Author POV
Gadis itu terus menerus meronta dan menatap penuh amarah ke arah dua orang bertubuh tegap, berpakaian serba hitam yang ada di dekat pintu. Ia ingin berteriak tapi tidak bisa, mulutnya di plester kuat, kedua tangan dan kakinya di ikat. Entah sudah berapa lama gadis itu meronta dan berharap terlepas dari jeratan tali-tali yang terikat dibangku yang dia duduki. Ruangan itu hanya disinari dengan satu lampu yang temaram. Rambutnya yang semula rapih menjadi acak-acakan, peluh keringat juga keluar.
Ya Tuhan, apa aku korban mafia sampai di kurung dan diikat seperti ini? Siapa yang melakukan ini padaku? Anson? Tidak! Dia ditembak oleh.. KHAREL!! Apa dia yang melakukan ini padaku? Batin Arely.
Bayangan di klub itu terbayang oleh Arely. Dia ingat kalau terakhir kali dia berteriak dan berhadapan dengan Kharel, tapi setelah itu dia tidak ingat. Dia baru sadarkan diri ketika dia sendiri sudah dalam keadaan seperti itu, duduk, terikat dan terkurung. Tiba-tiba pintu itu terbuka dan seorang pria masuk, pria itu berdiri di ambang pintu. Arely menunggu-nunggu, siapa pria itu? Wajahnya tak terlihat jelas karena temaramnya ruangan. Pria itu tersenyum di kegelapan, lalu melangkah mendekat Arely seraya menyalakan korek gas dan mendekatkannya ke ujung rokok. Ia menghisap rokok itu lalu menghembuskannya ke udara. Arely terbelalak melihat siapa pria dihadapannya. Kharel berdiri seraya menghisap rokoknya dengan wajah arogan dan dinginnya.
Brengsek! Jadi benar Kharel yang melakukan ini padaku, umpat Arely dalam hati.
"Ternyata kau sudah sadar rupanya," ucap Kharel seraya tersenyum kecut.
Arely meronta dan menatap marah ke arahnya. Kharel menatapn tajam ke arah gadis yang duduk di depannya.
"Ini akibatnya jika kau berani-beraninya berteriak didepanku dan menentangku." Arely semakin berani membalas tatapan tajam Kharel.
Kharel melirik ke arah saku celana Arely lalu mengarahkan tangannya kesana, ia merogoh ponsel milik Arely. Kharel mengambil kartu SIMnya dan memasukannya ke ponselnya. Kemudian jari-jari Kharel mengetik sesuatu di layar ponsel.
"Untuk Hans Frederick. Kak, malam ini aku akan menginap dirumah salah satu temanku. Besok aku akan mengabarimu lagi," ucap Kharel.
Kurang ajar! Batin Arely.
Kharel menghisap rokoknya lagi lalu menghembuskan asapnya ke wajah Arely. Alhasil, Arely terbatuk-batuk. Kharel memasukkan ponsel milik Arely ke saku celananya. Tiba-tiba Kharel menarik plaster yang mengeratkan mulut Arely dengan kasar dan cepat, membuat gadis itu meringis kesakitan. Area mulutnya terasa sakit.
"Shit man! Lepaskan aku!" pekik Arely.
"Kalau aku tidak mau, kau mau apa?" tantang Kharel dengan santai.
"Aku mau kau melepasku dan jangan ganggu hidupku, sialan!" balas Arely.
Kharel merasa marah ketika mendengar kata "sialan" untuknya. Dengan cepat miliarder itu mengcengkeram dagu Arely.
"Lancang sekali bibir manismu itu jalang!" kata Kharel.
Arely melotot, "Kau menyebutku apa? Jalang? Aku tidak semurah itu, bangsat!"
Kharel melepaskan cengkeramannya dengan kasar, "Apa kau masih suci? Gadis macam dirimu berada di klub malam, bukankah itu setara dengan kodrat wanita murahan, Nona? Jalang adalah suatu makhluk dalam keadaan tak bersegel, barang bekas dan lebih buruk dari budak."
Arely mengepalkan tangannya, "Kau tidak bisa menilai orang lain sembarangan!"
"Berapa harga yang kau tawarkan pada para pria?" tanya Kharel dengan mengangkat kakinya ke sisi bangku yang dapat ia pijak. Tangannya memegang dagu Arely, jarak wajah mereka cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYKILLER Vs LADYKILLER
RomanceKharel Mackenzie (27th) tampan dan seorang miliarder di Italia. Di sisi reputasinya itu, ia adalah sang LADYKILLER. Kharel hobby sekali menghempaskan banyak wanita demi memuaskan dendamnya, dendam yang sempat hilang namun berubah menjadi dendam yang...