Part 25

52.5K 4.2K 117
                                    

Arely POV

     Kebahagiaan terus datang kepadaku. Setelah pernikahan beberapa bulan yang lalu, kini aku tengah mengandung.

Ya!!! Aku HAMIL!!!

Usia kandunganku sudah menginjak sembilan bulan. Tidak lama lagi aku melahirkan, aku merasa hari itu kian dekat. Sungguh, aku tidak sabar lagi menggendong dua buah hatiku.

Dua buah hati?

Ya, ada anak kembar dalam perutku ini. Seumur hidupku, aku tidak pernah membayangkan punya anak kembar. Aku menduga calon anakku laki-laki, tapi justru laki-laki dan perempuan. Saat Kharel melihat hasil USG waktu itu, suamiku sangat bahagia dan perhatiannya lebih ditunjukan padaku.

Menurutku jika para wanita tahu bagaimana Kharel, mereka akan mengidamkan sosok suami seperti dia. Sudah tampan, miliarder, seksi, kelembutan dan ketulusannya menambah keistimewaan seorang Kharel Mackenzie. Apapun yang ada pada dirinya aku menyukainya. Aku mencintai suamiku.

Tiap malam dia mengelus perutku, memelukku ketika tidur, membuatkan aku susu, menyuapiku dan banyak lagi yang ia lakukan padaku. Dia juga sosok pria yang sabar dan penurut. Tiap malam, terkadang aku terjaga karena lapar atau minta dielus. Kharel dengan senang hati mau mengupasi buah untukku dan menyuapiku di tengah malam. Apapun yang ku inginkan dia turuti. Terimakasih Tuhan, kau memberiku jodoh yang sebaik Kharel Mackenzie.

"Arely!"

Suara Hans membuyarkan lamunanku. Kakak sepupuku itu sering berkunjung ke mansion ini bersama Alisha, isterinya itu sudah melahirkan seorang bayi yang tampan. Aku yang tadinya tengah menikmati hembusan angin dipagi hari, di belakang mansion, lantas berjalan perlahan menuju ke dalam mansion.

"Kakak, kau kesini?" tanyaku saat menemuinya di ruang keluarga.

Hans sedang duduk disofa seraya menggendong bayinya.

Hans mengangkat satu alisnya, "Memangnya kenapa? Kau terganggu dengan kehadiranku ya?"

"Haha!" Arely tertawa. "Aku hanya bercanda! Sensitif sekali," tambahku seraya melangkah mendekati sofa lain.

Aku teringat perkataan Kharel jika aku harus hati-hati dalam melakukan apapun. Aku menempelkan bokongku ke sofa dengan hati-hati seraya memegang perutku.

"Arely, apa kau sudah minum susu pagi ini?" tanya Alisha yang ada disampingku.

"Sudah. Sebelum Kharel berangkat ke kantor, ia sudah membuatkan susu untukku," balasku.

"Suamimu perhatian sekali. Bersyukurlah!" sambung Hans dengan tersenyum.

Aku tersenyum, "Tentu saja, sudah berulang kali aku bersyukur. Aku bahagia memiliki suami seperti Kharel."

"Kau tahu aku juga bersyukur untuk hal yang lain," gumam Hans.

Aku mengerutkan kening, "Apa?"

"Kalian sudah pensiun dari reputasi kalian! Huahahahha!" Hans tergelak.

Aku mencebik lalu meraih bantal sofa dan melemparnya, tepat mengenai kepala Hans.

"Rasakan itu! Berhentilah menggodaku! Aku bosan kau selalu mengatakan itu!" kataku.

"Ahhhh..." lirihku.

"Arely, kau kenapa?" tanya Alisha dengan raut wajah khawatir. Begitupun Hans yang langsung beranjak dari duduknya dan menghampiriku.

"Ada apa, Arely?" tanya Hans ikut memegang perutku.

Aku menatap perutku seraya mengelusnya, "Sejak semalam aku mulas. Mulas kali ini sangat sakit."

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang