"Apa?"Jinyoung hanya menggeleng kecil. "Hyung kelihatan jelek sekali," ucapnya sambil tersenyum.
Pemuda itu hanya ingin mencairkan suasana, dia tidak ingin kekasihnya larut dalam kesedihan, lebih dalam dari ini. Tadi itu sangat melelahlan, dan dia ingin membuat saat ini menjadi sedikit lebih baik.
Sebuah tinju melayang ke lengan Jinyoung. "Kau! Sana berkaca dan lihat wajahmu sendiri."
Ucapan Jihoon membuat Jinyoung tertawa, awalnya hanya tawa kecil kemudian berubah menjadi tawa lebar yang nyaring.
"Berhentilah, kalau kau tertawa seperti itu rasanya semakin menyeramkan. Lihatlah wajah dan mataku! Bengkak dimana-mana," Jihoon berdecak, kemudian wajahnya kembali muram.
"Jangan menangis lagi, aku yakin kita masih butuh banyak stok air mata untuk nanti," Jinyoung mengelus rambut kekasihnya itu, tersenyum dengan mata sedihnya, mengingat nanti mereka akan kembali bertemu bersama member yang lain untuk makan malam bersama.
Jihoon mendongak, menatap mata Jinyoung yang terlihat sangat bengkak. "Aku benci melihatmu menangis seperti tadi, sakit sekali rasanya hingga membuatku sangat marah. Itu pertama dan terakhirnya aku melihatmu seperti itu, mengerti? Rasanya masih sama, aku masih ingin memukul apapun untuk menghilangkan amarahku," jemarinya menelusuri mata Jinyoung yang bengkak.
"Maafkan aku," Jinyoung tersenyum, menggenggam jemari Jihoon kemudian mengecupnya lembut. "Hari ini hanya terlalu menyedihkan."
Jihoon memejamkan mata merasakan kecupan Jinyoung di jemarinya.
"Kita berhasil sejauh ini, tidakkah itu terdengar keren?" Jihoon tersenyum lebar, mencoba mengalihkan pembahasan, matanya yang bengkak jadi terlihat sangat sipit saat tersenyum.
Jinyoung mengangguk. "Kita akan berhasil untuk waktu yang lama, Hyung."
"Asal kau tidak mencoba mencintai orang lain saat jauh dariku," Jihoon kengerucutkan bibirnya.
Jinyoung mencubit hidung kekasihnya itu. "Mana bisa aku mencintai orang lain selain dirimu, lagian yang mau denganku hanya Hyung bodoh ini," ucapannya membuat Jihoon melotot.
"Aku tidak akan melupakan kau mendapatkan surat menjijikkan itu saat award akhir tahun kemarin, ya," Jihoon menyipit membuat Jinyoung terdiam dengan kata-katanya. "Siapa itu anggota girlgroup yang tersenyum malu-malu padamu dari jauh."
Jihoon menggerutu, telunjuknya mengacung lurus ke arah hidung Jinyoung. "Percaya diri sekali dia kalau kau akan terpikat dengan senyumn menjijikkannya itu."
"Padahal jelas-jelas dia melihat kau sedang bersamaku," gerutuannya masih berlanjut.
Jinyoung menelan ludahnya perlahan. Jihoon itu akan seperti macan kalau sedang cemburu, dan Jinyoung tidak bisa apa-apa selain mendengarkan semua ocehan kekasihnya itu yang mungkin akan sangat panjang malam ini.
"Nanti, kalau kau di acara musik...." Jihoon terdiam sebentar. "Tidak.. pokoknya dimanapun kau bertemu dengan orang-orang yang mencoba mendekatimu seperti gadis itu, kau harus langsung menjaga jarak. Jangan coba-coba bermain api, jangan coba-coba memberi mereka harapan," ocehan Jihoon membuat Jinyoung tersenyum kecil.
"Awal mula perselingkuhan bisa saja terjadi tanpa kau sadari, bahkan meskipun kau tidak berniat melakukannya. Kemudian membuatmu nyaman bersama orang lain selain aku, dan lalu kau akan memikirkannya lebih banyak dari kau memikirkanku. Paham tidak?" Jihoon melipat lengannya di dada, sambil menatap tajam Jinyoung yang masih tersenyum di depannya.
"Bukannya aku yang harus waspada? Bahkan aku masih harus waspada dengan anggota satu groupku sendiri karena Hyung terlalu manis dan sangat mudah untuk dicintai," Jinyoung menyeringai.
"Itu masa lalu, Jinyoung. Aku sudah belajar banyak, aku sudah mengerti dan tidak akan mengulang kesalahan yang sama," ucap Jihoon menggebu-gebu.
"Lagian karena aku sudah tau bagaimana rasanya," lanjutnya dengan raut yang muram.
"Rasa apa?" tanya Jinyoung lembut.
"Saat kau memilih untuk memutuskan hubungan kita, saat kau akhirnya melepaskanku. Aku tau rasanya sangat menyakitkan, aku tak ingin merasakannya lagi."
Jinyoung mengelus pipi Jihoon. "Apa aku harus berjanji tidak akan melakukannya lagi bahkan saat nanti kau bertemu dengan cintamu yang baru? Haruskan aku egois dan tetap mengikatmu bersamaku?" Jinyoung bertanya dengan jenaka, Jihoon mengangguk dengan serius.
"Eo!" jawabnya tegas. "Bahkan jika pihak manapun meminta kita untuk berpisah, kau bisa mengiyakannya di depan mereka, tapi jangan pernah melakukan itu padaku, saat kita berdua."
Jinyoung tau maksud Jihoon. Pekerjaan mereka, takdir mereka, masa depan mereka, kadang tidak bisa mereka kendalikan sendiri. Mereka yang tidak bisa memilih apa yang harus mereka lakukan, karena memang tidak ada pilihan untuk mereka pilih.
Orang bilang, kehidupan orang-orang di balik layar itu sangat indah, gemerlap, dan penuh kebahagiaan. Namun nyatanya, tidak ada yang putih dalam dunia mereka. Mereka para pembohong, penuh kepalsuan, keberpura-puraan. Bahkan ketika seseorang ingin menangis, mereka harus tetap memperlihatkan senyuman yang sangat indah itu.
"Meskipun hari ini sebentar lagi berakhir, itu bukan berarti hubungan kita juga berakhir. Aku masih kekasihmu, kau masih kekasihku. Aku belum mau dan tidak akan mau merubahhnya hingga nanti."
Mereka pernah bahagia, mereka pernah terluka, mereka pernah berjuang bersama. Ini hanya hari terakhir konser mereka, bukan hari terakhir dari mereka.
Jinyoung memeluk Jihoon dalam kehangatan tubuhnya. Hari inipun dia masih kekasih pujaannya itu, tidak ada yang tau masa depan, apa yang akan mereka hadapi, dan apa yang akan mereka pilih untuk dijalani.
Sepasang pemuda itu saling tersenyum dalam sirat wajah penuh kesedihan. Hari baru akan dimulai, sebelumnya bahkan hubungan mereka memiliki begitu banyak rintangan. Tidak ada yang bisa menebak masa depan.
Mereka hanya perlu berjuang untuk bertahan, meskipun hanya ada satu pilihan, yaitu bertahan untuk menjadi kekasih masing-masing, untuk waktu yang lama.
"Aku masih mencintai Hyung hari ini," Jinyoung tersenyum sembari mengecup bibir kekasihnya lembut.
"Aku juga akan mencintai Hyung hingga nanti," lanjutnya dan kembali mengecup bibir itu, lebih dalam dari sebelumnya, lebih lama, dan lebih penuh dengan cinta.
Jihoon membalasnya.
Jinyoungie. Kemarin, aku kira rasa cintaku padamu sudah yang paling besar, tetapi aku baru menyadari kalau hari ini rasa cintaku lebih besar dari hari sebelumnya. Jadi aku sekarang percaya cintaku saat ini padamu belum sebesar esok hari. Itu membuatku menunggu hari berikutnya dalam hidupku, dan bertanya-tanya sebesar apa cinta ini akan berakhir nantinya?
"Aku juga mencintaimu," ucap Jihoon di sela-sela ciuman mereka.
[END]
He is My Boyfriend's officially ended guys 🥳🥳👏🏻👏🏻🎉🎉
Karna emang certanya aku janjiin waktu mereka masih di wanna one, so karena moment mereka di wanna one udah berakhir, artinya cerita ini juga harus berakhir.
Makasih yang udah mau baca dan sempatin vote bikin aku ngerasa masih ada yng baca krn suka sama cerita yang aku bikin. Yang udah komen tapi aku suka ga bales, makasih💕💕 krn aku baca semuanya.
Aku gatau mau nulis apa lagi wkwkw
Kalo masih ada yang suka baca ffku dengan momen2 mereka kayak gini, meskipun ga di wannaone lagi, aku bakal bikin nanti.
Thank you sooo much and see you
![](https://img.wattpad.com/cover/145218555-288-k181331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Boyfriend [Complete]
Conto13 Reasons Why (Season1) - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons2) - No Other - Complete ✔ 13 Reasons Why (Seaons3) - Because He is My Boyfriend - Complete ✔️ Cuma kisah-kisah kecil sepasang kekasih Jinyoung dan Jihoon saat jadi member Wanna One