Kharel melangkah menghampiri Arely yang sedang mengobrol dengan seorang pria berkumis. Orang-orang dikamar anak kembarnya begitu sibuk, ada para crew dan photografer.
"Aku mau hasil foto anak-anakku bagus ya? Aku akan memajangnya di ruang tamu. Semua orang yang bertamu ke mansion ini harus melihatnya," gumam Arely dengan semangat.
"Tentu saja, Nyonya," balas pria berkumis yang mana adalah seorang fotografer.
"My barbie gorgeous!"
Arely menoleh dan mendapati suaminya melangkah mendekat, "Kharel!"
Pria itu terlihat sedikit berantakan. Jas tersampir di pundaknya, dua kancing kemeja dibiarkan terbuka dan lengan kemeja digulung sampai siku.
Kharel mengecup kening istrinya, "Selamat pagi, sayang."
"Selamat pagi!" balas Arely dengan semangat.
"Selamat pagi, Tuan!" sapa Jhonny, fotografer tersebut.
Kharel membalas sapaannya lalu Jhonny beralih mengobrol dengan salah satu crew. Gelak tawa kedua anaknya membuat Kharel menoleh dan mengulas senyum. Ia menatap keseruan tiga crew wanita bersama dua anaknya. Kini Aline dan Alaric Mackenzie berusia 7 bulan. Anak kembar itu tengah duduk di sebuah keranjang. Para crew sedang mengatur posisi mereka. Dua bocah itu terlihat senang, mereka tidak risih dengan aktivitas disana. Aline dan Alaric sudah biasa karena sejak bayi mereka sering melakukan pemotretan untuk dokumentasi keluarga maupun komersial.
Kharel menghampiri anak-anaknya. Suara ocehan Aline dan Alaric membuat orang-orang gemas. Arely tahu, anak-anaknya bahagia melihat Ayah mereka.
Kharel menggendong Aline dan mengecup pipinya gemas, "Selamat pagi, tuan putri cantikku, Aline!"
"Selamat pagi Ayahku yang tampan!" balas Arely meniru gaya bicara seperti anak kecil, wanita itu sudah di sampingnya.
Arely mencebik, "Kau tidak mengucapkan selamat pagi untuk Alano, Kharel? Teganya kau!"
Kharel tertawa kecil, "Tentu saja aku akan mengucapkannya juga untuk Alaric, sayang."
Kharel menurunkan Aline. Lalu beralih sedikit membungkuk untuk mengecup pipi puteranya yang asyik menghisap ibu jarinya sambil menatapnya.
"Selamat pagi pangeran tampanku, Alaric!" kata Kharel.
Pemotretan akan dimulai. Kharel dan Arely menepi, mereka melihat Aline dan Alaric yang sedang dipotret seraya mengobrol.
"Bagaimana dengan urusanmu? Lancar?" tanya Arely.
Sekejap Kharel berubah membisu. Ia menatap Arely dengan wajah cemas.
"Apa ada masalah? Kau terlihat cemas," Arely menangkup wajah suaminya.
Kharel tersenyum, "Tidak ada. Lebih baik kita bahas tentang kita saja."
"Emm.. boleh aku bertanya?" gumam Arely.
"Tentu saja, sayang."
"Apa benar urusan pekerjaan?" Kharel terpaku saat pertanyaan itu melayang padanya.
"Jujur, aku merasa aneh saja. Tidak biasanya kau berangkat pagi pulang pagi. Kau juga sulit.. dihubungi," gumam Arely.
Kharel menghela nafas dan merangkul Arely. Tangan kokoh kanannya terulur untuk mengelus pipi Arely.
"Aku begitu sibuk sampai tidak punya waktu untuk menceritakannya padamu. Maafkan aku," kata Kharel.
Arely tersenyum dan mengelus kepala Kharel, "Tidak apa-apa. Em... sebaiknya kau mandi. Kau terlihat kacau."
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYKILLER Vs LADYKILLER
RomansKharel Mackenzie (27th) tampan dan seorang miliarder di Italia. Di sisi reputasinya itu, ia adalah sang LADYKILLER. Kharel hobby sekali menghempaskan banyak wanita demi memuaskan dendamnya, dendam yang sempat hilang namun berubah menjadi dendam yang...