Disini maap ya kalo aku ceritanya gak jelas gitu, soalnya aku panik banget :(
Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, dan malam ini aku tidur di rumah orang tuaku. Mumpung Luke tidak ada di rumah, jadinya aku memakai kesempatan ini untuk bermanja dengan kedua orang tuaku. Tapi mama sudah tertidur setiap pukul sembilan malam dan kini hanya tersisa bapak yang masih sedang menonton berita di ruang tengah.
Aku menghampiri bapak dan bertanya "Pak, bapak gak ngeronda?"
"Halah, ngapain? Kan udah ada si Luk." Jawabnya santai. "Hih, kalo pak RT tau bapak gak ngeronda dapet denda loh." Ucapku dengan nada menakut-nakuti, tapi bapak malah terkekeh dan justru membuatku bingung. "Bapak udah bilang ke Pak RT kalo bapak diwakilin sama si Luk hehehe..." Ucapnya dengan bangga.
Yaelah, udah tua maunya enaknya aja. Untung bapak sendiri.
"Yaudah abel mau ke rumah Abah dulu, kangen. Abel jarang main kesana." Pamitku. Well, sebenarnya sekalian aku ingin main ke pos ronda karena aku sudah merindukan Luke. "Yaudah sana, ati-ati loh ya udah malem." Ucap bapak dan aku hanya membalasnya dengan anggukan.
🔥🔥🔥
Rupanya Ara dan A Mamat sudah tertidur dengan pulas saat aku sampai di rumah Abah, yang terjaga hanyalah Bi Teti dan Abah yang sedang menonton opening Asian Games di televisi. Aku bisa melihat bahwa Bi Teti sudah sangat lelah dan ingin istirahat, tapi dia harus tetap menemani Abah sampai abah juga tidur. Begitulah, Bi Teti harus bisa mengurus Abah, A Mamat, dan juga Ara karena dia sendiri wanita dewasa yang ada di rumah ini dan hanya dialah satu-satunya orang yang sehat di rumah ini. Well, Ara jauh lebih sehat tapi kan dia masih kanak-kanak.
Jadi aku ikut bergangung dengan Bi Teti dan Abah di ruang tv. Pembukaan Asian Games sangatlah megah dan meriah, membuatku speechless. Tapi ada yang aneh dengan Abah, tidak biasanya Abah menonton tv sembari diam saja seperti ini, biasanya Abah akan mengomentari tayangan televisi atau mungkin mengajak ngobrol orang-orang di sekitarnya.
"Bah? Abah kok diem aja sih bah?" Tanyaku langsung, tapi abah hanya menoleh dan tidak menjawab. Abah kenapa sih?
"Bi, Abah kenapa sih? Kena santet?" Kini aku bertanya pada Bi Teti. "Sakit gigi, mangkanya dia diem aja."
"Hah?! Abah sakit gigi? Seinget Abel abah kan udah gak punya gigi, kok bisa sakit gigi?!"
"Masih ada satu di paling belakang, kecil banget." Aku penasaran dengan perkataan Bi Teti dan ingin membuktikannya, karena aku sangat ingat bahwa abah sudah tidak memiliki gigi. "Bah, masa sih? Coba Abel liat!"
Abah pun menolehkan kepalanya padaku dan membuka mulutnya, menunjukan sederet gusi bersih tanpa gigi. Tapi ada sesuatu dibagian belakang sana, aku melihat seperti remukan kacang yang tertancap di gusi. "Itu gigi?"
Abah mengangguk. "Ah, coba congkel. Siapa tau itu kacang nancep di gusi." Bukannya berkomentar, abah justru memukul lenganku pelan dan menyuruhku pulang. Memangnya kenapa? Memangnya aku tidak sopan?
Ya ampun...abah lucu pisan. Masa sih sakit gigi, kan dia udah gak punya gigi.
Tidak, aku tidak sakit hati sama sekali oleh abah yang mengusirku. Aku sudah biasa dengan sikap keras dan galak abah. Jadi aku segera menuju pos ronda dimana Luke berada. Ah, aku merindukanmu Lukman.
Jarak dari rumah abah ke Pos Ronda tidak begitu jauh dan aku bisa menempuhnya dengan berjalan kaki, kondisinya tidak begitu gelap karena ada beberapa cahaya dari lampu rumah warga. Setelah berjalan beberapa meter, akhirnya aku bisa melihat cahaya dari pos ronda dan aku bisa melihat Luke yang sedang berdiri di balik pohon besar yang berada di belakang pos ronda. Sedang apa dia? Pipis?

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukman 2020
Fanfiction"Im going to Bandung to meet my girl's fam. Im so exited!" -Luke Hemmings. "SAHA MANEH?!" -Abel's daddy. "What were you doing? You're sweating." Ucapku saat merasakan tubuhnya yang lengket. "Why are you sweating?" Luke kembali bertanya. "I was ironi...