Part 15

45.8K 4.1K 171
                                    

Author POV

Azores, Portugis.

      Sepasang pengantin itu saling berpelukan. Pengantin pria mencium bibir pengantin wanitanya. Raut wajah mereka sama-sama bahagia. Pagi ini, pernikahan telah dilaksanakan di sebuah rumah besar dengan dekorasi indah dan mewah. Beberapa detik yang lalu mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tepukan dan sorak soraian begitu meriah di pelataran sebuah rumah besar yang bergaya pedesaan itu.

Arely Esprancio sangat cantik dengan balutan gaun pengantinnya yang berwarna putih dan tatanan rias yang menambah kecantikannya. Tak lupa dengan Anson Alesto yang juga sangat tampan dengan tuxedo pengantinnya. Yaritza yang menyaksikan pernikahan putra satu-satunya meneteskan air mata bahagia, pernikahannya sangat mengharukan. Yaritza berandai, seandainya suaminya masih hidup, kebahagiaannya bertambah lengkap.Dan suaminya sama bangganya memiliki seorang putra berhati malaikat.

Anson dengan cinta yang luar biasa, bersedia meminang seorang wanita yang tengah hamil dan itu bukan anaknya. Begitupun dengan Francis Frederick, pria paruhbaya yang ikut terbawa suasana. Ia bahagia melihat keponakan yang sangat ia sayangi mendapat pria berhati tulus. Walau semua tahu bila Arely belum bisa mencintai Anson, setidaknya Arely mau menerima dan belajar mencintai Anson.

Seandainya saja kau masih hidup adikku, kau pasti sangat bahagia melihat pernikahan ini. Francis membatin seraya menerawang sosok adiknya, Ibunya Arely.

Anson menatap wajah Arely dengan lembut lalu ke bawah, tepat di perut yang sedikit membuncit. Usia kehamilan Arely menginjak tiga bulan, terbilang masih muda.

"Aku mencintai Arely Alesto dan malaikat kecil yang ada dalam perut ini," ucap Anson.

Arely tertawa pelan.

"Aku berjanji akan menjadi seorang suami dan Ayah yang baik. Aku akan mengobati luka dihatimu dengan caraku sendiri," ucap Anson tulus.

Arely tersenyum dan air matanya jatuh, "Terimakasih, Anson."

Anson menyatukan jari-jemari tangannya pada jari-jemari lentik milik Arely dan memberikan kecupan-kecupan kecil. Pria itu semakin menawan dengan senyumannya.

Anson menatap cincinnya dan Arely, "Kedua cincin ini bukan pengikat hubungan kita, tapi restu Tuhanlah yang mengikat hubungan ini sampai kita sama-sama menuju padaNya."

Entah kenapa Arely merasakan ada yang aneh dengan perasaannya, ada rasa gelisah dan takut. Arely terbuyar dari lamunannya ketika seseorang memeluknya

Arely tersenyum, "Kak Hans!"

Alisha, Francis, Yaritza memberi selamat kepada Anson dan mengobrol. Sedangkan Hans dan Arely mereka tampak hanyut dalam candaan. Hans bahagia melihat sepupunya dinikahi pria yang baik dan siap bertanggung jawab atas apapun. Hans sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada Anson untuk selalu menjaga Arely dan bayinya.

"Kau sengaja ya menyusul kami menikah?" ucap Hans kepada Anson seraya merengkuh pinggang Alisha.

Anson terkekeh lalu ikut merengkuh pinggang Arely dengan posesif, "Aku tidak ingin berlama-lama menikahi adikmu. Nanti.. wanita yang aku cintai ini direbut oleh ladykiller itu."

"Aku rasa pria brengsek itu jika mendengar kabar pernikahan ini akan gila," celetuk Hans membuat Anson dan Alisha tertawa.

Arely hanya tersenyum masam, ia memegang perutnya dan pandangannya berubah kosong.

Maafkan aku, sayang. Aku memisahkanmu dengan Ayah kandungmu. Apa kau di dalam sini mendengar setiap jeritan luka dihati Ibumu ini? Aku hanya ingin kau tidak merasakan penderitaan yang aku alami di masa kecil, memiliki seorang Ayah berhati iblis. Arely membatin, seolah-olah bicara dengan bayinya.

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang