Oh My God, Mbah!

90 14 2
                                        

Alarm ponselku membangunkanku tepat pada pukul setengah lima pagi dan seperti biasa, aku bisa mendengar langkah mbah yang sedang bersiap-siap untuk mandi dan itu adalah sebuah kesempatan untukku untuk membangunkan Luke.

Ya, sama seperti kemarin aku mengendap-endap masuk kedalam rumah dan kamarku sendiri untuk membangunkan Luke. Aku heran kenapa masih ada motor bebek milik Jefri di rumah? Memangnya Luke tidak mengembalikan motornya?

Aku melanjutkan langkahku menuju kamarku, tapi aku tercengang saat melihat keadaan kamarku sudah sangat rapi dan aku mendengar seseorang yang sedang mandi di kamar mandi. Awalnya aku mengira itu adalah orang tuaku, tapi ternyata mereka masih tertidur karena aku masih bisa mendengar dengkurannya.

"Holly crap! What you doing standing there doing nothing? I thought you're someone else." Pekikan suara Luke membuatku kaget dan menoleh kebelakang, menemukan Luke dengan handuk yang melingkar dipinggangnya dan rambutnya yang basah.

"I was going to wake you up." Jawabku dan duduk di kasur. "Oh. Im awake, darling." Jawabnya sembari mengeluarkan pakaian dari dalam ranselnya. "You set your alarm?"

"Ya, and i know what should i do next, i wrote the to do list last night." Ucapnya sembari memainkan lipringnya yang kuyakini sangat dingin akibar air saat Luke mandi. Aku mengangguk sembari mengalihkan pandanganku pada kaos Nirvana yang akan dipakai Luke. "Can i wear that shirt?" Tanyaku.

"You want to wear it? Dia bertanya balik dan aku mengangguk. "You don't have to ask. What's mine is yours. Have you shower?" Aku menggeleng sembari terkekeh kecil. "Oh...you dirty princess." Dia mengejekku dengan nada menggoda sebelum akhirnya mencium pipiku selama beberapa detik dengan tangan kanannya yang menekan pipi kiriku. Aku harus menahan tawaku agar kedua orang tuaku tidak terbangun.

"Luke, stop it! I'm going to take a bath." Ucapku pelan dan Luke pun melepaskan bibir dan tangannya dari kedua pipiku dan membiarkanku pergi dengan membawa kaos miliknya. Aku kembali mengendap masuk kedalam rumah mbah dan kali ini aku merasa sial, mbah menagkap basah diriku yang baru saja masuk sembari membawa kaos Nirvana hitam.

"Abis dari rumah? Ngapain? Mama sama bapak kamu belum bangun." Ucap mbah yang masih menggunakan bra kain jaman dulu dengan kain yang melingkar di pinggangnya.

"Mbah tau dari mana kalo mama sama bapak masih tidur?" Aku bertanya balik agar mbah tidak memberikan pertanyaan lainnya. "Itu lampu kamarnya masih mati, dari sini juga keliatan. Kamu bangunin si Luk ya?"

Wah, aku harus jawab apa? Haduh matilah aku!!

"Abel mandi dulu ya mbah, hehe." Itulah kata-kata bodoh yang keluar dari mulut bodohku sebelum berlalu untuk mandi. Dan setelah mandi aku melakukan hal yang sama seperti kemarin, yaitu membersihkan rumah mbah—menyapu halaman depan dan halaman belakang rumahnya. Lalu setelah itu mbah menyuruhku untuk pergi berbelanja ke warung untuk bahan-bahan masakan dan mbah sudah membuatkan daftar bahan yang harus kubeli.

Saat aku hendak keluar dari halaman rumah mbah, Luke memanggilku dan membuatku menoleh kearahnya. "Where you going?" Tanyanya. "Im going to warung for shopping—for our meal." Jawabku.

"Are you don't do the laundry?"

"Mbah said that she payed someone to do the laundry, so she asked me to buy these." Jawabku sembari menunjukan daftar belanjaan yang tertulis di kertas kecil ini. "Why don't you help my parents to clean the house or maybe doing something?"

"Mama and bapak are not up yet. Hey, can i come with you? Because i feel so bored if im alone at home. Beside, i've done everything on the list." Luke memberikan tatapan memelas yang membuatku gemas. "Okay. But don't grab my hand or doing something romantic, you know what i mean, do you?"

Lukman 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang