My PAIN_Chapter 17

2.6K 144 18
                                    

Yeayyy saya datang kembali pemirsah.
Yang kangen Story boleh angkat suara, comment terserah kalian. Aku izinin. Ngga usah jaim. Kalo kangen aku juga ngga papa.

Ya ellah apaan butiran rinso.

Oke.
Mood aku lagi jelek banget, ini aja aslinya belum balik 100% tapi kaya yang punya kewajiban banget. Harus nulis.
Terus kalo ngga hari ini ngga tau kapan, bisa minggu depan. Karena aku bakal ada urusan ke tangerang lagi buat beberapa hari.
Sooooooo.....
Hari ini aku harus nyelesein satu Chapt buat menuhin kewajiban aku.

Jangan lupa klik bintang kecilnya ya
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Flafia mengeliatkan tubuhnya, saat sinar mentari mulai menyusup kedalam netra indahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flafia mengeliatkan tubuhnya, saat sinar mentari mulai menyusup kedalam netra indahnya.
Ia baru ingat, ternyata semalam ia membiarkan tirai jendelanya terbuka. Pantas pagi ini sangat terang dan hembusan segar mulai masuk kehidungnya.

Wait...
Ada yang ngga beres, ini aroma....
Flafia membalikan tubuhnya, mendapati Dalbert yang tertidur sambil menghadapnya, dan baru sadar kalau tangan pria itu berada dipinggang Flafia.

Sejak kapan dia ada disini.
Flafia melonggarkan tangan Dalbert, namun bukannya lepas, pria itu malah semakin menarik Flafia dalam pelukannya.
Ini gila, ia tidak bisa lama-lama berdekatan dengan Dalbert seperti ini.

Degupan jantungnya sudah susah dikompromi, setiap hembusan nafas Dalbert yang menyapu wajah Flafia seolah membuat Flafia ingin berlama-lama disana.

"Dalbert, lepasin."

Dalbert malah mengeratkan pelukannya, dan menyusupkan wajahnya dilekukan leher Flafia.
"Ngga mau, aku masih ngantuk"

"Ya udah kamu tidur lagi, tapi lepasin dulu" ucap Flafia, masih berusaha melepaskan diri dari Dalbert.

Sekali lagi, bukannua melepaskan Dalbert malah menggigit-gigit kecil leher Flafia, lalu menghisapnya pelan.

"Kamu ngapain?" Flafia meninggikan suaranya, saat ia merasa Dalbert menciumi lehernya.
"Dalbert" panggil Flafia.

"Hmmm."

"Ini apa dibawah? Ngga enak banget kaya botol gitu, ngeganjel. Kayanya aku lupa menaruhnya."
Berusaha meraih, benda yang mengganjal dipahanya.

Dengan cepat Dalbert menarik tangan Flafia, lalu ditaruh dilehernya.
"Diamlah Flafia, jangan banyak bergerak dan banyak bicara. Aku hanya ingin menciummu."

Flafia menurunkan tangannya kembali, dan berusaha memeriksa rasa penasarannya. "Tapi ini ngga enak Dalbert, ngeganjel gitu. Pasti parfum aku ada disitu."

Dalbert langsung melompat berdiri ditepi ranjang, dada bidangnya terekspos. Karena ia hanya mengenakan celana trening panjang.
"Dibilang suruh diem aja"

"Lahhh.." Flafia meraba pada tempat yang menurutnya tadi mengganjal.
"Lahh kok ngga ada apa-apa, tadi kaya ada botol disini."

"Botol... Botol apaan si Fla" geram Dalbert. "Botol jin kali disitu, udah lah aku mau mandi"
Dalbert menendang pelan pintu kamar Flafia sambil keluar.

My PAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang