KB

72 14 3
                                    

Sekarang pukul satu siang. Aku hanya bersantai di teras rumah dan Luke baru saja kembali dari kantor pupuk bapak. Well, bapak memang bukanlah orang yang sibuk karena semua urusannya sudah ditangani oleh orang kepercayaannya—Om Ucup. Jadi bisa dikatakan bahwa dengan menutup mata pun bapak bisa mendapatkan penghasilan.

Mama dan mbah sedang mengobrol di dalam rumah, sedangkan bapak sedang pergi ke rumah Abah—aku tidak tau untuk apa, mungkin hanya sekedar berkunjung.

Namun tiba-tiba saja sebuah mobil datang dan parkir di halaman rumah mbah. Aku merasa tidak asing dengan mobil itu dan ternyata benar saja, itu adalah mobil keluarga kakak dari pihak bapak. Aku dan Luke segera bangkit dan salim kepada mereka semua.

Seperti biasa, mereka berbasa-basi menanyakan kabar dan sedikit kaget saat melihat kehadiranku disini. Ya, karena yang mereka tau aku masih berada di Australia. Mereka juga kaget dan heran dengan keberadaan Luke dan meminta penjelasan mengenai siapakah Luke sebenarnya. Oh, tentu saja aku tidak menjelaskan yang sebenarnya—aku masih mengatakan bahwa Luke adalah temanku dari Australia.

Tapi setelah Wa Cinah dan Wa Sumber masuk (mereka adalah sepasang suami-istri), kini tersisa A Danu dan A Deni dan juga...gitar milik A Deni. Well, A Deni memang jago dalam bermain musik dan menciptakan lagu, bahasa inggrisnya juga lancar. Begitu juga dengan A Danu—dia sangat mahir berbicara bahasa Inggris karena dia bekerja di Amerika dan sekarang dia berada disini hanya untuk liburan, sama sepertiku.

Buat yang gak ngerti... jadi Wa Cinah sama Wa Sumber itu nikah dan melahirkan A Danu dan A Deni (Danu anak pertama)

"Masa iya sih Bel, Luke cuma temen kamu?" Tanya A Deni tiba-tiba. "Iya nih. Pacar ya?" Sahut A Danu dengan cengiran menggodanya yang sangat menyebalkan. Well, karena hubunganku dengan mereka sangatlah dekat jadi aku putuskan untuk menceritakan dan menjelaskannya pada mereka. Mereka mengerti dan berjanji agar menjaga rahasia ini, tapi mereka tidak mau membantu untuk masalah restu orang tua karena mereka bilang itu terlalu beresiko. Aku tidak mengerti apa yang mereka maksud, tapi ya aku tidak memaksa.

"Yaudah, aa masuk ke dalem dulu ya. Belom salim ke Mbah." Ucap A Danu. "Iya, aa juga ya." Tambah A Deni. Aku mengangguk, tapi Luke justru menahan A Deni.

"A, can i borrow your guitar?" Pintanya. "Yeah, sure." Ucap A Deni sembari memberikan gitarnya pada Luke sebelum dirinya berlalu masuk ke dalam rumah. Ya, aku mengajarkan Luke untuk memanggil mereka 'Aa'

"Oh, i miss to see you playing guitar." Ucapku sembari menopang dagu menggunakan kedua tanganku dan memberikan Luke tatapan kagum. Luke memang jago dan sangat mahir dalam bermain gitar.

Luke tersenyum dan menatapku dalam—penuh kasih sayang. "This song is for you, Bel." Kini jemarinya mulai memainkan senar gitar, dia mulai bernyanyi dan aku menikmatinya.

"It's all about you
It's all about you, baby
It's all about you
It's all about you, yeah

Yesterday you asked me something i thought you knew
So i told you with a smile, it's all about you
Then you whispered in my ear and you told me to
Said you made my life worth while it's all about you

And i would answer all your wishes if you ask me to
But if you deny me one of your kisses, i don't know what i do
So hold me close and say three words like you use to do
Dancing on the kitchen tiles
Yes you make my life worth while it's all about you."

Lukman 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang