Hatiku terasa begitu lega setelah memperkenalkan Luke kepada kedua orang tuaku meski wajah mereka menampakan dengan jelas bahwa mereka tidak menyukai Luke. Memang awalnya bapak tidak setuju jika Luke berada disini. Tapi setelah aku membujuknya agar membahasnya besok pagi, akhirnya mereka memperbolehkan Luke untuk tinggal dirumah dan setelah itu aku berpamitan untuk tidur di rumah mbah dengan alasan bahwa aku rindu pada mbah.
Kuketuk pintu kaca rumah mbah, aku tidak bisa melihat ke dalam karena kaca itu sudah tertutup oleh gorden berwarna pink dengan corak burung bangau. Pintu kaca pun terbuka dan muncul mbah yang memakai kebaya jaman dulu dengan rambut putihnya yang di sanggul. Sama seperti mama dan bapak, mbah tampak terkejut dan segera memelukku. "Mbah kumaha kabar?" Tanyaku sembari melepas pelukannya untuk salim.
"Mbah waras, Abel waras?" Tanyanya balik.
"Sehat mbah. Mbah, Abel bobo sama mbah ya, Abel kangen sama mbah soalnya." Mbah mengangguk. "Yaudah hayu atuh masuk!" Aku pun masuk dan mbah menunjukan kamar yang bisa aku pakai untuk tidur.
Awalnya mbah menawarkanku untuk makan terlebih dahulu, tapi aku menolaknya. Aku memilih untuk membersihkan tubuhku dan langsung beristirahat. Aku sangat lelah.
🔥🔥🔥
Bunyi kokok ayam milik warga di kampung berhasil membangunkanku. Aku menggosok mataku sebelum bangkit dan membuka jendela kamar, langitnya masih gelap. Pukul berapa memangnya sekarang?
Aku menolehkan kepalaku ke jam dinding yang ternyata menunjukan pukul setengah lima dan aku mendengar langkah kaki mbah yang sudah bersiap-siap untuk mandi—itu kebiasaan warga disini.
Luke.
Aku harus membangunkan Luke agar orang tuaku tidak berpandangan buruk padanya, Luke harus tampak rajin. Aku pun mengendap-endap untuk pergi ke rumah dan memasuki kamarku—kamar yang sekarang dipakai oleh Luke.
Beruntung mama dan bapak belum bangun, mungkin mereka habis begadang semalaman. Aku mengguncang tubuh Luke pelan dan menyebut namanya dengan pelan—hampir seperti berbisik.
Dia tidak terbangun.
Tidak mungkin aku meneriaki namanya, jika aku meneriaki namanya maka kedua orang tuaku akan terbangun dan mereka tidak akan memperbolehkanku berduaan di dalam kamar seperti ini. Aku pun menyumpat kedua lubang hidungnya menggunakan jariku dan mengatup bibirnya agar dia tidak bisa bernapas.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
Luke membuka matanya dengan panik, dia menangkis tangan-tanganku dari wajahnya. Oh astaga, aku ingin tertawa! Ekspresi wajahnya sangat lucu!
"What the-" Aku kembali membungkam mulutnya dan menyuruhnya untuk mengecilkan suaranya. "Wake up now! You have to take a bath now!" Perintahku.
"What time is it?" Tanyanya.
"It's 4.30 a.m. and you have to take a bath now and then make a bed, help my parents to clean the house and after that we're gonna have breakfast together."
"What?! But it's 4.30! Are you insane?!"
"That's what people doing here. You have to make my parents like you, so show them that you are pretty diligent."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fanfiction"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...