Sudah setengah jam lebih aku menunggu kehadiran Luke di rumah Abah, tapi Luke tidak kunjung datang. Aku menelphone nya tapi dia tidak menjawab panggilanku, apakah dia tersesat? Tidak mungkin, jalan menuju rumah Abah tidak serumit itu, hanya jalan lurus dan belok kanan sedikit dan harus jalan memasuki kebun. Hanya itu.
"Teteh? Teteh kok diem aja?" Tanya Ara yang kini sudah mulai dekat denganku, dia sedang memperkenalkan semua koleksi bonekanya padaku. "Ngga kok, nggapapa. Teteh pulang dulu ya, nanti teteh main lagi kesini." Pamitku sebelum berlalu.
Perasaanku sedang bercampur aduk antara kesal dan khawatir. Aku kesal karena Luke tidak mengangkat telphone ku, tapi aku juga khawatir jika dia tersesat. Tapi tiba-tiba saja aku mendengar suara para wanita yang sedang tertawa dan aku juga mendengar suara...Luke...yang sedang.... Oh, apa yang dia lakukan?
Aku segera mempercepatkan langkahku menuju sumber suara dan setelah itu aku melihat para gadis desa yang sedang mengerubungi Luke. Well, aku bisa melihat Luke dengan jelas karena tubuhnya menonjol dan tingginya yang menjulang diantara para gadis desa itu. Dia menemukanku dan dia mulai memberontak agar dia bisa berjalan ke arahku—wajahnya tampak sedikit ketakutan. "Abel! Honey! Help me! Oh, God! Im scared!" Dia terus berucap dan menyembunyikan tubuh besarnya di balik tubuhku.
"Luke, what happened?!" Aku ikut panik saat melihat ekspresinya yang memang terlihat ketakutan. "These girls! They're trying to attack me! They all touched me! I told them that have a girlfriend but they didn't understand!"
"Teh Abel?" Salah satu wanita itu memanggilku dan menarik perhatianku dari Luke. Aku mengenal tiga gadis terdepan diantara gadis-gadis desa yang lainnya, itu karena mereka adalah sahabatku sedari kecil. "Novi? Nita? Nadia? Astatank!!! Apa kabar?!!" Aku segera menghampiri dan memeluk mereka satu persatu dan kini Luke dan gadis lainnya menatapku bingung.
Mereka membalas pelukanku dan mengatakan bahwa kabar mereka baik. Mata mereka semua masih tertuju pada Luke yang masih berdiri di belakangku dan memegang ujung kaosku. Sudah kubilang dia terkadang bertingkah seperti anak kecil.
"Ini tuh Teh Abel anak Wa Icih?" Salah seorang gadis berucap dan aku mengangguk sembari tersenyum. "Bel, ari bule ini teh siapa?" Nadia bertanya dengan matanya yang masih berbinar ke arah Luke.
"Oh dia tuh temen aku dari Ostrali." Well, aku sengaja menyebutnya teman karena aku tidak mau menanggung malu jika nanti aku tidak jadi menikah dengan Luke. Jika aku tidak jadi menikah dengan Luke, mungkin orang-orang akan berpikir Yah udah bawa pacar bulenya kesini, eh ga jadi nikah. Jangan-jangan si Abel jadi awewe gak bener di Ostrali.
Aku tidak mau orang-orang berpikir begitu.
"Wah! Temen bule na mani ganteng pisan gini. Kenalin atuh ke aku." Nita berkata padaku dan matanya masih menatap Luke dengan genit. Aku terkekeh pelan melihat tingkah gadis-gadis ini. "Luke teh gak bisa ngomong bahasa Indonesia, apalagi Sunda." Jawabku sesopan mungkin.
"Ya mangkanya kenalin atuh, kali aja dia teh jodoh aku." Novi berceletuk. "Inget Pi, ada Aef." Salah seorang gadis berceletuk. Oh, jadi Novi sudah memiliki kekasih. Wow!
"Okay. Kenalin ini Luke Hemmings, temen aku dari Australia and Luke, these are my friends here. They are all good people, now say hi." Ucapku memperkanlkan mereka satu sama lain.
"Hello.." Sapa Luke pelan, dia masih sedikit malu dan takut terhadap sifat histeris gadis-gadis ini. Ya, sapaan Luke dibalas dengan teriakan histeris para gadis.
"Suara na mani sexy pisan!!" Salah seorang gadis menjerit. Tingkah mereka dan ditambah melihat ekspresi wajah Luke membuatku ingin tertawa. "Yaudah aku sama Luke pulang dulu ya." Pamitku sebelum pergi, tapi Nadia menahanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fanfic"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...