bangsawan awan itu mengangguk, entah apa yang telah mereka dengar dari para penjaga itu.
Kemudian, pangeran meninggalkan singgasananya, menuruni Kerajaan Awan, menuju bumi, tepatnya pantai itu.
Pantai yang penuh akan keberuntungan, terutama karena mereka-pemimpin dunia atas.
Ah, cerita ini belum selesai. Apa yang Pangeran Awan lakukan? Kupikir kalian akan tanya itu.
Pangeran Awan mengubah dirinya menjadi kumpulan awan dan membuat dirinya seakan menjadi tornado. Mengubah dirinya dari awan menjadi sebuah kabut putih tebal.
Makhluk fana di bumi itu tak pernah menyadari kehadiran bahkan kejanggalan apapun. Makhluk fana itu lemah terhadap kebahagiaan mereka. Makhluk fana itu terlalu sibuk dengan kebahagiaan saja, tanpa tahu dari mana asalnya.
Pangeran Awan sangat senang, ia berpikiran hal ini akan sangat mudah dilakukan. Namun, dia mengetahui satu manusia melihatnya, membuat manusia lain berbondong-bondong keluar dari tempat itu.
Sangat marah. Pangeran Awan itu memerintahkan hujan dan petir membuat badai di luar sana. Mencegah orang-orang itu pergi.
Semua rencana Pangeran Awan berhasil. Semua makhluk fana terkurung dalam tempat itu. Dia melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Menyelubungi manusia dengan kabut, membawa mereka ke alam lain, menjadikan makhluk itu sebagai budak istana. Atau mungkin membunuh mereka.
Mereka menginginkan raga manusia untuk wadah penjaga-penjaga mereka. Dan jiwa mereka akan terkurung, dalam tempat yang mengerikan untuk dikatakan.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, semuanya tak lagi dikisahkan. Mungkin mereka benar-benar diperbudak, mungkin juga mereka dipaksa mati dan diambil raga mereka.
Tak ada yang tahu.
Semua itu menjadi sebuah ramalan untuk makhluk fana di bumi, ramalan Pangeran Awan dan Pantai Keberuntungan.
Setiap tahun di musim panas, ramalan itu akan terjadi.
Kau tahu? Orang-orang bilang, ramalan itu dibutuhkan sebagai bayaran atas mereka yang menjaga daratan.
Kau percaya itu?
Percaya atau tidak percaya, itu semua adalah kenyataan pahit yang terus terulang.
.
.
.
.
.
Replika itu kepalsuan dari wujud aslinya.
Replika akan hilang saat yang nyata akan kembali ke dunia.
Replika itu kami yang baru.
Dan yang nyata adalah kami yang dulu.- Replica -
KAMU SEDANG MEMBACA
Replica
FantasyAwan itu membuat kami terjebak dalam dunia tak berpenghuni. Kami sekarat. Namun, pikiran kami masih terus berjalan di dunia nyata. Raga kami telah kosong. Kami digantikan dengan diri kami yang baru. Sebuah Replika. Biasa saja, tapi replika kami pun...