Extrapart

4.3K 156 11
                                    

Flafia menarik kemeja Dalbert yang berdiri disampingnya, mencurahkan apa yang ia rasa sekarang. Tidak lupa ia menjambak rambut suaminya itu ketika kontraksi hebat mulai mendatanginya.

Pukul lima subuh tadi, Flafia mulai merasakan kontraksi yang tidak bisa ia tahan lagi. Dalbert segera membawa Flafia kerumah sakit untuk melangsungkan persalinan.

Ini persalinan pertama yang ia saksikan sendiri, anak pertamanya -Cherry. Dulu ia tidak diizinkan untuk mememani Elena, sedangkan anak keduanya - Helga. Dirinya dan Flafia sedang terhalang jarak. Sekaranglah waktunya untuk menemani Flafia, memberinya semangat dan segala doa yang bisa ia panjatkan untuk kelancaran persalinan Flafia.

"Ayo nona Flafia, kepala babynya sudah kelihatan" ucap dokter yang menangani persalinan Flafia.

"Ayo sayang, sedikit lagi . Satu .. dua.. tig..aaaaaaa" Flafia kembali menarik rambut Dalbert sekuat-kuatnya.

Eaaa...eaa....
Suara bayi terdengar beberapa menit kemudian.

Ahh... Rasanya hati Dalbert mulai lega.

"Nona, satu kali lagi, sepertinya bayi anda kembar" ucap doker kembali.

Apa kembar?
Selama kehamilan keduanya ini Flafia tidak mau melakukan USG, ia hanya melakukan pengecekan rutin tiap bulannya. Ia ingin anaknya kalo ini menjadi kejutan untuk anggota keluarganya.

Eaa...ea...

Suara tangis bayo kedua terdengar setelah Flafia berusaha sekuat tenaga.

Dua bayi suster gendong dan ditaruh di dada Flafia. Laki-laki dan perempuan, sesuai permintaan Cherry dan Helga. Kali ini ia memberikan adik keinginan mereka.

***

"Dad.. mana adikku, oma bilang adikku dua. Wahhhh aku bisa menjaganya satu-satu dengan Helga." Ucap Cherry yang baru datang untuk menengok adiknya bersama Alfard, Stefia dan Arthur.

"Iya sayang, yang sebelah kiri Raina dia perempuan dan yang sebelah kanan Raiga dia laki-laki." Jelas Dalbert sambil menunjukan kedua bayi yang ada didalam box.

"Dadd, lihat mata mereka. Raiga memiliki mata biru seperti kita, sedangkan Raina bermata coklat indah seperti mommy Flafia." Cherry masih begitu antusiasnya melihat kedua adik barunya "ahh, aku ingin bermata coklat setelag melihat Raina."

"Matamu sudah biru, sebening cristal sayang. Dengan menatap matamu saja mommy sudah merasa sangat damai." Ucap Flafia yang sudah diperbolehkan duduk.

"Tapi mom, dia terlihat sangat cantik, sepertimu. Harusnya biarkan saja para anggota keluarga pria yang bermata biru, sedangkan kita para wanita bermata coklat sepertimu" oceh Cherry.

"Berarti kamu tidak mau mirip daddy huh?"

"Ahh, dasar daddy yang suka mengintimidasi. Jika sudah besar nanti aku akan mengenakan kotak lensa berwarna coklat agar sama dengan mata mommy."

"Terserah kau saja Cherr"

Flafia terkekeh melihat Dalbert yang selalu mengalah jika beradu mulut dengan Cherry.

"Ayo, Helga kita menyusun rencana agar mommy mu memiliki bayi lagi yang bermata biru untuk menambah pasukan kita."

"Dalbert...."

"Apa sayang, cepatlah sehat dan bersiaplah memproduksi anak kita lagi."

Flafia memutar kedua bola matanya.

**
"Pelan-pelan Helga, Cherry adik kalian bisa menggelinding" teriak Dalbert ketika Helga dan Cherry mendorong kereta bayi adiknya cukup kencang.

Helga dan Cherry berhenti disebuah taman berumput hijau, disana sudah ada Flafia yang menunggu dengan beberapa makanan didekatnya.

"Sudah, sini jangan lari-larian terus." Ucap Flafia, ia berdiri mengambil Raina dan Raiga dari dalam kereta bayi dan menggendongnya.

Tiba-tiba hujan turun, mereka segera berlari untuk meneduh. Dalbert mengambil Raiga dari Flafia, menuntun Cherry. Begitu pula Flafia dengan Raina digendongannya beserta membantu Helga untuk lari.

Namun, langkah Helga tertahan saat mereka hampir sampai ditempat berteduh.

"Ayo sayang, nanti hujannya makin deras." Ucap Flafia.

"Kenapa kalian takut dengan hujan? Hujan cuma air mommy" ucap Helga. "Kak Cherry, ayo lah" teriak Helga, membuat Cherry langsung berlari menyusul adiknya.

"Indah bukan? Ahh aku suka hujan."

"Kenapa?" Tanya Cherry.

"Kakak tahu, setelah hujan reda akan ada pelangi yang indah. Jadi kita harus suka hujan"

"Mommy, dadd ayolahhh.."

Flafia memutuskan untuk menaruh kembali Raiga dan Raina ke dalam kereta bayi.
Sedangkan Dalbert sudah menyusul kedua anaknya.

"Tau tidak, dulu daddy pernah seperti ini bersama oma Stefia dan grandpa Alfard, dan juga uncle Arthur. Ayo kita lari, tinggalkan mommy"

Dengan menuntum Helga dan Cherry mereka berlari menjauh dari sama mengabaikan teriakan Flafia, dengab hujan yang mulai lebat. Membuat mereka bertiga tak terlihat dibalik derasnya hujan.

"Heiii... Kalian kemana? Tega sekali mau meninggalkan mommy" teriak Flafia.

Petir mulai bergelegar, menambah rasa takut Flafia yang berusaha menutupi telinga dua bayinya. Dan menahan diri agar tidak menangis karena takut.

Tidak lama, petir kembali menyambar, membuat kedua bayi itu menangis dan Flafia tidak bisa menahan air matanya "Dalbert... Kalian kemana... Aku takut"

Tiba-tiba Dalbert dengan kedua anaknya kembali membawa seikat bunga mawar ditangan mereka masing-masing.

"Maafkan kami mom, kami hanya memetik bunga ini untuk mommy" ucap Helga dan Cherry bersamaan.
Mereka memeluk Flafia erat, sangat erat. Disusul Dalbert yang ikut memeluk Flafia.

"Kami mencintaimu mom"

"Aku juga mencintai kalian"

"Aku juga mencintai kalian"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My PAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang