Part 21

48.6K 4.6K 114
                                    

Author POV

Milan, Italia.

     Arely mematut dirinya di depan cermin.
Gaun hitam membalut tubuh seksinya dan riasan wajah yang sangat elegan.

Arely mendesah pelan, "Haruskah aku mewakili Hans dalam acara pesta dansa itu?"

Hans mendapat undangan dari rekannya untuk datang ke pesta dansa. Pesta dansa itu menyambut kesuksesan yang diraih sebuah cabang perusahaan terkenal di Italia, Smith Enterprise. Hans salah satu orang yang pernah bekerja sama dengan Azqa William Smith, pemilik utama perusahaan. Hanya saja Hans tidak ada untuk saat ini. Undangan itu datang ketika Hans tengah berbulan madu bersama Alisha di Denmark.

"Harus! Hormati undangan dari Albrecht, putra tunggal Tn. Azqa. Dia sudah membuat perusahaan pamanmu semakin naik atas kerja sama dengan perusahaannya," kata Yaritza.

Arely mencebik, "Ahhh, Ibu! Kenapa harus aku?"

"Kau tahu sendiri kan, kalau Francis sedang sakit. Bukankah kau sudah berjanji pada Hans?" timpal Yaritza.

Sial! Karena janji itu aku harus datang ke pesta itu. Pasti aku bertemu dengan Kharel, Arely membatin.

Pesta itu sangat meriah, pesta dansa yang diadakan bertempat di sebuah mansion semegah istana. Ada banyak tamu undangan yang tidak terhitung jumlahnya. Arely baru saja turun dari limousine yang mengantarnya ke pesta. Ia jalan sendirian ke dalam mansion, tanpa kekasihnya. Ya, wanita itu punya kekasih hanya saja Arely menjalin hubungan dengan seseorang atas dasar persaingan.

Semenjak kejadian lima bulan yang lalu, Arely benar-benar pensiun dari reputasinya. Tapi tetap saja orang-orang masih menyebutnya boykiller. Publik tidak tahu akan semua yang dialami Arely Alesto. Mereka hanya tahu bahwa Anson suami Arely tewas atas kasus pembunuhan berencana, tetapi tidak tahu bahwa Arely keguguran. Publik tidak tahu kalau Arely sedang hamil kala itu. Banyak orang yang ikut berduka atas apa yang dialaminya. Insiden di Portugis termuat di media siaran lokal dan bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia.

"Arely Alesto!"

Arely menoleh ke sumber suara dan menemukan sepasang suami isteri yang tampak sangat mesra, membuat Arely iri, sangat iri. Rana Smith yang barusan memanggilnya. Rana, wanita paruhbaya itu tidak sendirian, ada Azqa disisinya. Mereka menghampiri Arely. Rana beradu pipi dengan Arely lalu sama-sama tersenyum.

"Kau adiknya Hans Frederick? Maksudku sepupunya," gumam Rana, wanita cantik dengan gaun merah.

Arely mengangguk, "Iya, aku datang kesini untuk mewakili Hans."

Azqa berdehem, "Hans sudah memberitahuku kalau kau yang akan datang kesini. Terimakasih telah berkenan hadir ke pesta putraku."

Meski Azqa William Smith sudah tua, dia masih terlihat gagah. Ditambah tuxedo yang membuatnya semakin menawan. Mata birunya mampu membius siapapun. Arely tersenyum lalu beralih menatap Rana dengan intens, ciri khas Indonesia sangat kental pada dirinya. Rana berasal dari Indonesia, dia dinikahi Azqa berdarah Jerman-Prancis. Mengingat Albrecht yang berdarah campuran, itu mengingatkan Arely pada Kharel Mackenzie yang blasteran Amerika-Indonesia.

Mereka mesra sekali, batin Arely saat melihat bagaimana Azqa merengkuh pinggang Rana secara posesif.

"Oh ya, aku akan mencari Albrecht," kata Azqa. "Putraku itu ingin bertemu langsung denganmu."

Arely tersenyum dan mengobrol dengan Rana sambil menunggu kembalinya Azqa yang mencari putra tunggalnya. Tanpa Arely sadari, sepasang mata tengah mengawasinya. Ralat, menatapnya dengan penuh kerinduan. Pria tampan berbalut tuxedo hitam itu melirik ke arah ballroom, disana banyak yang berdansa. Ide datang ke dalam benaknya dan membuatnya melangkah mendekati Arely. Arely yang merasa seseorang menghampirinya pun menoleh.

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang