Part 07

59.6K 4.7K 169
                                    

Arely POV

    "Dia ladykiller. Berhati-hatilah! Atau kau akan bernasib sama seperti korbannya. Jangan remehkan, banyak wanita yang jatuh ke dalam pesonanya."

Perkataan Hans terus menerus terngiang-ngiang di otakku, membuat konsentrasiku menipis. Aku sedang menyetir mobil, bisa saja aku menabrak rumah orang nanti. Jadi pria menyebalkan itu ladykiller. Ku rasa ini bukan suatu kebetulan, apa Tuhan ingin kami bertarung? Tiba-tiba ada mobil dari arah lain dan membuatku mengerem mendadak sampai terdengar suara ban mobil berdecit.

Mobil sialan! Rutukku.

Demi Tuhan! Aku tidak melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, mobil itulah yang tiba-tiba datang. Mobil sport maroon itu seakan-akan sengaja menghalangi jalanku. Ini mengingatkan aku pada Kharel. Aku keluar dan menghampiri si empunya mobil berwarna maroon itu. Pintu mobil itu terbuka dan keluarlah seorang pria tampan berpakaian casual dan memakai kacamata hitam.

Damn, aku tahu siapa dia.

Oh ya Tuhan, tenggelamkan aku sekarang juga. Batinku.

Tanpa berpikir panjang, aku hendak melangkah pergi berniat kembali ke mobilku. Tapi tangan pria itu menggenggam tanganku. Dia menahanku.

"Tidak sopan bila pergi begitu saja saat bertemu seseorang," kata pria itu.

Dia menceramahiku rupanya, aku menghentakkan tangannya hingga terlepas dan menatapnya sinis.

"Bukankah anda yang berlaku tidak sopan kepada saya? Tidak ingatkah atas perlakuan anda kemarin, Tn. Kharel Mackenzie?" kataku.

Doaku tidak terkabul, aku bertemu dengannya langsung sejak kemarin dan hari ini. Aku melirik ke arah mobilnya, setidaknya warna mobilnya tidak sama sepertiku.

Kharel berdehem, "Kenapa anda melihat mobil saya? Apa anda menginginkannya? Saya bisa membelikannya untuk anda."

Sombong sekali pria ini, batinku.

"Yang punya mata kan saya. Terserah saya mau lihat apa, bukan hak anda Dan maaf ya, saya tidak menginginkannya. Lagipula saya juga mampu membelinya. Tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan uang untuk saya!" balasku.

Pria itu menyenderkan dirinya dibadan mobil, "Oh ayolah, bicaralah secara informal. Kedengarannya tidak pas ditelinga dalam suasana seperti ini."

Entah ada apa dengan pikiranku. Aku fokus memandangi wajah Kharel. Bahkan aku takjub atas Tuhan yang menciptakan makhluk setampan dirinya, bahkan pria satu ini melebihi ketampanan Anson.

Tidak, Arely! Jangan jatuh ke dalam pesonanya atau kau akan kalah, Batinku seraya memalingkan wajahku darinya.

"Kau tahu namaku? Apa Hans yang memberitahumu?" tanya Kharel.

"Siapa yang tidak mengenalmu?" balasku acuh tak acuh.

Kharel membuka kacamatanya dan cerahnya dunia saat ini menambah keindahan matanya.

Mata yang sempurna, kata-kata itu lantas keluar dalam batinku.

Lensa matanya berwarna abu-abu dengan bentuk mata yang dalam dan setajam elang. Bulu matanya yang lentik menambah kecantikan mata elangnya.

"Oh, tentu. Kharel Mackenzie, man of billions dollars, bitch!" ucap Kharel dengan tampang arogan.

Aku tercengang, "What the fuck, shit man!"

Kharel hanya tersenyum, tampangnya begitu sombong. Dia seperti menganggap bahwa dirinya satu-satunya orang terkaya di dunia. Bagaimana bisa Allard Mackenzie, pria yang dikenal baik itu punya anak sepertinya? Kharel mendekatiku dan memeluk pinggangku. Ia mendorongku agar merapat dengan tubuhnya, hidung kami saling menempel. Pelukannya sangat erat, pancaran matanya sangat menohok. Hembusan nafasnya terasa menyapuku.

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang