Bagaimana aku bisa marah jika apa yang dia lakukan adalah cara untuk menunjukkan rasa cintanya kepadaku"Aku cemburu karena aku tidak bisa membuatmu merasa nyaman seperti apa yang Woojin Hyung lakukan di depan banyak orang. Aku cemburu karena aku harus menjauhimu dan tidak peduli padamu untuk saat-saat seperti itu," Jinyoung berbicara dengan wajah yang sangat terluka.
Aku mendekat dan memeluknya, tentu saja yang dia katakan itu tidak benar. Bagaimana mungkin dia tidak membuatku nyaman?
"Kau salah, Bae. Tidak ada dari semua perlakuanmu yang membuatku tidak nyaman," aku memeluknya semakin erat, agar dia sadar betapa aku juga beruntung memilikinya.
"Ingat ketika kau mengatakan betapa bahagianya kau saat mengamatiku dari belakang setiap kita bepergian? Sejak aku tau hal itu, aku merasa sangat nyaman, aku merasa dilindungi dan aku merasa diperhatikan. Itu lebih nyaman dari apapun yang mungkin orang lain lakukan padaku, Bae," aku melepaskan pelukanku dan menatapnya dengan senyum.
Aku mengecup bibirnya pelan dan singkat, "Kita sudah sepakat bukan? Untuk bertahan apapun yang terjadi, sampai semua ini usai. Cara ini mungkin memang tidak yang terbaik dan mungkin kadang menyakiti kita berdua, tetapi aku lebih takut jika keadaan menjadi lebih buruk. Kita berjanji untuk saling percaya dengan hati kitakan? Kenapa kau tidak percaya pada hatimu saat ini? Seperti belakangan ini kita lakukan?"
Jinyoung membuang muka dan aku masih tetap menunggu jawabannya, "Aku sadar aku masih belum cukup dewasa untuk hubungan ini, Hyung. Aku masih terbawa emosi dengan mudah," dia menundukkan wajahnya, mengulang lagi kebiasaan yang tidak aku suka.
"Bae Jinyoung, lihat aku," aku meremas jemarinya berharap bisa memberikan lebih banyak kekuatan. "Kita sudah melalui semua ini dengan banyak kesulitan bukan? Apa kita meyerah? Tidak kan? Kita memang sama-sama belum dewasa, tapi kita bisa jika kita saling berjuang bersama."
"Aku memang tidak mengharapkan pertengkaran, tetapi jika itu akan terjadi atau hubungan kita dalam masalah, aku berharap kita sama-sama percaya seperti yang sudah kita sepakati, janji?"
Aku mengerucutkan bibirku berharap Jinyoung luluh dengan itu, dan aku benar. Jinyoung tersenyum dan mengangguk, "Ah beruntung sekali punya pacar pengertian seperti ini."
Aku tertawa ketika dia memelukku dengan tiba-tiba dan mengendus di leherku. Baeby Jinyoung sudah kembali sepertinya.
"Mangkanya, selagi pacarmu ini pengertian, jangan mengungkit hal-hal bodoh lagi. Tidak tau apa aku itu rindu keadaan seperti ini," aku mendorongnya halus dan dia terkekeh dengan pelan.
"Aku juga merindukan saat-saat seperti ini," dia menepuk puncak kepalaku lembut berkali-kali.
Aku mendelik melihat tangannya yang ada di atasku, "Aku membiarkan ini karena kau adalah kekasihku," sungutku karena dia memperlakukanku seolah aku anak kecil.
"Aku tidak hanya melakukannya karena aku pacarmu, tapi karena aku dominanmu, Hyung," dia tersenyum miring membuatku malu dan memukul lengannya yang ada di sampingmu.
"Tetap saja aku lebih tua darimu," sungutku kesal.
"Tapi tetap saja nanti aku yang akan berada di atas dan Hyung yang di bawah."
Ucapannya membuat pipiku tiba-tiba memanas, membayangkan apa yang barusan dia ucapkan benar-benar menghancurkan sistem kerja otak dan jantungku.
"Astaga Bae Jinyoung. Kau mesum sekali!" aku melangkah turun dari kasur dan menatapnya dengan pandangan kesal.
"Hyung, aku bercanda. Ayo, aku sangat mengantuk dan ingin tidur," dia mengarahkan tangannya padaku dan menyuruhku untuk mendekat.
"Ayo apa?" ucapku dengan angkuh.
"Tidur denganku lah, Hyung. Apalagi?" dia juga terlihat jengkel.
"Siapa bilang aku ingin tidur denganmu?" tanyaku mengejek.
"Lalu kau ingin tidur dengan siapa? Woojin Hyung? Ya sudah sana," tiba-tiba dia membaringkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Aku gelagapan takut kalau dia marah lagi, "Ya, Bae Jinyoung! Aku bercanda. Kita baru saja membicaraknnya kenapa kau masih mudah marah seperti ini?" aku duduk di ujung ranjang yang tersisa dan menggoyang-goyangkan tubuhnya yang tertutup selimut.
"EH!"
Aku terkejut karena gerakan tiba-tiba Jinyoung yang memelukku dengan erat, "Aku juga cuma bercanda, kenapa Hyung panik sekali?" aku mendengus dan mencubit tubuh bagian manapun darinya yang bisa aku jangkau.
"Auch Hyung, perutku," dia mengaduh sembari melepaskan pelukannya dariku.
"Dasar menyebalkan," sungutku lagi.
"Berisik ish, aku mengantuk," dia dengan tiba-tiba kembali memeluk tubuhku dengan erat.
Aku mencoba mencari sisi yang nyaman kemudian menatap matanya yang tertutup," Good night, Bae," aku mengecup matanya singkat.
Mata Jinyoung terbuka dan dia tersenyum dengan lebar, "Good night, Love."
Pipiku panas sekali lagi karena ucapannya, astaga kenapa dia memanggilku seperti itu. Mukaku mungkin sudah sangat memerah sehingga dengan cepat aku mengubur wajahku di dadanya.
"Eo Jaljja, nae sarang."
aku bikin ff ini setiap ada moment ya, jadi berharap aja moment winkdeep banyak jadi ffnya sering di update juga hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Boyfriend [Complete]
Historia Corta13 Reasons Why (Season1) - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons2) - No Other - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons3) - Because He is My Boyfriend - Complete ✔️ Cuma kisah-kisah kecil sepasang kekasih Jinyoung dan Jihoon saat jadi member Wanna One