11. Park Jihoon - Vlive

894 146 186
                                    



Did I always tell you to stay strong? Its really come from my heart. Always :)


Vlive telah berakhir dan aku benar-benar mengantuk, tetapi sedari tadi Jinyoung belum membalas pesanku, "Ah apa dia sudah tertidur, ya?"

Aku mencoba menelfonnya berkali-kali tetapi dia sama sekali tidak mengangkat panggilanku. Aku beralih ke kontak Minhyun Hyung dan menelfonnya.

"Wae Jihoon-ah? Kau belum tidur? Apa kau jadi ikut makan dengan kami?"

"Hyung, apa Jinyoung masih bersama kalian?"

"Ah Jinyoung? Dia tidak jadi ikut makan bersama dan kembali ke kamarnya karena ingin menonton vlivemu sendirian."

Aku menggigit bibirku. "Jinyoung tidak ikut makan? Dia belum makan sama sekali dan tadi mengatakan kepadaku akan makan bersama yang lain saat aku siaran. Apa dia masih di kamar?" aku bertanya karena khawatir, Jinyoung sering melupakan makan malamnya.

"Apa itu Jihoon Hyung? Apa Jihoon Hyung mencari Jinyoung Hyung?"

Aku mendengar suara Daehwi dari seberang sana, "Apa Daehwi tau dimana Jinyoung? Apa dia sudah tidur?"

"Jinyoung Hyung ada di kamarku. Dia tadi sedang menonton vlivemu di kamarku dan aku meninggalkannya karena aku sangat lapar. Datang saja ke sini dan ambil kunci kamarku. Mungkin saja dia sudah tertidur."

"Baiklah, aku akan ke sana," jawabku sambil mematikan telefon dan bergegas keluar

***

"Jinyoung-ah."

Tidak ada jawaban dari Jinyoung, aku kembali membunyikan bel dan mengetuk pintu tetapi tetap tidak ada jawaban. Akhirnya aku mencoba membuka pintu dengan kunci yang Daehwi berikan.

Ketika membuka pintu aku melihat Jinyoung yang tengah berbaring memunggungiku, mugkin memang benar dia sudah tertidur.

Aku berjalan dengan pelan dan berdiri di depannya. Wajahnya sangat tampan ketika tertidur dengan pulas dan aku mendapati ponsel yang ia genggam masih tengah memperlihatkan halaman vlive.

Hatiku teremas membayangkannya menonton diriku tadi, aku membayangkan apa yang dia fikirkan. Aku duduk dan mensejajarkan wajahku dan wajahnya. Rasanya tidak tega untuk membangunkannya, tetapi dia harus makan karena aku tidak mau dia mengeluh sakit besoknya.

"Jinyoung-ah, bangunlah dulu," dia tidak bergerak sama sekali saat aku memanggilnya. "Bae," aku mengelus rambutnya dan berharap agar dia terbangun.

"Hmm," aku tersenyum ketika bulu matanya bergerak karena merasa tidurnya terganggu olehku.

"Jinyoung-ah, bangunlah."

Matanya terbuka, mengerjab beberapa kali, "Eo Jihoon Hyung? Kenapa kau ada di sini? Apa livenya sudah berakhir?"

Dia berbicara sambil mendudukkan tubuhnya kemudian memegang kepalanya. Mungkin dia pusing karena langsung duduk saat baru saja terbangun.

"Jinyoung-ah, kau menangis?"

Aku kaget menyadari bekas aliran air mata yang menyentuh sudut bibirnya, "Kenapa? Kenapa kau menangis?" Entah kenapa aku tiba-tiba merasa lemas, jantungku tiba-tiba terasa sakit melihat dia mencoba terlihat biasa saja tetapi aku tidak tau apa yang sebenernya dia rasakan sekarang.

Dia tersenyum sambil menghapus air matanya, menambah nyeri di jantungku, "Ah ini, aku menangis lagi ketika tertidur, Hyung taukan aku suka tanpa sadar menangis saat aku tertidur."

Jinyoung berbohong, tidak mungkin jika dia cuma menangis saat tertidur jejak air matanya sampai ke sudut bibirnya. "Apa sekarang kau akan membohongiku lagi?" aku menatapnya terluka, hatiku sakit karena dia jelas-jelas tidak jujur padaku.

"Apa terlihat sekali?" dia tersenyum, amat menyakitkan.

Dia menarikku ke pelukannya, membuatku ikut duduk di kasur dan melingkarkan lenganku pada pinggangnya.

"Hyung, aku tau aku tidak boleh seperti ini. Tapi entah kenapa aku tidak bisa mengendalikannya. Hatiku sangat egois, Hyung. Seberapapun aku berkata "aku baik-baik saja" tapi tidak ada yang bisa diperbaiki dari kata-kata itu. Hatiku masih ketakutan, hatiku masih kesakitan, Hyung."

Aku mengelus punggungnya yang bergetar, "Aku tidak boleh seperti ini bukan? Ini konsekuensi kita dan kita sudah melakukan kesepakatan dengan semua orang. Tapi aku masih tidak bisa mengendalikannya, aku tidak bisa mengendalikan hatiku yang cemburu, Hyung."

Airmataku ikut jatuh, merasakan kesakitan yang Jinyoung rasakan. "Jinyoung, kau hanya butuh tau bahwa hanya kau yang kucintai dengan cara berbeda. Hanya kau di mana tempat ku untuk pulang, jangan menyakiti dirimu sendiri, jangan biarkan ketakutan itu membuat hatiku sakit," aku menggenggam kedua pipinya dengan kedua tanganku, menghapus air mata baru yang mengalir di sana.

"Aku ingin, tetapi aku tidak bisa. Selama Hyung bersama dengan yang lain. Selama orang-orang memuji kalian, aku tidak bisa mengendalikan hatiku."

Aku terdiam, menatapnya yang melihatku dengan muka menyerah.

"Dalam satu group saja sudah sangat melelahkan seperti ini, apalagi saat kita tidak bisa lagi bersama dengan mudah seperti yang kita lakukan sekarang. Apa yang harus aku lakukan?"

Aku mendesah kasar, membenci keadaan saat ini, membenci keadaan aku dan Jinyoung.

"Apalagi aku bukan siapa-siapa. Apalagi aku bukan orang yang sangat berpengaruh, apalagi aku bukan orang seperti dia yang direstui bersamamu oleh banyak orang. Kemudian saat aku bukan lagi bagian dari group ini, semua akan semakin sulit untukku yang bukan siapa-siapa."

"Bisakah kau berhenti Jinyoung-ah? Bisakah jangan menyakiti hatiku dengan kata-katamu?"

Aku menatapnya setajam mungkin, meskipun aku tak yakin karena air mata ini membuatku terlihat sangat lemah, "Karena itu kau harus berjuang, karena itu kau harus berusaha keras. Tolong pertahan aku, tolong ikat aku bersamamu, agar bagaimanapun orang di luar sana ingin kita berpisah, mereka tidak akan bisa melakukannya."

Dia tersenyum kecil, "Hyung selalu bisa mendapatkan hatiku. Hyung juga selalu bisa mendapatkan kekuatanku lagi dan lagi," dia mendekat ke arahku, mengecup bibirku dengan pelan dan singkat.

"Malam ini tidur denganku ya?" dia bertanya dengan senyum lemah namun terlihat tampan di mataku.

Aku hanya bisa mengangguk, "Aku juga tidak ingin berpisah denganmu malam ini," aku mendekatkan bibirku, memangut bibirnya dan menciumnya dengan penuh.

"Jinyoung-ah berjuanglah, ini masih panjang. Jalan kita masih panjang, tolong jangan menyerah."











Aku bikin jihoon dulu baru jinyoung karena keadaannya pas. Maaf ya menye lagi menye lagi, akunya juga lagi menye sih jadi maafin aku ya

Ps aku ngetik ini sambil nonton vlive :))) berasa banget emang

He is My Boyfriend [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang