Part 09

48.1K 4.2K 40
                                    

Penyesalan datang kepadaku.
Betapa bodohnya aku, menyerahkan diriku demi pembuktian.
Kehadirannya dalam hidupku,
membuat hidupku bertambah buruk.

-Arely Esprancio-

<><><><><><><><><><><><><><>

Arely POV

     "Arely!"

Aku menoleh ke sumber suara yang memanggilku, itu Hans. Pria itu tampak khawatir dan memegang erat pundakku.

"Kau semalam menginap dirumah siapa? Kenapa kau pulang dengan keadaan seperti ini? Kau tampak kacau," kata Hans.

Aku mengerutkan keningku dan membatin, apa keadaanku benar-benar kacau?

"Ciao! Ada apa denganmu, adikku?" tanya Hans seraya mengguncangkan sedikit tubuhku.

*(Ciao : Halo.)

Aku tersenyum lalu menepis lembut kedua tangannya, "Aku baik-baik saja."

"Jadi semalam kau menginap dimana? Dengan seorang pria?" Hans mengangkat satu alisnya.

Aku tersenyum, "Aku menginap dirumah Vanesa, dia teman baruku."

Maafkan adikmu ini yang berbohong, batinku.

"Arely, ku rasa kau tidak baik-baik saja," gumam Hans.

Hans menatapku skeptis dan aku baru menyadari kalau aku berusaha merapatkan selangkangan, aku merasa sakit dibagian kewanitaanku. Sialan! Apa melakukan hubungan seks untuk pertama kali sesakit ini? Oh ya ampun, ini tidak seberapa dengan sakit hatiku. Mengingat berhubungan intim dengan pria brengsek sepertinya, membuat hatiku tercabik-cabik.

Arely, ini juga kesalahanmu! Keputusan konyolmu telah membuat kesucianmu hilang! Kau wanita paling bodoh sejagat raya, batinku.

"Kak, aku ke kamar dulu ya!" ucapku seraya berlari kecil ke arah tangga mansion.

Panggilan Hans tidak aku hiraukan, aku ingin cepat-cepat ke kamar dan mandi. Meski percuma dan tidak mengembalikan keperawananku, setidaknya bekas air liurnya hilang.p Aku ini sangat kotor! Aku sangat jijik dengan diriku sendiri. Setelah sampai dikamar aku menutup pintu lalu menguncinya dan berlari ke kamar mandi. Shower aku nyalakan dan lantas tanpa membuka pakaianku, aku berjongkok dibawah shower dan butiran demi butiran yang dingin mengguyur tubuhku. Tak henti-hentinya aku menggosok seluruh tubuhku.

Ya Tuhan, lenyapkan aku, ucapku dalam hati.

Hatiku merasa sangat sakit. Luka lamaku terbuka dan bertambah karena perbuatanku sendiri. Hidupku yang buruk, bertambah buruk. Masa kecilku yang sangat kelam menyeruak bebas dan sosok Kharel akan apa yang semalam kami lakukan ikut tercampur padu.

"Arely bodoh!"

"Arely wanita murahan!"

"Kau harusnya ikut mati bersama Ibumu!"

"Lihat! Lihat dirimu yang hina ini!"

Aku menutup kedua telingaku, aku merasa seakan-akan suara-suara asing mengelilingku. Suara yang menghujatku. Aku menangis terisak-isak di tengah guyuran air dari shower. Hatiku sangat sakit, benar-benar sakit! Aku berdiri dan menghadap ka arah cermin besar, ku buka seluruh pakaianku dan air mataku kembali menetes melihat jejak merah-merah hingga keunguan di sekujur tubuhku. Seandainya waktu bisa terulang kembali ke hari dimana Ibuku dibunuh, aku akan ikut melenyapkan diriku sendiri untuk ikut bersamanya.

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang