Kharel meninggalkan ruang meeting begitu saja, pikirannya benar-benar tidak fokus. Kacau, ditambah ia memikirkan Arely. Kharel tahu Arely pasti berpikir dirinya telah berubah. Keadaan telah memaksanya. Kharel merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, ada dua pesan masuk dan itu dari Efrain. Ponsel Kharel dalam mode sunyi selama meeting tadi. Saat Kharel akan membuka pesannya, kebetulan diwaktu bersamaan Efrain menelfonnya.
"Ya, Efrain. Ada apa?" Kharel membuka pembicaraan.
Kharel terlihat kesal saat mendengar balasan Efrain di seberang sana. Ia pun memutuskan sambungan telfonnya dan melenggang pergi dengan langkah cepat. Kharel sampai di tempat parkir dalam gedung, ia langsung menghampiri Efrain. Pria berkumis tipis itu tampak memegang sebuah laptop.
"Tuan aku baru melihatnya satu jam lalu. Lihat ini!" kata Efrain.
Kharel menatap layar laptop yang menayangkan hasil rekaman CCTV dari luar mansion-nya.
"Wanita itu telah melanggar kesepakatan!" kata Kharel.
"Saat ini orang-orangmu sedang mencarinya. Dia menghilang setelah menunjukan dirinya pada istrimu, Tuan," gumam Efrain.
Kharel menghela nafas. Ia menelfon penjaga mansion dan memerintahnya untuk lebih memperketat mansion. Terlebih mengawasi seluruh pelayan, memastikan Arely dan anak-anaknya baik-baik saja.
"Sampai saat ini aku masih belum tahu musuh di dalam mansionku sendiri," Kharel terlihat begitu kesal.
"Kami tidak bisa melacak Ruby, Tuan. Radar menunjukan lokasi apartemennya, tapi setelah diperiksa, wanita itu tidak ada disana." ujar Efrain.
"Dia tidak memakai gelangnya," kata Kharel. "Sial! Aku hanya meletakan alat pelacak di gelangnya saja."
Kharel pun mengajak Efrain untuk ikut mencari Ruby. Kharel melajukan mobil sportnya dengan diekori mobil Efrain. Diperjalanan Kharel mengedarkan pandangannya seraya menatap ponsel yang melacak Ruby dengan mengandalkan GPS. Namun tidak terlacak. Kharel berpikir Ruby sengaja mematikan ponselnya.
Sampai malam ini, kerja Kharel dan timnya tidak membuahkan hasil. Mereka sudah mencari Ruby keseantero Milan, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Sempat berpikir untuk melaporkan ini pada polisi, tapi mengingat bagaimana Ruby, Kharel tidak bisa lakukan itu. Keadaannya sangat sulit, benar-benar sulit. Sehingga rasanya percuma, tidak ada yang mengerti, jika digambarkan betapa kacaunya keadaan yang sedang digenggam Kharel selama tiga bulan ini. Kesulitan ini sampai membuat hubungan Kharel dan Arely bermasalah.
Kharel duduk dikap mobil sportnya, keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Ia membuka ponselnya dan menatap foto Arely dan anak kembarnya, Aline dan Alaric.
Maaf, aku tidak bisa menepati janjiku. Aku tidak bisa mengajak kalian jalan-jalan. Menemukan Ruby adalah hal yang paling penting, batin Kharel.
Kharel berpikir untuk mencoba melacak ponsel Ruby. Dan ia terkejut, GPS menunjukan lokasi apartemen Ruby.
"Kalian tetap mencari wanita itu. Cepat beritahu aku jika kalian menemukannya, okay?" kata Kharel seraya turun dari kap mobil.
"Tuan, kau mau kemana? Kau ingin pulang?" tanya Efrain.
Kharel menggeleng, "Aku mau ke apartemen Ruby."
"Aku akan ikut denganmu, Tuan!"
"Tidak. Kau bergabunglah dengan mereka."
"Tapi, Tuan.." Efrain menghentikan ucapannya saat Kharel melempar tatapan tajam.
Kharel masuk ke mobil sportnya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Selama beberapa menit, Kharel sampai di apartemen dimana Ruby tinggal. Kharel membuka pintu apartemennya dan ia sedikit tersentak saat melihat Ruby ada di tengah-tengah ruang tamu. Ruby terlihat tidak seperti biasa, yang kacau. Malam ini ia terlihat seksi dengan lengerie berwarna merah dan riasan wajah yang menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYKILLER Vs LADYKILLER
RomanceKharel Mackenzie (27th) tampan dan seorang miliarder di Italia. Di sisi reputasinya itu, ia adalah sang LADYKILLER. Kharel hobby sekali menghempaskan banyak wanita demi memuaskan dendamnya, dendam yang sempat hilang namun berubah menjadi dendam yang...