Aku sedang bersama mbah di ruang makan, melihat mbah yang sedang memakan buah mangga dengan asyiknya. Tadi setelah aku menjemput Bi Teti dan A Mamat dari rumah sakit,, aku menyempatkan untuk bermain sebentar di rumah abah sekalian memberikan buah-buahan yang sengaja aku dan Luke beli untuk abah dan A Mamat.
Sedangkan Luke sedang sibuk menelphone Andy, ayahnya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Beberapa menit kemudian Luke menghampiriku dan berkata bahwa dia harus mengisi bensin mobil terlebih dahulu sebelum mengembalikan kepada si pemilik.
"Yeah, wait a moment." Ucapku sembari bangkit dari posisiku. "No, i can go by myself, i can use google translate and google map." Ucapnya membuatku mengerutkan keningku.
"You sure?" Dia mengangguk. Aku beranjak menuju kamarku untuk mengambil dompet dan mengambil dua lembar seratus ribu dari dalamnya sebelum memberikan nya pada Luke. Dia mengernyitkan dahinya, "What is this for?"
"You still cant use your dollar in gas station."
"Oh, yeah. You're right." Ucapnya sebelum berlalu. Tapi aku lupa untuk memberi taunya bahwa mobil itu harus diisi dengan pertamax, tapi sayang Luke sudah terlanjur pergi. Aku pun meraih ponselku dan mengirimkan pesan pada Luke.
"Si Luk mau kemana?" Tanya mbah tiba-tiba. "Itu dia mau ngisi bensin." Jawabku dan mbah hanya ber oh ria dan menawarkanku buah mangga yang sedang dia makan. "Ngga mbah, buat mbah aja."
"Enak loh ini, manis." Dia menyodorkan sepotong buah mangga padaku dan lagi, aku menolak. "Kamu mah dari kecil sampe sekarang gapernah doyan mangga sama pepaya, aneh! Padahal kan enak." Ucapnya.
"Mangga emang sih manis, mbah, tapi aromanya bikin enek. Kalo pepaya bau kaya tai burung."
"Ih orang wangi kok!"
"Ngga ngga ngaa. Udah ah, Abel mau tidur tiduran." Ucapku sembari beranjak menuju kamar. "Mandi dulu sana!"
"Nanti aja." Jawabku dan melanjutkan langkahku menuju kamar. Membuka spotify di ponselku dan memilih lagu Miss You dari Blink 182 hingga aku tertidur.
Namun tidur siangku terganggu saat mbah membangunkanku agar mandi. Huh, menyebalkan sekali! Memangnya pukul berapa sekarang?
Jam di kamar ini sudah menunjukan pukul 5 sore. Aku tidur siang selama 2 jam?! Masa bodoh lah, sekarang sebaiknya aku mandi.
Lagi, mbah mengetuk ngetuk pintu kamar mandi saat aku sedang mandi. Beliau bilang dari tadi ponselku berdering, aku pun segera menyelesaikan mandiku dan mengenakan handuk sebelum keluar dari kamar mandi. Mataku melihat sekilas ke halaman rumah melalui jendela dan anehnya kenapa tidak ada mobil? Atau Luke sudah menegmbalikannya kepada si pemilik?
Deringan ponsel dari kamar membuatku terlonjak kaget dan membuatku segera mengangkat telphone sialan itu. Oh, itu Luke.
"WHERE THE HELL HAVE YOU BEEN, BABE?! I'VE CALL YOU A THOUSAND TIMES!!!" Kupingku tersenging saat mendengar suaranya yang menggelegar dan terdengar panik.
"Luke? Babe? Im sorry, i was taking a bath when you called me. What's wrong? Are you okay?" Aku ikut panik.
"No! I got lost! Help me! Send me your fucking location!" Rasanya jantungku jatuh ke perut saat mendengar perkataannya sehingga aku hanya bisa terdiam. Aku terlalu panik dan bayangan saat Luke terpisah denganku di kereta.
"Babe, listen to me. Abel? Baby? Im sorry for yelling at you. I panicked and you panicked now. Im sorry. Now, please hang up the phone and send me your location. Please, can you do that for me?"
Aku mengangguk, aku tidak sadar bahwa Luke pasti tidak akan bisa melihatnya tapi aku langsung mematikan sambungan telphone dan mengirimkan lokasiku padanya. Aku terus memandang ponselku dan tanpa sadar meremas handuk yang masih ku pakai.
![](https://img.wattpad.com/cover/153063317-288-k712547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fiksi Penggemar"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...