My PAIN _ chapter 14

2.7K 127 6
                                    

Maaf ya lama :D
Aku terlalu terbuai baca noblesse di webtoon.
Dan konyolnya saya, setelah baca itu. Bawa motor aja kaya bareng" mereka :D
Ini bukan pertama dibaca, dulu pernah buka webtoon, tapi aku ngga nyaman pas hp aku mulai lelet sama aplikasi, jadi aku hapus"in. Dan aku mulai nulis diwatpadd.
Eh sekarang keracunan Noblesse lagi :D
Pengen bisa buat komik kaya gitu, tapi apa daya ngga bisa gambar -_-

Udah ahhh malah curhat.
Yang kangen Dalbert tolong tinggalkan jejaknya ya :*

______________________________________

Setelah pertemuannya dengan anggota Philip Morris International, yang tentunya memberikan hasil yang sangat bagus.
Dalbert dan Nolan langsung pulang ke mansionnya.

Nolan sendiri bingung, kenapa bosnya bisa terburu-buru seperti ini. Apa lagi saat pemilik Philip Morris International, mengajak mereka makan siang bersama, Dalbert pun menolak.

Walau Dalbert menolak karena alasan lelah dan sedikit tak enak badan. Tetap saja aneh, sebelumnya Dalbert takan menolak ajakan dari rekan bisnisnya. Apalagi ini pemilik perusahaan sebesar Philip Morris International.

"Nolan, langsung bawa saja mobilnya ke garasi, aku turun disini" ucap Dalbert, ketika mereka sampai didepan pintu mansion Alexander.

"Baik tuan, tapi sebenarnya ada apa? Anda kelihatan khawatir?"

"Aku takut ada yang mengambil milikku?" Lalu keluar dari mobil, meninggalkan Nolan yang masih bingung tentang jawaban bosnya, dari pada terus memikirkannya,Nolan langsung membawa mobil bosnya ke garasi.

Dalbert langsung naik ke lantai dua, masuk kekamar dimana Flafia tidur.
Namun, ia tidak menemukan wanita itu disana.
Dalbert langsung turun kembali, ia mencari dituang santai.
Biasanya dia suka nonton tv kalau bosan, apa dia pergi menemui kekasihnya?

Suara tawa dari taman belakang mansion mengalihkan perhatian Dalbert. Dengan langkah sedikit lari, Dalbert menghampiri sumber suara itu.

Dalbert tersenyum kecil. Melihat Flafia tertawa bersama para maid disana. Bibir tipisnya dan hidung mancungnya, terlihat sangat indah saat dia tertawa seperti itu.

Bagaimana bisa Dalbert tidak kalang kabut, saat sadapan whatsapp Flafia di ponsel Dalbert terputus, setelah Dalbert membaca pesan dari lelaki yang memanggil Flafia sayang.

Cciihhhh, kenapa aku bisa se khawatir ini? Aku ingin lihat seberapa tampan kekasih yang dia bilang teman itu - batin Dalbert.

Para maid langsung berdiri, dan menunduk kan badan saat melihat Dalbert berjalan menghapiri mereka. Sampai Flafia harus menengok karena ia membelakangi orang yang membuat para maid menunduk hormat.

"Aku tidak tahu kalian bisa cepat akrab dengan wanitaku" ucap Dalbert lalu duduk dikursi samping Flafia.

Flafia hanya bisa mendengus kesal, sambil memalingkan wajahnya.
Apa dia bilang? Wanita nya? Kayanya dia lupa kalo aku cuma kontrak.

"Maaf tuan muda, kami pamit bekerja kembali, tadi kami hanya menuruti kemauan nona Flafia. Dia minta ditemani, karena kesepian."
Maria menunduk hormat pada Dalbert.

Dalbert tersenyum lebar "tidak usah menunduk seperti itu Maria, bahkan aku berterima kasih pada kalian, karena kalian mau menemani wanitaku" menatap kearah Flafia yang masih memalingkan wajahnya.

"Aku akan menaikan gaji kalian" tambah Dalbert, yang langsung disambut dengan senyum bahagia dari para maid. Dan senyum lebar dari Flafia yang langsung menatap Dalbert.

My PAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang