12. CONVERSATION

205 16 0
                                    

Practice Room, Friday Night

“Maria sedang apa, ya?”

Sedari tadi Ten terus saja memandangi foto Maria di ponselnya yang ia ambil secara sembunyi-sembunyi, pemuda itu tengah merindukan mantan asisten managernya.

Sejak pulang ke Indonesia, Maria seakan lenyap, tak pernah sekalipun ia menghubungi Ten atau Taeyong atau bahkan Manager Shin.

Ten sedang dilanda rindu, gairahnya menurun dan hanya terus memikirkan Maria, bahkan saat beraktifitas.

“Maria, baik-baik saja.”

Taeyong tiba-tiba datang dan duduk di samping Ten. Matanya melirik ke arah ponsel Ten dan melihat foto-foto Maria disana.

“Hyeong!” Cepat-cepat Ten mengunci ponselnya.

“Hahaha aku sudah lihat santai saja.”

Taeyong memejamkan matanya lalu mengeluarkan jam dari saku celana, jam pemberian Maria saat Taeyong ulang tahun, sekaligus ucapan perpisahan darinya.

Taeyong tak bisa pergi tanpa jam itu, ia merasa jika membawa serta jam bermata merah dari Maria, ia bisa merasakan kehadiran si gadis di dekatnya.

“Hyeong! Aku mencintai Maria.”

“Aku juga mencintainya.”

Mereka berdua saling pandang, menatap satu sama lain. Ada perasaan aneh diantara keduanya saat mengatakan hal ini. Jadi teringat kejadian tempo hari saat keduanya memperebutkan Maria.

Baik Ten maupun Taeyong tak ingin melepaskan Maria, mereka sadar sebenarnya dengan apa yang mereka laukan ini hanya bisa membuat perpecahan.

Tapi sekali lagi, logika keduanya mendominasi. Bukan hanya logika, namun juga ego keduanya untuk memiliki Maria.

“Aku…. Sudah mencium Maria.” Ten kembali bercicit.
“Saat di rumah, di kamarku. Dan Maria membalasnya.”

Rahang Taeyong mengeras, tangannya mengepal kuat jam dalam genggamannya. Apa maksud Ten sebenarnya dengan mengatakan ini?

“Lalu?”

Ten kini yang menatap Taeyong dari samping, ingin melihat reaksi si leader tersebut. Ternyata tatapannya masih sama, lurus dan dingin.

“Ibuku menyukainya, terlebih Terny.”

Seringaian tipis tercetak di ujung bibir Ten, sepertinya saat itu ia membawa Maria ke rumah adalah pilihan tepat. Setidaknya ia sudah ada selangkah lebih maju dari Taeyong.

Buktinya, Taeyong nampak frustasi mendengar cerita Ten barusan. Beberapa kali ia menghela napas, lalu mengacak rambut depannya.

“Syukurlah kalau keluargamu menyukai Maria, dia memang mudah disukai.”

Kembali Taeyong menatap jam berbandul merah itu lagi, ia tersenyum jika sudah mengingat Maria. Gadis yang sudah benar-benar menjadi kelemahan Taeyong.

“Tapi, Ten…”

“Maria sudah mendesah hebat di bawahku.”

“HYEONG!”

"Yo, wassaaapp! Taeyong Hyeong, Ten Hyeong!"

Biang berisik datang dan langsung duduk diantara mereka berdua. Lucas orangnya. Sambil membawa empat cup kopi dalam genggaman yang langsung ia simpan di atas meja.

Ten masih menatap tajam ke arah Taeyong, napasnya berderu. Pasti sudah bisa ditebak kalau Ten amat marah dengan apa yang baru saja diucapkan Taeyong.

Sedang Taeyong masih sama, wajah dinginnya hanya menatap jam dari Maria, membukanya berkali-kali karena ada foto Maria disana.

"Wae? Aku datang kenapa horror begini? Kalian sedang cerita hantu?"

Lucas melirik kedua hyeongnya yang aneh sambil menyesap kopi. Ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk memainkan ponselnya saja.

"Cas, terima kasih kopinya."

Taeyong beranjak dan mengambil satu cup kopi di atas meja.

"Hyeong itu punya Johnny!"

Seakan tak peduli Taeyong terus melangkah keluar dari ruang latihan. Langkah si pemuda Lee berhenti di depan studio. Ia memutuskan untuk diam disana.

Ia duduk sambil mendengarkan musik, sedikit bisa menenangkan pikiran meski kelebatan wajah Maria tetap mendominasi.

"I'm lost, turn up no sleep
You don't wanna see me anymore
Your smell still runs so deep
I see fire in your eyes."

Semua kenangan Taeyong dan Maria tak bisa begitu saja dihilangkan hanya karena kini Maria tak lagi disisi Taeyong.

Gadis itu sudah membekas, baik dan buruknya itulah Maria-nya. Taeyong rindu, ia kembali membuka jam kesayangannya, namun jam itu terjatuh.

Membuat foto dalam jam terlepas dari tempatnya. Taeyong mendesis, ia memunguti satu persatu bagian jam yang terlepas. Dan berakhir di foto Maria.

"Hm?"

Ada sesuatu di balik foto itu. Taeyong memperhatikan sederet tulisan itu dengan seksama.

"Zero mile...."

Sederet kalimat terbata keluar dari bilabial si adam. Taeyong membuka laptopnya dan mengetikkan semua kalimat yang tertera di balik foto lalu menekan tombol ENTER.

ctak!

"Seolma...."

——&&——

Maaf yaa chapter ini sedikit, jangan banyak-banyak deh nanti cepet bosen.

Otaknya lagi rada stuck di cerita ini, tapi jangan lupa mampir ke cerita "Lourmarin" ya... Hehehe.

Mas Ten lagi di setrap Mas Jyani

Baby Don't (like it) Stop || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang