My PAIN _ Chapter 41 " the Choice"

2.8K 144 13
                                    

"Flafia.."

Flafia melepaskan pelukannya ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang. Seolah panggilan itu menyadarkan apa yang ia telah lakukan, hatinya menang. Ia tidak bisa menahan diri, melihat Dalbert terus bertaham dibawah guyuran hujan dengan bibir yang mulai membiru.
Ia benci, ia marah. Tapi, semua itu tidak berhenti untuk tidak perduli pada pria yang selalu mendapat tempat pertama di hatinya.

Flafia mundur satu langkah, berbalik badan menatap Gio yang sedang berdiri diteras rumahnya sambil menatap mereka, tidak lupa seuntas senyum terukir dibibirnya.
Flafia kembali menatap Dalbert "pulanglah, kau bisa sakit"

"Ikutlah pulang bersamaku" Dalbert sudah melepaskan payungnya beberapa menit saat Flafia memeluknya, ia mengabaikan guyuran hujan yang masih belum berhenti membasahi tubuhnya.

Flafia menggeleng "tidak Dal, aku tidak bisa kembali ketempat yang sudah seperti neraka bagiku."

Dalbert melangkah mendekati Flafia, meraih kedua tangan Flafia "jika kamu tidak mau kembali kerumah itu, kita tinggal di apartemen ku. Kalau tidak, aku membeli rumah untuk mu dan anak kita."

Flafia menggeleng lemah "aku belum bisa Dal, tolong beri aku waktu sedikit lagi untuk mengobati luka ini. Aku sudah memaafkan mu, tapi luka yang kau berikan belum sembuh. Tidak bohong jika aku masih takut, kamu akan melakukan hal yang sama, mengulangi semuanya kembali dan menghancurkan kepercayaan ku kembali."

"Tapi Fla.."

"Udah, jangan ujan-ujanan kelamaan. Bisa meriang kalian berdua" ucap Gio yang tiba-tiba menyusul mereka, menarik tangan Flafia dan Dalbert perlahan. Gio menuntun mereka untuk masuk ke dalam rumah.
"Lo nginep disini malam ini, gua tau kalian butuh waktu berdua untuk bicara. Lo ganti baju pake baju gua, Fla kamu mandi dulu sana, kasian anak kita nanti sakit.."

"Anak kita...anak kita" oceh Dalbert, lalu menggendong tubuh Flafia "pake kamar lo nih? Rela?" Suara Dalbert terdengar riang.

Gio mengangguk "buat sekali doang, gua amal buat lo, baju gua di lemari."

Dalbert mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar Gio. Ia membawa Flafia kekamar mandi, menunkan tubuh Flafia kedalam bathub yang mungkin sudah dipersiapkan oleh pelayan rumah Gio. Dalbert membuka baju Flafia. Kemudian, ia membuka bajunya sendiri dan ikut masuk kedalam bathub.

Dalbert mengusap pipi Flafia, mengangkat dagunya dan mencium bibir Flafia. Demi apapun ia sangat merindukan ciuman ini, bibir tipis yang menjadi candu baginya "jangan pernah pergi lagi sayang, aku mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpamu." Dan Dalbert kembali melumat bibir Flafia.

Flafia merindukan semuanya, pelukan hangat, ciuman dan perlakuan manis Dalbert terhadapnya. Seperti sekarang, Dalbert bisa membuatnya luluh hanya dengan sentuhan. Murahan, memang. Cinta ini membuatnya terlihat seperti itu. "Dal... Aah.. a..aku merin..dukan..mu" ucapan Flafia tersengal, disela-sela tangan Dalbert yang menyentuh titik sensitif tubuh Flafia.

Mendengar suara serak istrinya, Dalbert menatap mata sayu Flafia, lalu menciumnya, melumatnya, mengigit dan mendobrak bibir Flafia dengan lidahnya. Dalbert melepaskan ciumannya, mendekatkan wajahnya ditelinga Flafia "i miss you too honey" ia menggigit kecil telinga Flafia dan nenyatukan tubuhnya dipusat tubuh Flafia.

**
Dalbert bersiul riang, dengan Flafia ditangannya. Ia menghentikan aktifitas kangen kangenan, yang sudah memakan waktu hampir 4jam, dari kamar mandi pindah ke kasur dan kembali ke kamar mandi. Ia segera menghentikannya, ketika ia sadar sudah bermain terlalu lama. Flafia bisa kedinginan dan tidak baik untuk kesehatan dirinya dan janin dikandungannya.

Dalbert mendudukan Flafia di sebuah meja yang ada di walk in closet, Flafia yang polos tanpa sehelai benang pun yang menutup badannya hanya menurut apa yang dilakukan Dalbert padanya, sama halnya dengan Dalbert. Ia sudah berjalan mendekati lemari, untuk mencari pakaian Flafia.

My PAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang