Bening mau bilangin jadwal update bening ya.
Mungkin bening bakal update 2 hari sekali, karena diselingin sama Stupid Love.
Bening usahain banget biar dua Story itu bisa Update secara teratur.Mau ada yang baca atau ngga, itu ngga terlalu menyakiti hati.
Yang penting hobi aku tersalurkan, yaaa. Nggaaaa :DUdah lah curhatnya, ntar kaya lagi ikutan tausiyah.
_____________________________________
Dalbert tersenyum miring saat melihat ketakutan dari wajah cantik Flafia. Dalbert hanya ingin melihat berapa lama gadis ini bisa bertahan.
"Sudah sana pakai, dan hari ini juga kamu boleh bekerja""Baik" Flafia berdiri dan langsung berjalan menuju pintu keluar, rasanya cukup lega akan keluar dari ruangan menyeramkan ini.
"Flafia" panggil Dalbert saat Flafia sudah akan membuka pintu.
Flafia berhenti dan membalikan tububnya.
"Kamu tidak boleh protes dengan seragam itu, mau tidak mau kau harus memakainya"______________________________________
Flafia menyebutkan segala nama hewan di kebun binatang, setelah ia membuka dan mencoba seragam barunya.
Mana mungkin ia akan memakai seragam seperti itu.
Sebuah kaos polo berkerah rendah, dengan rok 10cm diatas lutut.
Bahkan Flafia merasa seperti memakai pakaian anak SD saat mencobanya.Walaupun bisa Flafia akui, baju itu terlihat bagus dan mahal, bahannya lembut dan sejuk.
Tapi sekali lagi, mana mungkin ia memakai seragam itu.Flafia mengerang Frustasi sendiri didalam ruang ganti.
Ia bingung sendiri, akan meneruskan memakai seragam itu, atau berniat langsung mengundurkan diri sebelum kerja.
Tapi, Flafia menimang kembali. Gaji yang perusahaan ini tawarkan jauh diatas UMR ibukota.Akhirnya Flafia mengenakan seragam itu, ia keluar dari ruang ganti, namun ia tetap memakan sweater yang sebelumnya ia pakai untuk menutupi tubuhnya.
Flafia berniat menemui Steven, ia ingin menanyakan. Apakah benar jika OG ruangan pak bos mudanya itu harus memakai baju seaneh ini.Flafia terus berjalan menuju ruanagn Steven, sesekali ia menarik roknya kebawah, jika ia merasakan roknya naik dan terlalu pendek.
Gaya berjalan Flafia yang aneh sedikit menarik perhatian karyawan lainnya.
Ada beberapa karyawan yang menatap dengan tatapan aneh dan menurut Flafia merendahkan.Flafia buru-buru menuju ruangan Steven. Setelah mengetuk pintu, dan mendapat sautan dari dalam, Flafia masuk.
Namun, Steven hanya memberikan senyuman, menandakan Flafia untuk menunggu sebentar, karena ia sedang menjawab telfon.Steven menaruh gagang telfon ketempatnya, lalu memandang Flafia yang masih menundukan wajahnya.
Steven tahu, jika Flafia sedang kesal saat ini, bisa terlihat jelas dari raut wajahnya yang kusut bagaikan baju setahun dilemari dan tidak disetrika."Ada apa Fla" tanya Steven lembut. Memang selalu begitu, suara Steven terlalu merdu untuk didengar, berbeda dengan bos muda yang kurang ajar itu.
Ya tuhan kenapa malah memikirkan dia."Pak Steve aku mau bertanya" ucap Flafia lirih.
"Bertanyalah, tapi akan lebih baik jika kamu memandang lawan bicaramu, jangan menunduk seolah kau sedang mencari receh dibawah"
Flafia mengkat kepalanya, sebenarnya ia menunduk karena ia tak kuat menatap wajah tampan Steven. Ia terlalu mempesona.
"Iya pak, say-"
"Jangan panggil saya pak, panggil saja Steven" potong Steven disela-sela ucapan Flafia.
"Baiklah Pak, eh Steve"Flafia merasa gugup.
"Saya cuma mau bertanya, apakah benar jika OG khusus ruangan MR. Alexander, harua memakai seragam khusus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My PAIN (END)
Roman d'amourSebagian cerita sudah dihapus. (18+) (Baca dulu terus-comment baru- vote) Sequel dari "IT'S YOU" bisa dibaca terpisah. _________________________________________ Kisah cinta dari seorang Dalbert Cony Alexander. Putra pertama dari pasangan Alfard Alex...