Aku tidak bercerita kepada siapapun mengenai masalah kemarin. Masalah Luke yang meninju Jefri dan aku berharap masalah ini tidak tersebar.
Hm, aku merasa bosan di rumah mbah. Tidak ada yang bisa ku ajak main. Jadi aku memutuskan untuk kerumah abah. Di jalan aku sempat berpapasan dengan warga desa dan mereka semua menyapaku. Sebenarnya aku tidak mengenal mereka, tapi karena aku tidak mau dikatakan sombong maka aku membalas sapaan mereka. Dan bukankah itu memang menjadi ciri khas warga negara Indonesia? Ramah tamah.
Sesampai di rumah abah, aku mendengar suara Luke dan juga Ara yang sedang asyik bermain di dalam. Aku berhenti sejenak untuk mendengar dan menikmati keakraban mereka. "A, we need to make lunch for my stuff animals. You can chop the veggies and i'll cook on the stove, okay?"
Oh, Ara dan Luke sedang bermain masak-masakan dan bahasa Inggris Ara semakin lancar. Ara memang anak yang cerdas.
"Ow! Baby i cut myself!" Dan sekarang aku bisa mendengar Luke yang sedang pura-pura menangis. "Are you okay??" Suara Ara terdengar khawatir. "No, i need kissy."
Ya ampun, hatiku menghangat jika mendengar mereka seperti ini. Aku ingin memiliki keluarga kecil seperti ini bersama Luke.
Aku pun membuka pintu secara perlahan dan masuk, dan aku langsung disambut dengan sapaan Ara yang ceria. "Teteh!!!" Tapi mataku membulat saat melihat satu set mainan rumah-rumahan yang Ara inginkan sewaktu di mall, dan mataku langsung memicing ke arah Luke yang sedang tersenyum dengan manisnya.
"Luke, can you come here for a second?" Ucapku pelan. "Tapi A Luke lagi main sama Ara, teh." Ara memotong.
"Sebentar aja ya Ara." Ucapku dan langsung menarik tangan Luke agar keluar dari rumah. Aku sengaja melakukannya karena aku tidak mau Ara mendengar pembicaraanku dengan Luke.
"What the hell was that? You bought it?" Tanyaku sembari melipat kedua tanganku di depan dada. "Yeah, i bought it for her. Did i do something stupid?" Luke menunduk dan menatap mataku tajam. Oh, aku tidak mau kalah. Aku juga mendongakan kepalaku dan menatap Luke tajam.
"Yes, you did. Luke! It's a very expensive toy and Ara doesn't need that expensive. We can give her the same toy but the cheap one if we want. Not the expensive one." Jelasku.
"But she wanted that one and she seems happy now. I want to make her happy because i love her!" Dia memekik pelan dan memberi penekanan di ujung kalimatnya.
"Luke, honey,, you need money and you don't earn it enough. I know you want to make Ara happy, but not like this. You dont have to force yourself to do these."
"Shut up. I don't. And i won't." Ucapnya dan kembali masuk untuk bermain bersama Ara. Aku tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam kepala Luke. Untuk sehari-hari saja dia harus bekerja paruh waktu sepertiku. Aku tau dia hanya ingin membahagiakan Ara, tapi tidak begini caranya.
***
Indahnya senja mulai nampak di langit, keindahannya membuatku dan Luke terpesona sampai-sampai kami tidak menyadari kehadiran mama dan bapak yang ternyata sudah pulang. Kami berdua bergegas menuju mobil untuk menyalimi kedua orang tuaku dan membantu mereka untuk membawa barang-barang yang mereka bawa dan meletakannya di rumah.
Saat aku dan Luke hendak membongkar tas pakaian kotor, mama datang dan menyuruh Luke untuk membantu bapak membongkar barang di rumah mbah sehingga kini tersisa diriku dan mama. Mama mengarahkanku pakaian mana sajakah yang kotor dan yang bersih sembari bercerita kegiatan mama dan bapak selama mereka pergi. Hingga tiba-tiba mama membuka pembicaraan mengenai perasaanku terhadap Luke.
Aku menghela napas sebelum menjawab pertanyaan mama. "Apa yang mama sama bapa paling takutin pas Abel harus kuliah di luar negri?" Aku berbalik bertanya sebelum aku meletakan pakaian-pakaian kotor tadi ke keranjang agar dicuci besok. "Ya pastinya mama sama bapa takut kalo kamu sakit, disana siapa yang urusin? Kamu dijahatin, siapa yang jagain? Mama takut kamu keikut sama pergaulan bebas disana, minum-minum, narkobaan. Mama sama bapak takut kamu terjerumus."
Aku tersenyum sembari mengusap pundak mama lembut. "Abel tau seratus persen mama sama bapa sayang sama Abel, mama dan bapa selalu pengen yang terbaik buat Abel. Tapi sayangnya semua ketakutan mama sama bapa itu hampir terjadi karena Abel yang kurang pandai bergaul karena Abel selalu terpaku sama buku. Tapi Luke yang nyelamatin Abel dari semua itu, cuma Luke. Abel pernah hampir dijual sama gangster disana, Abel hampir pernah di lecehin sama orang, Abel pernah hampir minum, Abel pernah sakit dan salah satu temen kasih Abel obat dan untungnya Luke cek nama obat itu dan ngelarang Abel buat minum itu karena itu ternyata narkoba.
Abel sakit dan Luke yang rawat Abel. Abel benci banget sama Luke waktu itu, tapi dia gigih banget buat deketin Abel padahal jelas-jelas Abel lagi bisul dan bintilan gara-gara tiap hari Abel makan telor mulu, Abel takut di dalem makanannya ada narkoba atau kandungan yang bahaya. Akhirnya Abel mencoba untuk balas budi dan ngebuang rasa benci Abel ke Luke dengan cara mau jadi temen dia. Kalo dia emang mau deketin Abel karena nafsu,, kenapa dia gak ngelakuin itu dari dulu? Dan dari situ semua sudut pandang jelek Abel sama orang yang berpenampilan punk kaya gitu berubah, gak semuanya buruk. Abel sadar kalo Abel gamau yang lain selain Luke. Kalo pun Abel sama Luke gak berjodoh, Abel ngarepnya Abel sama Luke gausah ketemu sama sekali."
"Hush! Gaboleh ngomong gitu! Kalo kalian udah diketemuin harus gimana? Masa kamu harus amnesia dulu?" Mama berkata sembari mengerutkan keningnya. "Emang mama tau dari mana kalo bapa jodoh mama?"
Mama diam sejenak dan matanya menatap lurus kepadaku. "Dia selalu ada buat mama disaat mama butuh atau pun nggak. Dia selalu ada buat mama." Ucap mama dengan mata berkaca sebelum menarik tubuhku untuk dipeluknya dengan erat. Aku tidak mengerti kenapa mama bertingkah seperti ini, mungkin dia mengenang sesuatu yang membuatnya terharu saat berpacaran dengan bapak dulu. Lalu mama berbisik pelan di telingaku "Jangan pernah kesel ke bapa. Kita berdua tau bapa keras kepala."
Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang mama maksud, namun saat aku hendak menanyakan maksud dari ucapan mama aku mendengar Luke yang masuk ke dalam kamarku dan aku mendengar suara seperti dia yang sedang beres-beres. "Yaudah sana, takutnya bapa mau mandi." Ucap mama yang membuatku beranjak keluar kamar.
Bukannya aku kembali ke rumah mbah, aku justru berbelok ke kamarku—kamar yang ditempati Luke dan benar dugaanku, Luke sedang merapikan pakaian-pakaiannya kedalan ranselnya.
"Cleaning up my room, eh?" Kataku bersamaan dengan bokongku yang mendarat di kasur. Luke tersenyum dan mengehntikan aktivitasnya. Ada yang berbeda dari senyum diwajahnya, dia bukan seperti yang kukenal—maksudku, sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.
"Can you come with me? I have something to tell you." Ucapnya lembut. "Sure." Jawabku bersamaan dengan Luke yang menarik lembut tanganku agar mengikutinya. Jujur saja hatiku berdegup dengan sangat kencang. Kira-kira apa yang akan Luke katakan? Aku mencoba untuk menebak, tapi aku tidak bisa.
Kami berhenti di kebun samping rumah dengan ditemani oleh pantulan cahaya bulan dari kolam ikan. Luke menatap wajahku cukup lama dan tersenyum dan itu membuatku kikuk. "So,, what are you gonna say?" Ucapku memecahkan keheningan diantara kami.
"I have to go home." Ucapnya. "What? When? I don't book the ticket yet for us."
"No, you stay here and i have to go back to Australia." Entah kenapa,, tapi saat melihat raut wajahnya... aku merasa tidak yakin.
"What? Why? You homesick?"
"No, no. I just, i really really need to go home. I got something to do and it's really important." Sinar matanya terlihat pilu. Ada apa dengannya?
"What about our relationship? What about our plans? I need you here." Luke hanya tersenyum dan dia meraih kedua tanganku untuk digenggamnya. "It's gonna be okay. I know you're strong enough for this. I gotta book the taxi, the tickets for the train and the plane tonight. You better take a rest now." Ucapnya sebelum mengecup keningku dengan sangat lama.
"Luke, are you hiding something from me?" Aku menarik tubuhku agar menjauh dari Luke, agar dia berhenti mencium keningku. "No, im not." Ucapnya sebelum masuk kedalam rumah dan menutup pintunya rapat-rapat. Luke bertingkah sangat aneh, ada apa dengannya? Apa dia sedang dalam masalah? Atau mungkin dia ada masalah keluarga yang tidak perlu aku ketahui? Entahlah, sebaiknya aku juga istirahat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Hayran Kurgu"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...