"Luke, im tired. This bag is so heavy." Aku menggerutu karena ransel yang kubawa ini sangat berat. Di dalam tas ini terdapat pakaianku dan Luke, tapi sialnya akulah yang membawa tasnya sedari tadi. Luke tidak berkata apapun, tetapi dia segera melepas tas dari gendonganku dan memakainya. Dia tampak tidak merasa keberatan dengan tas berat itu. Ah, dasar bule.
"Ini tuh masih jauh gak sih?" Tanyaku dan mulai menggerutu. "Udah deket kok, didepan nanti ada perempatan terus tinggal belok kiri deh." Nadia menjelaskan. "Bel, is it near? Or far away?" Tanya Luke seketika. Yaelah, kan baru aja dijawab ya sama si Nadia.
"It's near she said." Ujarku dan setelah itu hening. Benar-benar hening, mungkin karena kami semua sudah lapar dan sudah tidak memiliki tenaga yang cukup untuk hanya sekedar tertawa atau mungkin berbincang. Tapi berbeda dengan Luke, dia justru sedang menyenandungkan lagu American Candy. Sebenarnya aku lelah, tapi suara indahnya menghilangkan rasa lelah itu dan menggantikannya dengan kesenangan yang hangat.
Beberapa menit kemudian akhirnya kami sampai di rumah makan Djadja. Rumah makan ini benar-benar bernuansa sunda. Semua ornamen, musik, dan juga pelayananannya sangat sunda. Yaiyalah, ini kan Bandung. Gimana sih lo?!
Aku dan yang lainnya segera memilih tempat duduk lesehan dan seorang pelayan memberikan kami buku menu dan memberi kami waktu untuk memilih pesanan. Aku membolak-balik lembar buku menu dan akhirnya pilihanku jatuh pada Seblak mie basah. Oh, aku sangat merindukan seblak! Aku tidak pernah menemukannya selama di Australia. Lalu aku membalik halaman buku menuju halaman menu minuman, dan pilihanku jatuh pada bajigur.
"Luke, what do you want to ord-" Tunggu, tidak ada Luke. "Weh, liat Luke gak?" Aku bertanya kepada yang lainnya dan mereka hanya menggeleng sebagai respon. "Kok bisa gatau sih??? Dari tadi kan dia bareng kalian yang cowok-cowok!!" Aku mulai panik. Bagaimana jika Luke tersesat? Dia tidak membawa ponselnya sehingga dia tidak bisa menerjemahkan ucapannya.
Akhirnya aku bangkit dan bertanya kepada setiap orang yang ada di rumah makan ini, tapi mereka semua memberi respon yang sama dan itu membuatku frustasi. Tapi aku mendengar sekelompok wanita yang sedang berkumpul dan aku mendengar mereka berkata "Sayang banget ya, padahal dia bule ganteng. Tapi mainnya sama preman kampung tatoan gitu."
Bule? Ganteng? Lukman!
Aku segera menghampiri para wanita itu. "Punteun, teh. Liat ada bule kesini gak?" Tanyaku sesopan mungkin. "Itu tuh ada lagi ngumpul sama preman-preman kampung tatoan di pinggir jalan." Jawab salah satu dari mereka. "Oh, dia bukan anggota preman disini kok. Makasih ya teh, punteun." Aku menyengir dan berlalu, segera menghampiri Luke.
Dia sedang tertawa bersama preman-preman itu saat aku menghampirinya. "Wah, mani geulis pisan euyyy..." Salah satu dari preman itu menggodaku, tapi aku tidak menghiraukannya dan segera menggandeng tangan Luke.
"Luke, come on! We gotta eat! C'mon, they're all waiting for us!" Ucapku sembari menarik-narik tangannya agar segera meninggalkan para preman kampung ini. "Okay, okay. Chill out!" Ucapnya sembari melepaskan genggaman tanganku dan menggantinya dengan dekapan disekitar pundakku.
Aku memesankan ikan goreng lengkap dengan sambal lalapan dan juga bajigur untuk Luke. Aku sengaja memesankan itu agar tidak memakan waktu terlalu lama dan agar Luke tidak banyak bertanya saat memakannya. Dan pesanan kami pun datang, semua orang langsung menyantap makanan mereka masing-masing. Tapi tidak denganku dan Luke.
Luke masih belum terbiasa untuk makan langsung menggunakan tangan seperti kami, jadi aku harus menata nasi dengan tanganku layaknya seperti hendak menyuapi anak kecil agar Luke bisa langsung melahap nasi dan ikannya. "What are these for?" Dia mulai bertanya sembari mengangkat sayur-sayur lalapan. "It called lalapan, it's like salad. Eat it!" Ucapku tegas dan dia mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fanfiction"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...