Author POV
Dua bulan lebih dua minggu kemudian....
Pria itu dengan setianya duduk di samping ranjang putih tempat wanita yang dicintainya terbaring lemah. Ia genggam erat tangannya yang dingin. Setiap menit yang dilewatinya adalah menunggu wanita itu. Berharap, Arely keadaannya membaik. Berharap, kedua mata abu-abu indah itu kembali terbuka. Masa koma telah menelan Arely untuk tertidur selama berhari-hari. Kharel masih defensif untuk berada di samping Arely. Kharel tidak perduli dengan penolakan Arely saat Arely tahu Kharel disana, ketika Arely bangun dari masa komanya.
Kharel Mackenzie merasa hidupnya sudah cukup hancur. Sudah tiga kali ia kehilangan orang yang dicintai, Harsha, Allard, Ruby dan sekarang bayinya. Kharel tidak mau bila Arely juga harus pergi. Masker oksigen masih membungkus hidung Arely dan suara layar electrocardiogram masih menggema diruangan perawatan VVIP itu. Rasa takut Kharel semakin bertambah saat ia mengingat perkataan dokter, bila Arely mengalami cidera parah di kepalanya da kemungkinan besar menyebabkan amnesia.
Kharel mengusap puncak kepala Arely dengan lembut, "Bangunlah wanita menyebalkan! Aku harap kau tidak amnesia, aku berjanji akan memperbaiki kesalahanku. Kau juga bebas menghukumku. Jangan seperti ini. Keadaanmu yang lemah ini membuatku hancur."
Kharel tersenyum geli, "Kau menang, Nona. Kau berhasil menarik hatiku dan membuat aku.."
Ucapannya terhenti ketika merasakan jari-jemari Arely bergerak dalam genggamannya. Dengan cepat Kharel menekan tombol di sisi kiri kepala ranjang dan memanggil dokter lewat intercom.
"Anson..." lirih Arely saat perlahan kelopak matanya bergerak terbuka.
"Bayiku.." katanya lagi.
"Ibu..." ucapnya lagi.
Dokter dengan dua perawat datang secara bersamaan. Kharel melangkah mundur, membiarkan sang dokter memeriksa keadaan Arely. Arely sepenuhnya sadar dan matanya mengitari seluruh ruangan yang serba putih itu. Kharel tersenyum bahagia dan bernafas lega melihatnya sudah siuman, pria tampan itu menekan beberapa nomor diponselnya dan menghubungi Hans. Setelah memberitahu Hans bahwa Arely sudah bangun, Kharel menutup telponnya dan menghampiri sang dokter.
"Dimana Hans dan paman Francis?" tanya Arely pada pak dokter dengan suara pelan.
"Dokter, kau dengar itu? Dia menanyakan keluarganya. Dia juga sempat menyebut nama suami dan memanggil bayinya. Itu berarti dia tidak amnesia kan?" kata Kharel dengan senyumnya.
"Saya tidak percaya ini," ucap sang dokter. "Ini suatu keajaiban, Tuan. Nyonya Alesto tidak amnesia. Bersyukurlah pada Tuhan."
Kharel tersenyum, "Ya Tuhan, Kau sungguh luar biasa. Terimakasih."
Kharel beralih menatap Arely. Wanita itu tampak shock melihat Kharel. Kharel menghampirinya dan duduk disisinya.
"Akhirnya kau bangun juga wanita angkuh. Kau hampir membuatku gila," kata Kharel.
Arely mengernyit, "Kau.. disini?"
Belum Kharel menjawab, tiba-tiba Arely mencoba duduk. Namun tidak bisa karena perutnya sangat terasa sakit.
"Aahhh.." lirih Arely.
Kharel berdiri disisi ranjang lalu merebahkan tubuh Arely lagi.
"Jangan banyak bergerak, atau kau akan merasa sakit. Tetaplah berbaring seperti ini sampai kau benar-benar pulih," kata Kharel.
Perhatian Kharel mengingatkan Arely akan Anson. Bayangan insidem mengerikan di bukit merasuki pukirannya. Anson, suaminya telah meninggal. Arely memegang perutnya dan air matanya mengalir, ia yakin bila bayinya juga tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYKILLER Vs LADYKILLER
RomantizmKharel Mackenzie (27th) tampan dan seorang miliarder di Italia. Di sisi reputasinya itu, ia adalah sang LADYKILLER. Kharel hobby sekali menghempaskan banyak wanita demi memuaskan dendamnya, dendam yang sempat hilang namun berubah menjadi dendam yang...