Paginya aku dibangunkan oleh mbah karena Novi dan Nita mengajak Luke dan aku untuk berbelanja ke pasar. Iya, pasar tradisional. Mbah juga menitip sesatu untuk camilan di rumah. Aku pun bangkit dari posisiku dan segera pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi, awalnya aku berniat untuk tidak membangunkan Luke. Agar dia tetap disini untuk menjaga mbah, tapi ternyata mbah sudah membangunkan Luke dan memaksa Luke agar ikut dengan kami. Mungkin mbah risih dengan Luke yang cerewet.
Novi membawa motornya dan menggonceng Nita. Luke membawa motor pinjaman dari Jefri dan menggoncengku. "Follow Novi and don't speed." Ujarku pada Luke dan dia mengangguk.
Matahari belum terbit dengan sempurna, tapi pasar ini sudah ramai. Membuat Novi dan Luke kesulitan mencari tempat parkir. Kami harus mengelilingi lahan parkir pasar ini sebanyak dua kali sampai akhirnya kami menemukan tempat parkir di dekat gerbang keluar.
"What is this place?" Luke bertanya sembari turun dari motor yang diikuti denganku. "It's pasar." Jawabku. "Pasar? What is that?" Dia kembali bertanya. "It's a traditional market. Now listen to me! You have to keep your eyes on me because there would be a lot of people in there. And i don't want to lose you for the second time like in train station. Okay?"
Luke mengangguk sebelum akhirnya kami semua masuk kedalam pasar. Pertama kami beranjak menuju ke area sayuran dan iya, pandangan semua orang tertuju pada Luke. Aku sudah mulai terbiasa dengan itu dan aku juga bisa melihat bahwa Luke sudah terbiasa dengan pandangan orang-orang. Aku senang dis tetap mengarahkan pandangannya padaku. Sesekali dia mengenggam tanganku karena takut akan terpisah.
Setelah mendapatkan semua bahan, kini kami beralih ke bagian pakaian. Novi bilang dia ingin membeli dalaman, jadi kami menemaninya.
Novi sedang memilih-milih bra dan aku sebagai wanita jadi ikut-ikut memilih bra karena kebetulan kawat bra ku sudah ada yang lepas. "You buy bra too?" Luke bertanya. "Probably...,, my bra wire is loose." Jawabku. Luke menundukan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada telingaku untuk berbisik "Why buy bras when i can hold your boobs for you?"
WEH! ANJAY!!!!
Reflek, aku segera memukul dadanya dan menyembunyikan wajahku agar Luke tidak bisa melihat pipiku yang memerah. "You can't hide them from me, babe." Luke kembali berucap sembari menyeringai.
"Oh shut up!"
Lalu perhatianku teralihkan pada ucapan Novi kepada Nita. Mereka tampak sedang membicarakan seseorang yang mereka tidak sukai. "Kalian ngomomgin saha sih?" Tanyaku penasaran. "Itu teh, coba teteh perhatiin ke arah jam tiga. Tuh? Dia lagi liatin Luk tuh teh!" Ucap Novi yang membuatku langsung menoleh ke sebelah kanan untuk melihat apa yang Novi maksud.
Ya, seorang gadis cantik dengan badan dan kulitnya yang aduhai sedang memperhatikan Luke. Tapi memangnya kenapa? Pandangan seperti itu sudah biasa. "Cantik. Emang kenapa?"
"Ih, bel! Dia tuh PHO! Awas aja kalo dia ngerebut Luk dari kamu."
"Dia juga jago bahasa Inggris loh. Bisa tuh dia ngomong sama si Luk." Imbuh Novi.
"Awas aja Luk diambil sama dia. Udah banyak cowo yang di embat sama dia, kita berdua nih pernah jadi korban."
Aduh, apa bener ya? Kudu ati-ati ini mah
Aku berusaha tidak mengumbris wanita itu. Aku kembali memilih-milih bra bersama Novi dan Nita sebelum akhirnya kami memutuskan bra mana saja yang akan kami beli. Lalu kami beralih ke daerah kue-kue. Aku merindukan hunkwe ala pasar!
Aku memilih kue-kue itu sembari memakaninya. Tenang saja, aku akan tetap membayarnya. "Luke, what cake do you-" Tunggu, Luke tidak berada di sampingku. Dimana dia?
![](https://img.wattpad.com/cover/153063317-288-k712547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fanfiction"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...