Part 27

42.3K 3.3K 180
                                    

      Kharel berada di sebuah restoran, dia duduk sendirian di tengah pengunjung yang cukup ramai. Kharel telah selesai menyantap menu makan siangnya. Ia melirik arlojinya, jam istirahat akan segera berakhir.

"Aku harus kembali ke kantor," gumam Kharel sendirian.

Pria berusia 28 tahun itu beranjak meninggalkan restoran. Ketika ia sampai diluar restoran, langkah kakinya berhenti. Pandangan matanya terpaku melihat wanita di seberang jalan sana. Wanita cantik yang terlihat sedih itu berdiri di tengah keramaian pejalan kaki. Wanita itu menatapnya dengan kesedihan. Kharel mengepalkan tangannya, wajahnya terlihat marah. Kharel memalingkan wajahnya dan menuju mobil sport-nya yang terparkir di area parkir restoran.

Wanita itu memperhatikan mobil mewah Kharel yang melaju pergi, dengan cepat dia berlari mengejar mobil itu. Kharel melirik kaca spionnya. Keningnya berkerut, wanita itu mengejarnya. Kharel menghentikan laju mobilnya saat lampu lalu lintas menunjukan warna merah. Kharel menoleh ke belakang, mencari dimana wanita itu. Saat ia menoleh ke kiri, ia terkejut. Wanita itu sudah berdiri di samping mobil, bahkan membungkuk hingga wajahnya ada di depan mata Kharel. Wanita itu memegang kaca mobilnya, tatapannya mengisyaratkan agar Kharel membukanya.

Kharel mengabaikannya, ia langsung melajukan mobilnya ketika lampu menunjukan warna hijau. Kharel tidak melirik kaca spionnya, ia tidak perduli jika wanita itu akan mengejarnya. Pria tampan itu sampai di Mkzie Milan Group, perusahaan property yang ia pimpin dan miliki. Kharel duduk di kursi kebesarannya sebagai CEO. Ia menghela nafas gusar, membuat Efrain mengernyit.

"Tuan, kau baik-baik saja?" tanya Efrain, orang kepercayaannya.

Kharel tersenyum kecut, "Kenapa aku harus melihat wajahnya? Bedebah."

"Siapa, Tuan?" Efrain penasaran. Kharel tidak pernah segusar ini sebelumnya. Bahkan kegusarannya mengalahkan saat ia ada konflik dengan Arely dulu.

"Ruby." Mata Efrain sukses dibuat terbelalak. Sudah lama sekali ia tidak mendengar nama wanita itu.

"Tatapannya mengawasiku, dia mengejar mobilku dan memintaku membuka kaca mobil saat di lampu merah. Dia seperti orang gila. Ralat, dia memang orang gila," kata Kharel dengan senyum yang hambar.

Efrain diam, ia membayangkan bagaimana jika Ruby adalah masalah yang akan Kharel hadapi. Apalagi sekarang Kharel telah memiliki keluarga. Efrain berpikir Ruby telah merasakan penyesalan.

"Kau pergilah, Efrain. Aku mau sendirian," perintah Kharel.

Efrain pun melenggang pergi. Kharel menopang wajahnya dengan tangan di atas meja sambil menghela nafas panjang. Wajah Ruby terus berputar dibenaknya, ditambah dengan hari dimana ia menyaksikan pengkhianatan wanita itu. Wanita yang sempat dia cintai begitu dalam. Kharel mengacak rambutnya frustasi, lalu berdiri dan menghempaskan beberapa barang di atas meja kerjanya. Kharel memegang kuat tepi mejanya, ia memejamkan mata.

"Arghhh!" teriaknya penuh kekesalan.

"Kharel, kendalikan dirimu," gumamnya sendirian.

Pria itu menarik nafas dan memghembuskannya pelan. Kemudian menatap barang-barang yang berserakan di lantai. Ia terkejut, bingkai foto Arely bersama anak kembarnya pecah. Kharel bertekuk lutut untuk mengambilnya. Jari manis yang terlingkar cincin pernikahannya berdarah saat pecahan kaca menusuknya. Kharel dengan cepat mengangkat tangan kirinya itu. Jari manisnya yang terluka mengeluarkan darah dan darah tersebut jatuh ke wajah Arely dalam fotonya.

"Ah, darah itu merusak wajah istriku yang tersenyum," ucap Kharel. Ia mengambil lembar fotonya dan mengusap noda darahnya.

Kharel menghubungi office girl untuk membereskan ruang kerjanya yang berantakan. Sedangkan dia pergi untuk mengobati lukanya.

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang