Hal-hal kecil yang membuatnya kesal, sebenarnya membuatku semakin mencintainya.Tidurku terganggu karena deringan keras dari ponsel dan saat aku akhirnya membuka mata, aku melihat Jihoon Hyung yang sama sekali tidak terusik dengan suara gaduh sejak tadi.
Aku menarik selimut agar menutupi tubuh polos Hyung yang terlihat kedinginan karena suhu ruangan. Senyumku tidak bisa hilang merasakan pelukannya yang semakin erat di pinggangku.
Panggilan dari ponsel Jihoon Hyung kembali terdengar setelah berhenti beberapa saat yang lalu, aku dengan hati-hati mengambil ponselnya dan menemukan panggilan dari Daniel Hyung.
"Hmm,"
"Astaga Park Jihoon kita bernanji untuk skydive hari ini! Kenapa baru mengangkat ponselmu? kenapa kalian tidak bisa dibangunkan?"
Aku menjauhkan ponsel karena suara Daniel Hyung yang sangat nyaring. "Aku baru bangun, Hyung. Jihoon Hyung bahkan masih tidur dengan nyenyak."
"Ah Jinyoung. Aku tidak mau tau bangunkan Jihoon dan bersiaplah atau kalian tidak akan pernah melakukan hal ini lagi karena aku akan pergi dengan yang lain!"
Aku terkekeh kecil. "Maaf Hyung, aku akan membangunkan Jihoon Hyung dan segera bersiap."
"Sesegera mungkin."
Panggilan terputus dan aku hanya bisa tersenyum ketika menyadari Daniel Hyung sedang marah saat ini.
"Hyung, bangunlah," aku melepaskan pelukannya yang ada di pinggangku kemudian menyibak selimut di tubuhnya dan melemparnya jatuh ke bawah kasur.
Aku melihat dahinya berkerut dan tangannya menggapai-gapai mencari selimut. "Astaga Bae Jinyoung, aku kedinginan," Jihoon Hyung menggerutu dengan lucu sembari meraba-raba tubuhku untuk mencari sesuatu yang lebih hangat, tetapi dia kembali mendengus ketika jemarinya menyentuh perutku yang tentu saja juga sama dinginnya dengan tubuhnya.
Akhirnya Jihoon Hyung membuka mata, menatapku dengan pandangannya tajam. "Kau mengganggu tidurku, aku masih mengantuk," Hyung mengambil bantal milikku kemudian mentutup tubuh polosnya dan kembali meringkuk. "Bae Jinyoung aku masih kedinginan," dia kembali merengek dan menatapku dengan pandangannya yang terlihat ingin menangis.
Aku terkekeh sembari menarik tubuhnya dan mendudukkannya di pahaku, memeluk tubuhnya dan mengusap punggungnya yang terbuka.
Jihoon Hyung bergedik. "Tanganmu dingin, perutmu dingin, dadamu dingin, Bae Jinyoung. Jangan menyentuhku," Hyung masih merengek dengan mata yang sayu karena masih mengantuk.
"Mangkanya bangun. Daniel Hyung sudah menunggu kita sedari tadi, hari ini kita akan keluar untuk bersenang-senang," aku melepaskan tubuh Jihoon Hyung, turun dari kasur dan mengambil baju Hyung yang ada di bawah kasur dan menyerahkan kembali kepada pemiliknya.
"Tidak bisakah kita melakukannya besok?"
Ketika aku selesai mengenakan kaosku kembali, Jihoon Hyung juga sudah lengkap dengan pakaiannya. "Tidak, Daniel Hyung tidak akan melakukannya besok dan aku tidak yakin kita akan melakukannya lagi lain kali."
Aku mendekat dan mengecup puncak kepala Jihoon Hyung. "Jangan marah padaku hm, bersiaplah dan kita berangkat sesegera mungkin," kemudian berlalu ke kamar mandi.
***
Aku langsung turun ke lobi karena Daniel Hyung dan manager yang lain sudah menunggu sejak tadi, juga ketika keluar dari kamar mandi aku tidak lagi mendapat Jihoon Hyung, mungkin dia juga sudah bersiap.
Hyung datang beberapa saat setelahku, tetapi matanya masih terlihat mengantuk dan wajahnya terlihat masih kesal karenaku.
"Apa Hyung akan mendiamiku sampai nanti?"
Jihoon melengos ke arah Daniel Hyung, memilih duduk di belakang dan menyisakan bangku tengah yang kosong untukku.
Aku mendesah, artinya Hyung akan mendiamiku seharian kalau moodnya juga tidak membaik sampai nanti. Padahal kami keluar untuk sersenang-senang. Akhirnya aku memilih tidur di perjalanan dari pada memikirkan Hyung yang sedang kesal.
"Ada masalah apalagi antara kalian?"
Aku mendesah ketika Daniel Hyung bertanya, mungkin Hyung sudah mencoba berbicara dengan Jihoon Hyung tetapi dia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya. "Jihoon Hyung kelelahan semalam dan dia kesal karena aku membangunkannya tadi pagi," aku memandang Daniel Hyung tidak enak.
"Hanya itu?" Daniel Hyung membulatkan matanya melihat ke arahku.
"Hyung taukan kalau hal kecil lebih mudah membuat Jihoon Hyung marah, aku tidak tau harus melakukan apa," aku mendesah pasrah, sampai kami akan berangkat menuju tempat skydive Hyung masih mendiamiku.
"Aku yakin moodnya akan balik setelah kita sampai sebentar lagi," Daniel Hyung menepuk-nepuk pundakku dan aku hanya bisa mengangguk dan pasrah.
Gatau mau note apa wkwkw semoga masi ada yang suka dan nungguin 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Boyfriend [Complete]
Short Story13 Reasons Why (Season1) - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons2) - No Other - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons3) - Because He is My Boyfriend - Complete ✔️ Cuma kisah-kisah kecil sepasang kekasih Jinyoung dan Jihoon saat jadi member Wanna One