My PAIN _ Chapter 15

2.4K 128 14
                                    

Entah kenapa Dalbert tiba-tiba meminta pulang cepat pada Flafia.
Dengan alasan, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan dirumah.

Tapi, sebenarnya dia pusing setengah mati. Melihat Flafia asik mengobrol, ketawa-ketiwi. Seolah melupakan, bahwa disana ada manusia, selain mereka. Manusia yang harus menahan bosan, karena diabaikan. Dan harus menonton, bagaikan obat nyamuk bakar cap kingkong.

Mau tidak mau, Flafia harus ikut pulang. Walaupum Charlie, meminta Flafia tinggal sebentar, dan ia bisa mengantar Flafia pulang. Dalbert tak akan pernah mengizinkannya.

Flafia sudah duduk di kursi penumpang depan, sedangkan Dalbert sudah fokus mengendarai mobilnya.
Sekarang, gantian Flafia yang canggung. Dalbert terus diam, wajahnya datar, tanpa ekspresi. Mata birunya, terus menatap kedepan, tanpa melirik Flafia sedikitpun.

"Dalbert" panggil Flafia.

Diabaikan. Dia masih diam.

"DALBERT!!!" Flafia meninggikan suaranya.

"Apa?" Akhirnya menjawab walau tidak menatap Flafia.

"Aku besok boleh jalan-jalan bareng Chalie ngga?" Tanpa ragu, seolah tanpa dosa. Flafia antusias menanyakan dan meminta izin pada Dalbert.
Sedangkan pria itu sudah mendiamkannya sejak tadi.

"Terserah!"

Dia kenapa sih? Tiba-tiba kaya gini.

"Jadi, kalo terserah aku boleh apa ngga?" Flafia memastikan.

"Ya terserah kamu, mau pergi atau ngga. Siapa saya"

Seolah kalimat itu berhasil membuat Flafia bungkam. Flafia sadar bahwa ia bukan, siapa-siapanya Dalbert. Jadi, mana mungkin pria ini perduli padanya.

Toh dia hanya peduli jika banyak orang ia kenal, untuk memperkenalkan. Hubungan kontrak bodoh, yang mereka sepakati.
Mata Flafia memanas.

Kenapa sakit gini sih? Sadar Fla, kamu bukan siapa-siapanya.

Dalbert langsung masuk ke kamarnya, setelah mereka sampai ke mansion. Enggan untuk banyak bicara pada Flafia sekarang.
Dalbert sendiri tidak tahu kenapa seperti ini.
Dadanya bergemuruh saat melihat Flafia, lebih nyaman bersama pria lain.

***
Esok paginya.
Flafia bangun lebih awal dari biasanya.
Setelah mandi, Flafia langsung turun ke ruang makan.

Namun, ruang makan itu kosong. Hanya ada Maria dan beberapa maid lain, yang sedang melakukan pekerjaan mereka.
Biasanya Dalbert masih disana, tidak mungkin pria itu bangun pagi sekali dan berangkat ke kantor. Apa pekerjaannya sangat penting, sampai tidak sempat menunggu Flafia turun.

"Ibu Maria" Flafia menghampiri maria yang sedang membersihkan meja.

"Iya nona, ada yang bisa saya bantu?" Maria menunduk sopan pada Flafia.

"Dalbert belum bangun?"

"Tuan muda sudah berangkat ke kantor non, beliau tidak sarapan. Mungkin ada urusan penting." Jawab Maria.

"Bareng Nolan?" Flafia menarik kursi dimeja makan, lalu duduk.

"Tidak, tuan berangkat sendiri. Tuan Nolan sepertinya masih ada dikamarnya. Nona mau dibuatkan sarapan apa?"

Flafia bangkit "terserah ibu saja, aku makan apapun." Lalu berjalan, menuju kamar yang ditempati Nolan.

Toktoktok....
Flafia mengetuk pintu kamar Nolan.
Namun, tidak langsung dibuka.
Lalu Flafia mengetuk kembali.

"Sebentar" teriak Nolan dari dalam.
Lalu membuka pintu.

"Aaaaaaaaaaaa...." Flafia teriak saat Nolan membuka pintu.

My PAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang